Professional Documents
Culture Documents
TRANSVERSE MYELITIS
POST ENSEFALOPATI
DENGUE
Disusun oleh:
Robi Heryanto 1710221065
Pembimbing:
dr. Lilis Diah Hendrawati,
Sp.A (K)
Kesan
Neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan
Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi Waktu pemberian Reaksi
BCG 2 bulan Demam
DPT 2, 4, 6 & 18 bulan Demam
Polio 0, 2, 4, 6 & 18 bulan Tidak ada
Campak 9 bulan Tidak ada
Hepatitis B 0, 1, & 6 bulan Tidak ada
Kesan
Pasien mendapatkan imunisasi sesuai usia menurut Program Pengembangan
Imunisasi (PPI).
Riwayat Tumbuh Kembang
Perkembangan Usia
Kesan:
Riwayat perkembangan sesuai dengan
usianya
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik
Dilakukanpada tanggal Selasa, 15
Februari 2019 pukul 19.00 WIB di bangsal
Bougenville Bawah RSUP Persahabatan:
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
Suhu: 36,6 C
HR: 80x/menit, nadi kuat angkat, reguler
RR: 22x/menit, reguler
SPO2: 99%
Status Antropometri
Data antropometri 1. BB/U: 18/20 = 90%
BB: 18 kg Kesan : berat badan normal
2. TB/U: 116/113 = 102%
TB: 116 cm Kesan : tinggi badan normal
Status Generalis
Kepala : Normocephal, rambut hitam merata, tidak
mudah dicabut, ubun-ubun besar sudah menutup.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, kornea
jernih, refleks cahaya langsung dan tidak langsung positif,
pupil bulat isokor 2/2.
Telinga : Daun telinga simetris kanan dan kiri, lekukan
sempurna, liang telinga lapang, tidak ada serumen, tidak
ada sekret, tidak ada nyeri.
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada,
mukosa tidak
hiperemis, sekret (-).
Mulut : Bibir tidak sianosis, faring tidak hiperemis.
Leher: Tidak teraba pembesaran KGB.
Thoraks : Bentuk dada normal, simetris, retraksi (-).
Status Generalis
Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris
Palpasi : Fremitus taktil kiri = kanan
Perkusi : Sonor +/+ di seluruh lapang paru
Auskultasi : SD vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -
/-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak.
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I tunggal dan BJ II split
konstan, gallop (-), murmur (-).
Status Generalis
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi: Bising usus normal (5 kali permenit).
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak
teraba, limpa tidak teraba.
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang
abdomen.
Ekstremitas : Akral hangat, edema tidak
ada, tidak ada sianosis, CRT <2 detik
Status Neurologis
GCS : E4V5M6
Meningeal Sign
Kaku kuduk : Negatif
Brudzinski I : Negatif
Brudzinski II : Negatif
Brudzinski III : Negatif
Brudzinski IV : Negatif
Pemeriksaan sensorik
Sensory extinction: tidak dapat dinilai
Kekuatan motorik
Ekstremitas atas: 4/4
Ekstremitas bawah: 4/4
Status Neurologis
Reflek Fisiologi
Reflek tendon:
BPR / biceps : +
TPR / triceps : +
KPR / patella : +
APR / achilles : +
Klonus Lutut : -
Klonus kaki : -
Status Neurologis
Reflek Patologis :
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Gordon : -/-
Stransky : -/-
Gonda : -/-
Schaeffer : -/-
Rossolimo : -/-
Mendel-Bechtrew : -/-
Hoffman & Tromner : -/-
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Daftar Masalah
Transverse myelitis post ensefalopati
dengue
Rencana Terapi
Medikamentosa Non-medikamentosa
Metilprednisolone
Pasang NGT
tab 4 mg 3x2,5
tab PO
Asam Valproat
syr 2x7 cc PO
Paracetamol
4x7,5 cc PO
Ranitidine 2x1
amp IV
IVFD RL 15 tpm
(makro)
Follow Up
Follow Up
Follow Up
Follow Up
Follow Up
Follow Up
Follow Up
Follow Up
Follow Up
Follow Up
TINJAUAN PUSTAKA
Transverse Myelitis
MielitisTransversalis (MT) adalah suatu
proses inflamasi akut yang mengenai
suatu area fokal di medula spinalis
dengan karakteristik klinis adanya
perkembangan baik akut atau sub akut
dari tanda dan gejala disfungsi neurologis
pada saraf motorik, sensorik, otonom dan
traktus saraf di medula spinalis2.
Epidemiologi
Mielitis transversalis adalah suatu sindrom yang
jarang dengan insiden antara satu sampai
delapan kasus baru setiap satu juta penduduk
pertahun2
Gangguan ini dapat terjadi pada umur
berapapun, kasus terbanyak terjadi pada umur
10-19 tahun dan 30-39 tahun
Insidensi meningkat sebanyak 24,6 juta kasus per
tahunnya jika penyebabnya merupakan proses
demielinisasi yang didapat, khususnya sklerosis
multiple. Tidak ada pola yang khusus dari myelitis
transversalis berdasarkan seks, distribusi geografis,
atau riwayat penyakit dalam keluarga3.
Etiologi
Gabungan dari beberapa factor. Sindroma klinis
MT merupakan hasil dari rusaknya jaringan saraf
yang disebabkan oleh agen infeksius atau oleh
sistem imun, ataupun keduanya.
30-60% pasien MT dilaporkan menderita infeksi
dalam 3-8 minggu sebelumnya dan bukti serologis
infeksi akut oleh rubella, campak, infeksi
mononucleosis, influenza, enterovirus, mikoplasma
atau hepatitis A, B, dan C. Patogen lainnya yaitu
virus herpes (CMV, VZV, HSV1, HSV2, HHV6, EBV),
HTLV-1, HIV-1 yang langsung menginfeksi medulla
spinalis dan menimbulkan gejala klinis MT.
Patogenesis
Transverse myelitis akut post vaksinasi
proses autoimun
Transverse myelitis akut parainfeksi infeksi
mikroba langsung atau infeksi asimptomatik
Mimikri molekuler pembentukan
autoantibody terhadap infeksi sebelumnya
Microbial superantigenmediated
inflammation Enterotoksin stafilokokus A
sampai I
Manifestasi Klinis
Akut beberapa jam – beberapa hari
Sub akut 1-2 minggu
Gejala:
Saraf motorik Paraparesis yg cepat dan
progresif
Saraf sensorik Nyeri (punggung, perut,
extremitas), paresthesia (biasanya di dewasa)
Saraf otonom inkontinensia, konstipasi
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
Kriteria diagnostic harus memenuhi kriteria
inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi
Pemeriksaan Penunjang
MRI
Evaluasi awal untuk pasien myelopati harus dapat
menentukan apakah ada penyebab structural
(HNP, fraktur vertebra patologis, metastasis tumor,
atau spondilolistesis) atau tidak. Idealnya, MRI
dengan kontras gadolinium harus dilakukan dalam
beberapa jam setelah presentasi5.
CT-myelografi
Jika MRI tidak dapat dilakukan dalam waktu cepat
untuk menilai kelainan struktural, CT-myelografi
dapat menjadi alternative selanjutnya, tetapi
pemeriksaan ini tidak dapat menilai medulla
spinalis5.
Pemeriksaan Penunjang
Punksi Lumbal
Jika tidak terdapat penyebab structural, punksi lumbal
merupakan pemeriksaan yang harus dilakukan untuk
membedakan myelopati inflamasi ataupun non-inflamasi.
Pemeriksaan rutin CSF (hitung sel, jenis, protein, dan glukosa)
dan sitologi CSF harus diperiksa5.
Kultur CSF, PCR, titer antibodi
Manifestasi klinis seperti demam, meningismus, rash, infeksi
sistemik konkuren (pneumonia atau diare), status
immunokompromise (AIDS atau penggunaan obat-obat
immunosuppresan), infeksi genital berulang, sensasi terbakar
radikuler dengan atau tanpa vesikel sugestif untuk radikulitis
zoster, atau adenopati sugestif untuk etiologi infeksi dari MTA.
Pada kasus seperti ini, kultur bakteri dan virus dari CSF, PCR,
dan pemeriksaan titer antibody harus dilakukan5.
ALUR DIAGNOSTIK
Diagnosis banding
TATALAKSANA
Tujuan terapi selama fase akut myelitis adalah
untuk menghambat progresivitas dan menginisiasi
resolusi lesi spinal yang terinflamasi sehingga
dapat mempercepat perbaikan secara klinis.
Kortikosteroid merupakan terapi lini pertama.
Sekitar 50-70% pasien mengalami perbaikan
parsial atau komplit. Regimen Metilprednisolon
intravena dengan dosis 30mg/kgBB/dose dengan
dosis maksimal (1000 mg metilprednisolon setiap
hari, biasanya selama 3-5 hari) diberikan kepada
pasien7
Untuk MT ringan dapat diberikan per oral
golongan prednisone 1mg/KgBB/hari
Prognosis
Pemulihan harus dimulai dalam enam bulan, dan
kebanyakan pasien menunjukkan pemulihan fungsi
neurologinya dalam 8 minggu. Pemulihan mungkin
terjadi cepat selama 3–6 minggu setelah onset dan
dapat berlanjut walaupun dapat berlangsung
dengan lebih lambat sampai 2 tahun. Pada
penderita ini kemajuan pengobatan tampak pada
2 minggu terapi2
Daftar Pustaka
1. Kerr, D, 2001. Current Therapy in Neurologic Disease: Transverse Myelitis. 6th
ed. [Diakses 7 Maret 2019]
2. Tapiheru LA, Sinurat PPO, Rintawan K. 2007. Laporan Kasus: Myelitis
Transversalis. Majalah Kedokteran Nusantara 2007;40;e235 [Diakses 7 Maret
2019]
3. Frohman EM, Wingerchuk DM. 2010. Transverse Myelitis. The New England
Journal of Medicine 2010;363:564-72. [Diakses 7 Maret 2019]
4. Kerr DA, Ayetey H. 2002. Immunopathogenesis of Acute Transverse Myelitis.
Current Opinion in Neurology 2002, 15:339±347 [Diakses 8 Maret 2019]
5. Transverse Myelitis Consortium Working Group. 2002. Proposed Diagnostik
Kriteria and Nosology of Acute Transverse Myelitis. Neurology 2002; 59; 499-
505. [Diakses 8 Maret 2019]
6. Malik S, Saran S, Dubey A, Punj A. 2016. Longitudinally Extensive Transverse
Myelitis Following Dengue Virus Infection: A Rare Entity. Annals of African
Medicine 2016. [Diakses 9 Maret 2019]
7. Absoud M, Greenberg BM, Lim M, Lotze T, Thomas T, Deiva K. 2016.
Pediatrics Transverse Myelitis. American Academy of Neurology 2016.
[Diakses 10 Maret 2019]