You are on page 1of 16

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DIFTERI

Disusun oleh :
Ana tuti retno sari

Stikes bahrul ulum


kota batu
DEFINISI

Difteri adalah infeksi saluran pernafasan yang disebabkan


oleh Corynebacterium diphteriae dengan bentuk basil
batang gram positif(Jauhari,nurudin. 2008).
KLASIFIKASI (Staff Ilmu Kesehatan Anak FKUI )

1. Infeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada


mukosa hidung dengan gejala hanya nyeri menelan.
2. Infeksi sedang bila pseudomembran telah menyaring sampai
faring (dinding belakang rongga mulut), sampai menimbulkan
pembengkakan pada laring.
3. Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat
disertai dengan gejala komplikasi seperti miokarditis (radang
otot jantung), paralysis (kelemahan anggota gerak) dan nefritis
(radang ginjal).
ETIOLOGI

Penyebabnya adalah Corynebacterium diphteriae. Bakteri ini


ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari batuk
penderita atau benda maupun makanan,minuman yang telah
terkontaminasi oleh bakteri.
MANIFESTASI KLINIK

1. Demam, suhu tubuh meningkat


sampai 38,9℃.
2. Batuk dan pilek yang ringan.
3. Sakit dan pembengkakan pada
tenggorokan.
4. Mual, muntah, sakit kepala.
5. Adanya pembentukan selaput
(pseudomembran) di tenggorokan
berwarna putih ke abu abuan kotor.
6. Kaku leher.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemriksaan laboratorium
1. pemeriksaan bakteriologis
2. pemeriksaan darah rutin
3. pemeriksaan kultur
B. pemeriksaan radiologi
C. pemeriksan EKG
PENATALAKSANAAN

1. Pemberian ADS (Anti difteri serum)


sebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata.
• Test ADS
ADS 0,05 CC murni dioplos dengan aquades 1 CC.
Diberikan 0,05 CC intracutan hasil positif bila dalam waktu 15 menit terjadi indurasi >
10mm
• CARA PEMBERIAN
positif (BESREDKA / DESENSITISASI), Negatif (DRIB/IV)
• Drib/IV
200 CC cairan D5%. Ditambah ADS sesuai kebutuhan(ditentukan berat dan lama
penyakit). Diberikan selama 4 sampai 6 jam observasi gejala cardinal.
2. Pemberian antibiotik
golongan makrolid :
• Eritromisilin : IV dengan dosis maksimal 2g/hari selama 14 hari
• Azitromisin : 10-12mg/kg sekali sehari (maks 500mg/hari)
golongan penisilin
• Procain benzyl penicilin : 50mg/kg sekali sehari (maks
1,2g/hari) secara IM selama 14 hari.
3. Kortikosteroid
untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat
membahayakan, dengan memberikan predison 2mg/kgBB/hari
selama 3-4 minggu.

4. Terapi oksigen
KOMPLIKASI

Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf,


ginjal ataupun organ lainnya:
• Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
• Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi
tidak terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam waktu 3-7 minggu)
• Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
• Kerusakan ginjal (nefritis).
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas : dapat terjadi pada semua golongan umur tapi sering dijumpai pada
anak (usia 1-10 tahun).
2. Keluhan utama : biasanya klien dating dengan keluhan kesulitan bernapas pada
waktu tidur, nyeri pada waktu makan , dan bengkak pada tenggorokan /leher.
3. Riwayat kontak dengan keluarga perlu dikaji.
a. Pemeriksaan fisik
• Pada difteri tonsil-faring terdapat malise, suhu tubuh > 38,9C, terdapat pseudomembran pada tonsil dan
dinding faring.
• Pada difteri laring terdapat stidor,suara parau, dan batuk kering, sementara
pada obstruksi laring yang besar terdapat retraksi supra sterna, sub costal, dan
supra clavicular.
• Pada difteri hidung terdapat pilek ringan,secret hidung yang serosauinus
sampai mukopurulen dan membrane putih pada septum nasi.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menentukan diagnosis pasti diperlukan sediaan langsung dengan kultur,
bakteriologi dan pemeriksaan toksigenitas.
B. Diagnosa keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
jalan napas.
NO Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Bersihan jalan NOC NIC

C. Intervensi nafas
efektif
tidak Setelah
askep selama 3x24
diberikan 1. Berikan pasien posisi
semi atau fowler
berhubungan jam diharapkan 2. Ajarkan cara batuk
dengan bersihan jalan napas efektif
obstruksi jalan pasien efektif dengan 3. Catat kemampuan
napas. criteria hasil : untuk mengeluarkan
1. Orangtua klien secret , catat karakter,
mengatakan sesak jumlah sputum, ada
anaknya mulai atau tidak hemoptisis.
berkurang 4. Kaji fungsi pernapasan
2. Tidak ada retraksi klien (bunyi
dada napas,kecepatan,dan
3. RR : 15-30 x irama napas pasien)
/menit 5. Kolaborasi dengan
4. Penurunan dokter pemberian
produksi sputum obat bronkodilator dan
5. Tidak sianosis mukolitik.
6. Batuk efektif 6. Bersihkan secret dari
saluran pernapasan
dengan suction bila
perlu
D. Implementasi E. Evaluasi
Dilakukan berdasarkan interverensi 1. Evaluasi Formatif (merefleksikan
observasi perawat dan analisis
terhadap klien terhadap respon
langsung pada intervensi
keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan
rekapitulasi dan sinopsi observasi
dan analisis mengenai status
kesehatan klien terhadap waktu)
TERIMAKASIH

You might also like