You are on page 1of 34

PATOFISIOLOGI TINGKAT SEL

Hj, Sri Mulyati Rahayu.SKp.Mkes.


Pengertian
 Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
penyimpangan atau kelainan fungsi yang menimbulkan sign
dan symptom dari berbagai sindrom penyakit (Lange JD,
1994)
3 reaksi tubuh terhadap jejas dalam rangka
mempertahankanhomeostasis
1. Reaksi pertahanan aktif (active resistence)
2. reaksi kekalahan (submissive reaction)
3. reaksi penyesuaian (adaptation)
 Proses biologi sel dan perubahan-perubahan struktur maupun
fungsi akibat jejas :
a) Jejas yang tersering adalah iskemia, jejas kimia dan jejas akibat
infeksi.
b) Sistem intraselular yang sangat rawan akan pengaruh jejas :
 Fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP
 Kebutuhan struktur dan fungsi dari membran sel
 Sistem protein baik untuk enzym maupun struktur sel
 Kebutuhan struktur atau fungsi somatik sel
C) Struktur sel dan elemen biokimia saling berkaitan, sehingga
jejas berpengaruh pada satu komponen sel akan
mempengaruhi komponen lainnya
d) Perubahan morfologi baru setelah sistem biokimia sel gagal
dan mengalami perubahan reversibel dan irreversibel.
Etiologi Perubahan “Reversibel” dan
Irreversibel “pada sel
1. Hipoksia, biasanya disebabkan oleh :
 Gangguan sirkulasi darah (arteriosklerosis, trombus)
 Anemia
 Keracunan CO (Hb diikat oleh CO)
 Hipoksia intrasel (pernafasan sel, fosforilasi oksidatif dan
sintesa ATP )
 Jejas fisik
 Suhu dingin, menyebabkan vasokontriksi merusak kontrol
vasomotor, Suhu dingin juga menyebabkan pembekuan darah dan
kristalisasi dalam sel.
 Suhuh panas, menyebabkan rusak, terbakar, hipermetabolisme
sel, sehingga rangsangan sumsum darah tidak mencukupi, timbul
timbunan bahan metabolik , pH menurun yang menyebabkan
kematian sel.
 Trauma, jejas yang secara mekanik merobek sel.
 Radiasi (sinar matahari, ultra violet, sinar X, sinar isotop dan
sinarradiaktif)
 Jejas listrik, kerusakan yang terjadi terutama jaringan saraf karena
rangsangan listrik. Bila teganagan tinggi menyebabkan aritmia
jantung,tegangan rendah menyebabkan spame jaringan otot.
 Jejas bahan kimia
 Arsen, sianida, garam-garam merkuri,merusak sel atau jaringan
dalam beberap menit atau jam dan menyebabkan kematian.
 NaCl dalam konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kematian
 Free radikal dapat membunuh mikroorganisme patogen, tetapi
juga dapat merusak sel sendiri (merusak fosfolipid membran sel)
dan mutasi DNA.
2. Jejas biologik
 Virus, riketsia dapat hidup dalam sel mengubah metabolisme sel
untuk hidupnya, sehingga host akan kekurangan bahan dan
akhirnya mati.
 Virus RNA dan DNA bercampur dengan genom sel, akan
mengubah aktivitas sel, dapat mati atau bahkan proliferasi
menjadi neoplasma.
 Jejas neural dan nuerotransmiter, denervasi otot rangka akibat
operasi atau infeksi virus menghilangkan masa syncytial muscle
fiber, rangsangan katekolamin (neurotransmiter) berlebihan akan
menyebabkan nekrosis sel otot jantung dan sel otot pembuluh
darah.
 Parasit dan golongan bakteri merusak sel dengan cara :
 Eksotoksin
 Endotoksin
 Produk penyebab alergi
3. Gangguan mekanisme imunologik
 Imunogik adalah reaksi pertahanan tubuh. Suatu kepekaan yang
berlebihan sehingga terjadi reaksi merugikan. Jejas imunologik
disebut antigen (eksogen atau endogen) :
o Reaksi anafilaksis terhadap protein asing/obat (eksogen)
o Penyakit-penyakit autoimun, reaksi terhadap jejas endogen.
4. Gangguan nutrisi
 Manifestasi kelainan akibat difisiensi protein, kalori, vitamin dan
kebanyakan aksen nutrisi.
 Hiperlipidemia dapat menimbulkan jejas di sel (perlemakan)
sampai nekrosis
 Gangguan genetik , misal sindroma methabolik
 Mutasi akibat pengaruh obat, radiasi atau infeksi (pada taraf
pembentukan gamet atau embrio)
 Kelainan bersumber pada kelainan gen asalnya dan diteruskan
pada keturunannya.
5. Proses penuaan (aging=senescene)
 Perubahan ini terutama mengenai gonad, otak, otot skletal
dan otot jantung.
 Sel-sel yang mengalami keadaan stres metabolik
 Untuk mempertahankan keadaan homeostasis , sel mengadakan
reaksi adaptasi terhadap jejas dan lingkungannya.
 Sel normal yang terkena stressor /patogen terus menerus akan
mengalami adaptasi dan jejas (injury), baik yang reversibel maupun
iireversibel.
Adaptasi sel
 Adaptasi seluler merupakan bentuk respon sel terhadap
stressor/patogen,perubahan tersebut dapat berupa :
1. Atropi adalah mengecilnya ukuran sel yang sudah pernah
mencapai ukuran normal, oleh karena respon penurunan atau
pengkerutan ukuran sel dengan pengurangan substansi sel.
 Etiologi
 menurunya beban kerja (disuse atropi), misalnya patah tulang,
imobilisasi
 hilangnya inervasi saraf (neurogenic atropy), misalnya myelitis
 berkurangnya aliran darah (vaskular atropi), misalnya
arterosklerosis pembuluh darah menyempit sehingga aliran darah
ke jaringan menurun dan terjadi atropi
 nutrisi yang tidak cukup
 hilangnya stimulus endokrin (endokrin atropi)/penuaan,
misalnya postmenopause oleh karena stimulus endokrine
berhenti, gonad mengalami atropi.Hormon-hormon insulin,
tiroid, glukokortikoid dan prostaglandin mempengaruhi proses
sintesis dan degradasi protein.
 Makroskopi : struktur organ mengecil, bila banyak mengandung
lipofusin akan berwarna coklat (brown atropi)
 Mikroskopis: sel-sel jaringan mengecil, deposisi lipofusin
sitoplasma.
2. Hipertropi adalah peningkatan ukuran sel sehingga organ atau
jaringan yang dibentuk membesar.
Hipertropi tidak memerlukan pembelahan sel dan tidak ada sel
baru yang terbentuk.
 Etiologi,
o meningkatnya fungsi oleh karena kenaikan beban dan adanya
stimulasi hormon (peningkatan sintesis protein pada sitoplasma,
retikulum endoplasmik,mikrofilamin dan mitokondria) bukan
pada cairan sel.
3. Hiperplasia adalah bertambahnya jumlah sel dalam
jaringan/organ yang biasanya meningkatkan volume/besarnya
jaringan atau organ tersebut.
Sebagian sel/ jaringan bila mendapat jejas akan bereaksi dengan
jalan membelah diri (mitosis),sehingga jumlahnya bertambah
banyak.
Hiperplasi dapat terjadi :
1) regenerasi,
2) awal pertumbuhan neoplasma.
 Reaksi hiperplasia dibagi menjadi dua
1) Hiperplasia fisiologik, ada 2 bentuk :
 hiperplasia hormonal, terutama terjadi pada estrogen dependent.
Contoh pembesaran payudara pada masa laktasi/pubertas ,
uterus pada saat hamil
 hiperplasia kompensator, sebagai bentuk adaptasi kompensasi dari
sel melalui regenerasi, agar fungsi organ tetap homestasis.
Misalnya (partial hepatectomi”, akan terjadi regenerasi dalam
waktu 2 minggu.
2) Hiperplasia patologik, terutama akibat stimulasi hormonal yang
berlebihan/proliferasi sel yang abnormal.
 Contoh : Hiperplasia adematousa dari endometrium (hiperplasi
yang ganas)
4. Metaplasia adalah perubahan yang reversibel dari satu jenis sel
dewasa menjadi sel dewasa yang lain.
 Contoh : Epitel sistem respirasi pada perokok berat, epitel
silinder pada trakea dan bronkus akan mengalami metaplasia
skuamosa
 Radang menahun pada bronki dan bronki kecil
 Batu pada pankreas dan kandung kencing
 Perubahan-perubahan sel yang bukan reaksi adaptasi :
a) Displasia, perubahan pada sel dewasa dengan variasi dalam
bentuk, ukuran dan susunan dari sel-selnya atau kelainan
pertumbuhan
Contoh :Epitel servix pada keganasan menahun, tetapi dapat
pula mengenai epitel lain
b) Hipoplasia, gangguan pertumbuhan Organ terbentuk tetapi
tidak mencapai ukuran dewasa normal.
Fungsi organ umumnya di bawah normal, tetapi kadang-kadang
mampu mengatasi kebutuhan tubuh
c) Aplasia, tingkat perkembangannya tidak sempurna.Organ
terbentuk tetapi sangat tidak sempurna, kecil, dan fungsi
tidak mencukupi kebutuhan tubuh
d) Agenesis, tidak terbentuknya suatu organ.
 Secara morfologi ada dua bentuk kematian sel yaitu
1. Nekrosis
Pada nekrosis ada dua perubahan yaitu pencernaan enzimatik
(autolisis) dan denaturasi protein.
 Perubahan irreverisbel dari inti sel :
 Pikonosis, inti sel mengkerut
 Karioraksis, inti terpecah-pecah menjadi bagian kecil-kecil
 Kariolisis, pecahnya seluruh inti karena metabolisme protein inti oleh
DNA-se dan RNA-se.
 Apoptosis
 Perubahan morfologik yang terjadi adalah
 Pengkerutan sel
 Kondensasi kromatin
 Pembentukan blebs sitoplasma dan apoptosis bodies
 Fagosistosis apoptosis bodies oleh makrofage
 Perubahan post mortem Kematian somatik
 Kematian seluruh individu disebut kematian somatik yang
menyangkut :
 a) kegiatan sistem saraf pusat (otak) berhenti. Jika otak mati
maka kegiata listrik berhenti dan elektroensepalogramnya
datar/isoelektrik walaupun paru, jantung masih dapat dijalankan
secara buatan.
 Perubahan-perubahan yang terjadi setelah kematian
 Rigor mortis adalah kekakuan otot
 Algor mortis adalah dinginnya mayat karena suhu tubunya mendekati
suhu lingkungan
 Livor mortis adalah adanya perubahan warna (sirkulasi berhenti, darah
dalam pembuluh mengambil tempat menurut tarikan gravitasi, dan
jaringan yang terletak paling bawah dalam tubuh menjadi merah
keunguan , disebabkan bertambahnya kandungan darah.
Secara mikroskopis enzim-enzim kimia dikeluarkan secara lokal
melalui reaksi lisis yang disebut otolisis post mortem (melarutkan
diri). Bila tidak dilakukan pembalseman, maka bakteri akan tumbuh
dengan subur dan terjadi pembusukan, tergantung individual dan sifat
sifat lingkungan sekitarnya
Respon inflamasi
Mekanisme adaptasi yang berguna utk :
 menghancurkan agent penyebab injuri
 mencegah penyebaran injuri
 meningkatkan perbaikan jaringan rusak

Ditandai oleh :
Rubor, kalor, tumor, dolor & fungsiolaesa
3 tahapan proses inflamasi :
 Respon vaskular &
seluler
 Exudat
 Reparatif
LUKA Vasokontriksi pembuluh darah

Pengeluaran histamin, Peningkatan permeabilitas kapiler


bradikinin,serotonin

Tumor Dolor
Vasodilatasi pemb darah

Leukosit melakukan leokositosis


Rubor Kalor kemotaksis

Exudasi peradangan Exudat dibersihkan


ke aliran limfatik

Regenerasi jaringan

You might also like