You are on page 1of 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

RETINOBLASTOMA

Disusun Oleh :
Kelompok I

Rizka Adrianti Edo Alfind


Lisdahartati Zahrina Violla
Desi Asman Ebet Putra
Julian Falenzah Naomi Narty
Sri Rahayu Lestari Febrianti Ningsih
Hetty Yuliana Wiwit Radika
Wiwik Dwi Haryuni Asbullah
Deby Rayendra
DEFINISI
Retinoblastoma adalah suatu keganasan
intraokular primer yang paling sering pada bayi
dan anak dan merupakan tumor neuroblastik
yang secara biologi mirip dengan neuroblastoma
dan meduloblastoma (Skuta et al. 2011) (Yanoff
M, 2009).
EPIDEMIOLOGI
Retinoblastoma merupakan tumor
intraokular yang paling sering pada anak-anak
dan berjumlah sekitar 3% dari seluruh tumor
pada anak. Kasus retinoblastoma bilateral secara
khas didiagnosis pada tahun pertama kehidupan
dalam keluarga dan pada kasus sporadik
unilateral didiagnosis antara umur 1-3 tahun.
Onset diatas 5 tahun jarang terjadi. (Clinical
Opthalmology, 2007).
ETIOLOGI
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen
RB1, yang terletak pada lengan panjang
kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode
protein pRB, yang berfungsi supresor
pembentukan tumor. pRB adalah nukleoprotein
yang terikat padaDNA (Deoxiribo Nucleid Acid)
dan mengontrol siklus sel pada transisi dari fase
S. Jadi mengakibatkan perubahan keganasan
dari sel retina primitif sebelum berakhir. (Skuta
et al. 2011)
PATOFISIOLOGI
Pola Penyebaran Tumor (Skuta et al. 2011) (Kanski, 2007).
 Pola pertumbuhan
Retinoblastoma intraokular dapat menampakkan sejumlah
pola pertumbuhan, pada pola pertumbuhan endofitik, ini
tampak sebagai gambaran massa putih sampai coklat
muda yang menembus membran limiting interna.
Retinoblastoma endofitik kadang berhubungan dengan
vitreus seeding. Sel-sel dari retinoblastoma yang masih
dapat hidup terlepas dalam vitreous dan ruang sub retina
dan biasanya dapat menimbulkan perluasan tumor melalui
mata. Vitreous seeding sebagian kecil meluas memberikan
gambaran klinis mirip endopthalmitis, vitreous seeding
mungkin juga memasuki bilik mata depan, dimana dapat
berkumpul di iris membentuk nodule atau menempati
bagian inferior membentuk pseudohypopyon.
 Tumor eksofitik biasanya kuning keputihan dan
terjadi pada ruang subretinal, jadi mengenai
pembuluh darah retina yang sering kali terjadi
peningkatan diameter pembuluh darah dan lebih
pekat warnanya. Pertumbuhan retinoblastoma
eksofitik sering dihubungkan dengan akumulasi
cairan subretina yang dapat mengaburkan tumor
dan sangat mirip ablasio retina eksudatif yang
memberi kesan suatu Coats disease lanjut. Sel
retinoblastoma mempunyai kemampuan untuk
implant dimana sebelumnya jaringan retina
tidak terlibat dan tumbuh. Dengan demikian
membuat kesan multisentris pada mata dengan
hanya tumor primer tunggal. Sebagaimana
tumor tumbuh, fokus kalsifikasi yang
berkembang memberikan gambar khas chalky
white appearance.
 Invasi saraf optikus; dengan penyebaran tumor
sepanjang ruang subarachnoid ke otak. Sel
retinoblastoma paling sering keluar dari mata
dengan menginvasi saraf optikus dan meluas
kedalam ruang subrahnoid. Diffuse infiltration
retina.
 Pola yang ketiga adalah retinoblastoma yang tumbuh
menginfiltrasi luas yang biasanya unilateral,
nonherediter, dan ditemukan pada anak yang
berumur lebih dari 5 tahun. Pada tumor dijumpai
adanya injeksi conjunctiva, anterior chamber seeding,
pseudohypopyon, gumpalan besar sel vitreous dan
tumor yang menginfiltrasi retina, karena masa tumor
yang dijumpai tidak jelas, diagnosis sering
dikacaukan dengan keadaan inflamasi seperti pada
uveitis intermediate yang tidak diketahui etiologinya.
Glaukoma sekunder dan rubeosis iridis terjadi pada
sekitar 50% kasus.
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS
 Tanda-tanda retinoblastoma yang paling sering
dijumpai adalah leukokoria (white pupillary
reflex) yang digambarkan sebagai mata yang
bercahaya, berkilat, atau cat’s-eye appearance,
strabismus dan inflamasi okular. Gambaran lain
yang jarang dijumpai, seperti heterochromia,
hyfema, vitreous hemoragik, sellulitis, glaukoma,
proptosis dan hypopion. Tanda tambahan yang
jarang, lesi kecil yang ditemukan pada
pemeriksaan rutin. Keluhan visus jarang karena
kebanyakan pasien anak umur prasekolah.
(Skuta et al. 2011).
KLASIFIKASI
 Klasifikasi Reese-Ellsworth adalah metode
penggolongan retinoblastoma intraokular yang
paling sering digunakan, tetapi klasifikasi ini
tidak menggolongkan retinoblastoma
ekstraokular. Klasifikasi diambil dari
perhitungan jumlah, ukuran, lokasi tumor dan
dijumpai atau tidak dijumpai adanya vitreous
seeding.
 Klasifikasi Reese-Ellsworth
 Group I
 Tumor Soliter, ukuran kurang dari 4 diameter disc,

pada atau dibelakang equator


 Tumor Multipel, ukuran tidak melebihi 4 diameter

disc, semua pada atau dibelakang equator


 Group II
 Tumor Soliter, ukuran 4-10 diameter disc, pada atau
dibelakang equator
 Tumor Multipel, ukuran 4-10 diameter disc,
dibelakang equator
 Group III
 Ada lesi dianterior equator

 Tumor Soliter lebih besar 10 diameter disc


dibelakang equator
 Group IV
 Tumor Multipel, beberapa besarnya lebih
besar dari 10 diameter disc
 Ada lesi yang meluas ke anterior ora serrata

 Group V
 Massive Seeding melibatkan lebih dari
setengah retina
 Vitreous seeding
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Pemeriksaan fisik : opthalmoscopy bilateral, foto
fundus dimana terdapat gambaran klasifikasi
berupa warna putih dan ablasi retina.
 CT scan digunakan untuk melihat perluasan
tumor ke tulang.
 MRI dapat digunakan untuk melihat perluasan
tumor ke nerbus optikus.
 Pemeriksaan laboratorium meliputi enzim LDH
dan esterase-D.
 Sensitivitas USG mencapai 97% dan dapat
membedakan retinoblastoma dengan
retinoprematuritas.
PENATALAKSANAAN
 Enukleasi
 Kemoterapi

 Periocular Chemotherapy

 Photocoagulation dan Hyperthermia

 Cryotherapy

 External-beam Radiation Therapy

 Plaque Radiotherapy (Brachytherapy)


KOMPLIKASI
 Komplikasi retinoblastoma antara lain rubeosis
iridis dengan glaukoma, dislokasi lensa ke
anterior, uveitis, endooftalmitis, dan
pseudoinflamasi. Gejala-gejala inflamasi ini
dapat terjadi akibat pertumbuhan
retinoblastoma yang bersifat endofitik, dan sel-
sel tumor lepas ke korpus vitreous dan bilik mata
depan serta menyebabkan inflamasi.
PENCEGAHAN
 Anggota keluarga dari anak yang terkena
retinoblastoma sebaiknya melakukan
pemeriksaan mata rutin. Anak kecil lain di
dalam keluarga juga perlu diperiksa apakah juga
mengalami retinoblastoma, dan orang dewasa
perlu diperiksa apakah ada tumor jinak pada
mata yang disebabkan oleh gen yang sama.
 Jika di dalam keluarga terdapat riwayat
retinoblastoma. Sebaiknya mengikuti konsultasi
genetik untuk membantu melihat resiko
terjadinya retinoblastoma pada keturunannya.
KONSEP KEPERAWATAN
 Pengkajian
 Biodata
 Keluhan utama
 Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan masa lalu

 Riwayat kesehatan keluarga

 Pemberian Sistem
 Aktifitas
Gejala : Kelelahan, malaise, kelemahan,
ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas seperti
biasanya.
Tanda : Kelelahan otot, peningkatan kebutuhan
tidur, samnolen.
 Sirkulasi
Gejala : Palpitasi.
Tanda : Takikardi, mur-mur jantung.
Kulit, membran mukosa pucat.
Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan
cerebral.
 Eliminasi
Gejala : diare, nyeri tekan perianal, nyeri
Darah merah terang pada tisu, feses hitam.
Darah pada urine, penurunan haluaran urine.
 Integritas Ego
Gejala : perasaan tidak berdaya/tak ada harapan.
Tanda : depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah
Perubahan alam perasaan, kacau
 Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah
Tanda : penurunan berat badan, perubahan rasa
 Neurosensori
Gejala : kurang/penurunan koordinasi
Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi, ukuran
konsisten.
Pusing, kebas, kesemutan parastesi.
Tanda : otot mudah terangsang, aktifitas kejang.
 Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi,
nyeri tekan sternal, kram otot.
Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus pada
diri sendiri.
 Pernapasan
Gejala : napas pendek dengan kerja minimal
Tanda : dispnea, takipnea, batuk.
Gerimicik, ronkhi, penurunan bunyi napas.
 Keamanan
Gejala : riwayat infeksi saat ini
Gangguan penglihatan/kerusakan pada mata.
Perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma
minimal.
Tanda : Demam, infeksi.
Kemerahan, purpura, perdarahan retinal,
perdarahan gusi, atau epistaksis.
Pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati
(sehubungan dengan invasi jaringan)
Papil edema dan eksoftalamus.
 Seksualitas
Gejala : perubahan libido
Perubahan aliran menstruasi, menoragia dan
lipopren.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d
perubahan resepsi transmisi dan integritas
sensori.
 Kerusakan integritas kulit b/d perubahan turgor,
penurunan iminilogis dan radiasi.
 Ansietas b/d status kesehatan,
infeksi/kontaminan interpersonal dan ancaman
kematian.
 Nyeri b/d cedera (misal biologis, zat kimia, fisik,
psikososial).
NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan 1. Pantau dan 1. Untuk
sensori : penglihatan asuhan keperawatan dokumentasika mengetahui
selama 3x24 jam n status perkemban
Definisi : perubahan diharapkan gangguan neurologis gan pasien
pada jumlah atau pola persepsi penglihatan pasien. 2. Untuk
stimulus yang diterima, dapat teratasi. 2. Kurangi mencegah
yang disertai respons Kriteria Hasil : klien jumlah terjadinya
terhadap stimulus dapat menunjukkan stimulus untuk gangguan
tersebut yang masalah persepsi mencapai pada mata
dihilangkan, dilebihkan, sensori terhadap input sensori 3. Untuk
disimpangkan, atau penglihatan bisa lebih yang sesuai. mencegah
dirusakkan baik 3. Intruksikan terjadinya
klien atau infeksi
Faktor yang keluarga 4. Membantu
berhubungan: untuk pengobatan
perubahan resepsi, memeriksa lebih lanjut
transmisi dan integritas kulit setiap
sensori. hari terhadap
kerusakan
integritas
kulit.
4. Mulai
perujukan
terapi okupasi
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

You might also like