You are on page 1of 18

PAIN MANAGEMENT

(PENATALAKSANAAN NYERI)
KELOMPOK 4

CENDA WIRDATUL JANNA 1601056

DESLINA SETRIA MITA 1601057

DESNA AMELLIYA 1601058

DEVI PUSPITA 1601059

DIAN OKTAVIANI 1601060

DWI OLIVIA JASMAN 1601062


Definisi Nyeri

 Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang


tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
(International Association for The Study of Pain [IASP],
dalam Lewis, et al., 2011).
 Pain : peone (Yunani) hukuman
 Teori pertama tentang nyeri datang dari Yunani dan
Romawi yang menyatakan bahwa otak dan sistem saraf
berperan dalam menghasilkan persepsi nyeri
Nyeri Akut
 Nyeri akut disebabkan oleh stimulasi noxious akibat
trauma, proses suatu penyakit atau akibat fungsi otot atau
viseral yang terganggu.
 Nyeri akut ini berkaitan dengan stress neuroendokrin
yang sebanding dengan intensitasnya.
 Nyeri akut akan disetrai hiperaktifitas saraf otonom dan
umumnya mereka dan kehilangan sesuai dengan laju
proses penyemuhan.
Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan sumber nyeri, Klasifikasi yang dikembangkan oleh
maka nyeri dibagi menjadi: IASP didasarkan pada lima aksis yaitu:

 a. Nyeri somatik luar  Aksis I : regio atau lokasi


Nyeri yang stimulusnya berasal dari kulit,
jaringan subkutan dan membran mukosa. Nyeri anatomi nyeri
biasanya dirasakan seperti terbakar, jatam dan
terlokalisasi
 Aksis II : sistem organ
 b. Nyeri somatik dalam
primer di tubuh yang
Nyeri tumpul (dullness) dan tidak terlokalisasi berhubungan dengan
dengan baik akibat rangsangan pada otot timbulnya nyeri
rangka, tulang, sendi, jaringan ikat
 c. Nyeri viseral
 Aksis III : karekteristik nyeri
Nyeri karena perangsangan organ viseral atau atau pola timbulnya nyeri
membran yang menutupinya (pleura parietalis, (tunggal, reguler, kontinyu)
perikardium, peritoneum). Nyeri tipe ini dibagi
lagi menjadi nyeri viseral terlokalisasi, nyeri  Aksis IV : awitan terjadinya
parietal terlokalisasi, nyeri alih viseral dan nyeri
alih parietal. nyeri
 Aksis V : etiologi nyeri
Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan jenisnya nyeri juga Berdasarkan timbulnya nyeri
dapat diklasifikasikan menjadi: dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Nyeri nosiseptif a. Nyeri akut

Karena kerusakan jaringan baik somatik maupun viseral. Stimulasi 1. Nyeri somatik luar : nyeri tajam di kulit, subkutis dan mukosa
nosiseptor baik secara langsung maupun tidak langsung akan
2. Nyeri somatik dalam : nyeri tumpul pada otot rangka, sendi dan
mengakibatkan pengeluaran mediator inflamasi dari jaringan, sel
imun dan ujung saraf sensoris dan simpatik. jaringan ikat

b. Nyeri neurogenik 3. Nyeri viseral : nyeri akibat disfungsi organ viseral

Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara. Nyeri ini
pada sistem saraf perifer. Hal ini disebabkan oleh cedera pada jalur ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti : takikardi,
serat saraf perifer, infiltrasi sel kanker pada serabut saraf, dan
hipertensi, hiperhidrosis, pucat dan midriasis dan perubahan wajah :
terpotongnya saraf perifer. Sensasi yang dirasakan adalah rasa panas
menyeringai atau menangis Bentuk nyeri akut dapat berupa:
dan seperti ditusuk-tusuk dan kadang disertai hilangnya rasa atau
adanya sara tidak enak pada perabaan. b. Nyeri kronik

c. Nyeri psikogenik Nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa tanda2 aktivitas

Nyeri ini berhubungan dengan adanya gangguan jiwa misalnya cemas otonom kecuali serangan akut. Nyeri tersebut dapat berupa nyeri

dan depresi. Nyeri akan hilang apabila keadaan kejiwaan pasien yang tetap bertahan sesudah 5 penyembuhan luka (penyakit/operasi)
tenang. atau awalnya berupa nyeri akut lalu menetap
RESPON TERHADAP NYERI
 Respon terhadap nyeri meliputi respon fisiologis dan respon
perilaku. Untuk nyeri akut repon fisiologisnya adalah adanya
peningkatan tekanan darah (awal), peningkatan denyut nadi,
peningkatan pernapasan, dilatasi pupil, dan kejiringat dingin,
respon perilakunya adalah gelisah, ketidakmampuan
berkonsentrasi, ketakutan dan disstress. Sedangkan pada nyeri
kronis respon fisiologisnya adalah tekanan darah normal,
denyut nadi normal, respirasi normal, pupil normal, kulit kering,
dan respon perilakunya berupa imobilisasi atau ketidak aktifan
fisik, menarik diri, dan putus asa, karena tidak ditemukan gejala
dan tanda yang mencolok dari nyeri kronis ini maka tugas tim
kesehatan, perawat khususnya menjadi tidak mudah untuk
dapat mengidentifikasinya..
Bagaimana mekanisme nyeri nosiseptif ?

 Stimulasi Sebagian besar jaringan dan organ diinervasi


reseptor khusus nyeri nociceptor yang berhubungan dgn
dengan saraf aferen primer dan berujung di spinal cord.
Jika suatu stimuli (kimiawi, mekanik, panas) datang diubah
menjadi impuls saraf pada saraf aferen primer
ditransmisikan sepanjang saraf aferen ke spinal cord ke
SSP
Patofisiologi
 Bila terjadi kerusakan jaringan/ancaman kerusakan jaringan
tubuh, seperti pembedahan akan menghasilkan sel-sel
rusak dengan konsekuensi akan mengeluarkan zat-zat
kimia bersifat algesik yang berkumpul sekitarnya dan
dapat menimbulkan nyeri.
 akan terjadi pelepasan beberapa jenis mediator seperti
zat-zat algesik, sitokin serta produk-produk seluler yang
lain, seperti metabolit eicosinoid, radikal bebas dan lain-
lain. Mediator-mediator ini dapat menimbulkan efek
melalui mekanisme spesifik.
Etiologi
a. Stimulasi kimia ( histamin,bradikirun,prostaglandin,macam-
macamasam)
b. Pembekalan jaringan
c. Spasmus otot
d. Kehamilan
e. Inflamasi
f. Keletihan
g. Kanker
Gejala dan tanda
 Nyeri bisa berupa nyeri tajam, tumpul, rasa terbakar, geli
(tingling), menyentak (shooting) yang bervariasi dalam
intensitas dan lokasinya
 Suatu stimulus yang sama dapat menyebabkan gejala nyeri
yang berubah sama sekali (mis. tajam menjadi tumpul)
 Gejala kadang bersifat nonspesifik
 Nyeri akut dpt mencetuskan hipertensi, takikardi,
midriasis tapi tidak bersifat diagnostik
 Untuk nyeri kronis seringkali tidak ada tanda yang nyata
 Perlu diingat : nyeri bersifat subyektif !!
Tujuan Penatalaksanaan
 Tujuan Penatalaksanaan Nyeri Mengurangi intensitas dan
durasi keluhan nyeri Menurunkan kemungkinan
berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis yang
persisten Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan
akibat nyeri Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau
intoleransi terhadap terapi nyeri Meningkatkan kualitas
hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien
untuk menjalankan aktivitas sehari-hari
Terapi non-farmakologi
 Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis
untuk menanggulangi nyeri ada pula tindakan non-
farmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa
tindakan penanganan berdasarkan:
 Penanganan fisik / stimulasi fisik,meliputi
 Stimulasi kulit (message kulit, mandi air hangat, kompres dengan
kantong es)
 Stimulasi elektrik (TENS) ( dengan menggunakan arus listrik ringan
melalui elektoda luar)
 Akupuntur (jarum-jarum kecil yang dimasukkan pada kulit)
Terapi non-farmakologi
 Intervensi perilaku kognitif meliputi:
 Relaksasi
 Gate control dan message kutanus
 Terapi es dan panas
 Stimulasi saraf elektris transkutan
 Distraksi
 Imajinasi terbimbing
 Hipnosis
Terapi farmakologi
 Prinsip penatalaksanaan nyeri Pengobatan nyeri harus
dimulai dengan analgesik yang paling ringan sampai ke yang
paling kuat Tahapannya:
 Tahap I analgesik non-opiat : AINS
 Tahap II analgesik AINS + ajuvan (antidepresan)
 Tahap III analgesik opiat lemah + AINS + ajuvan
 Tahap IV analgesik opiat kuat + AINS + ajuvan Contoh ajuvan :
antidepresan, antikonvulsan, agonis α2, dll.
Terapi farmakologi
Kontraindikasi AINS
 Riwayat tukak peptik
 Insufisiensi ginjal atau oliguria
 Hiperkalemia
 Transplantasi ginjal
 Antikoagulasi atau koagulopati lain
 Disfungsi hati berat
 Dehidrasi atau hipovolemia
 Terapi dengan frusemide
 Riwayat eksaserbasi asma dengan AINS
Algoritma
TERIMA KASIH

You might also like