You are on page 1of 23

Click to edit

Master title style


Click to edit Master subtitle style
Tikus?
Tikus merupakan salah satu hama utama
pada kegiatan pertanian. Selain itu, tikus
sering membawa berbagai macam
patogen yang dapat ditularkan kepada
manusia, yaitu diantaranya Yersiniosis,
Leptospirosis, Salmonellosis dan
Lymphochytis choriomeningitis.
Klasifikasi Tikus
• Tikus dan mencit termasuk familia
Muridae dari kelompok mamalia (hewan
menyusui). Para ahli zoologi (ilmu hewan)
sepakat untuk menggolongkannya ke
dalam ordo Rodensia (hewan yang
mengerat), subordo Myomorpha, famili
Muridae, dan sub famili Murinae.
Kemampuan Fisik Tikus
• Menggali (digging)
• Memanjat (climbing)
• Meloncat (jumping)
• Mengerat (gnawing)
• Berenang
Menggali (digging)
• Tikus mempunyai kemampuan menggali yang bertujuan
untuk membuat sarang.
• Tikus riul mampu menggali melebihi kedalaman 200 cm
tanpa mengalami kesulitan, terutama pada tanah yang
gembur.
• Sistem sarang tikus di dalam tanah ini sering
diperpanjang dengan membuat lorong-lorong tambahan
yang saling berhubungan satu sama lain terutama bila
populasinya meningkat.
• Tikus akan membuat beberapa pintu alternatif selain
satu pintu utamanya, dalam upaya untuk mengelabuhi
predatornya (ular, garangan) yang akan memangsa.
Memanjat (climbing)
• Tikus arboreal mampu memanjat pohon dengan baik, memanjat tembok dengan

permukaan kasar, memanjat pipa paralon, berjalan pada seutas kawat/tali tambang, serta

turun dari suatu ketinggian dengan kepala menuju ke bawah tanpa mengalami kesulitan.

• Kemampuan memanjat pada tikus ditunjang oleh adanya tonjolan pada telapak kaki

yang disebut dengan footpad yang berukuran relatif besar dan permukaan yang relatif

kasar. Ditambah lagi dengan cakar atau kuku yang berguna untuk memperkuat

pegangan, serta ekor sebagai alat untuk menjaga keseimbangan pada saat memanjat.

Ekor tikus arboreal berukuran lebih panjang daripada kepala dan badan.

• Tikus rumah, tikus pohon, tikus ladang, dan mencit rumah termasuk hewan arboreal.
Meloncat (jumping)
• Tikus mempunyai kemampuan untuk melompat
karena mempunyai otot-otot kakinya yang relatif kuat.

• Tikus riul dewasa dapat meloncat secara vertikal


sampai ketinggian 77 cm, dan horizontal mencapai
240 cm, bahkan loncatan ini akan lebih tinggi dan
lebih jauh bila dimulai dengan berlari (ancang-
ancang). Sementara itu, mencit rumah dapat
meloncat vertikal sampai 25 cm.
Mengerat (gnawing)
• Tikus mengerat dengan bantuan bahan-bahan yang keras, yang bertujuan untuk mengurangi

panjang gigi serinya yang tumbuh terus menerus.

• Pertumbuhan gigi seri ini disebabkan tidak adanya penyempitan pada bagian pangkal,

sehingga terdapat celah yang memungkinkan pertumbuhan tersebut. Oleh karena itu sisi yang

menghadap ke arah belakang (ke dalam) lebih cepat aus dan bagian yang runcing terdapat

pada sisi depan.

• Tikus tidak mempunyai taring, sehingga di antara gigi seri dan geraham terdapat celah yang

disebut dengan diastema, yang berfungsi untuk membuang kotoran yang ikut terbawa bersama

dengan pakan masuk ke dalam mulut. Tikus dapat merusak bahan-bahan yang keras sampai

nilai 5,5 pada skala kekerasan geologis, termasuk kayu pada bangunan dan kayu pohon,

lembaran aluminium, beton berkualitas buruk, dan aspal.


Berenang
• Tikus merupakan hewan yang pandai berenang.
Dalam suatu percobaan untuk melihat kemampuan
tikus berenang dalam keadaan terpaksa, tikus mampu
berenang selama 50 – 72 jam dengan kecepatan
berenang 1,4 km/jam, serta kecepatan 0,7 km/jam
untuk mencit.
• Lama menyelam dari seekor tikus maksimum
mencapai 30 detik.
• Tikus berenang dengan menggunakan kedua tungkai
belakangnya dengan cara menendang secara
bergantian.
Kemampuan Indra Tikus
• Indra Penciuman
• Indra Peraba
• Indra Pendengaran
• Indra Penglihatan
• Indra Perasa
Indra Penciuman
• Seekor tikus jika akan keluar dari sarangnya akan
mengendus ke kanan dan kiri sarangnnya selanjutnya
tikus akan mengeluarkan sekresi genital dan urinnya
sehingga akan terdeteksi oleh tikus lainnya untuk
mengikuti jalurnya mencari makan.
• Fungsi dari bau yang dikeluarkan selain untuk
mendeteksi jalur mencari makan juga untuk
mendeteksi tikus yang bukan dari familinya dan
adanya bahaya yang akan mengancam.
Indra Peraba
• Tikus mengandalkan sentuhan dengan menempelkan
tubuhnya dan kibasan ekornya untuk meningkatkan
kewaspadaan terhadap sesuatu yang akan dihadapinya.
• Dalam meraba benda-benda yang ada di sekitarnya,
tikus menggunakan misai/kumis yang berada di ujung
moncongnya. Selain itu, tikus juga menggunakan
rambut-rambut yang ada di sisi badannya untuk
membantu kerja misai.
Indra Pendengaran
• Sebagian besar rodensia mampu
mendengarkan bahkan mengirimkan suara
ultra, oleh karena itu tikus sangat sensitif
terhadap suara yang mendadak.
Berdasarkan suara-suara yang dikeluarkan
oleh tikus, dapat dibagi menjadi beberapa
suara, yaitu :
• Suara-suara pada saat akan melakukan
perkawinan
• Suara-suara menandakan adanya bahaya
• Suara-suara pada saat menemukan makanan
• Suara-suara pada saat tikus mengalami
kesakitan
Indra Penglihatan

Mata tikus memang tidak sempurna namun


mampu mendeteksi pola pergerakan pada jarak
10 m dan mampu melakukan persepsi /
perkiraan pada jarak lebih dari 1 m sehingga
menimbulkan gerak reflek untuk menghindar.
Indra Perasa
• Indera pengecap tikus berfungsi sangat baik sehingga
mampu membedakan rasa makanan yang biasa
dimakannya dan makanan baru yang ditemuinya.
• Tikus rumah (R. rattus diardii) biasanya akan mengenali
dan mengambil pakan yang telah tersedia atau yang
ditemukan dalam jumlah sedikit, untuk mencicipi atau
mengetahui reaksi yang terjadi akibat mengonsumsi
pakan yang ditemukan. Jika tidak terjadi reaksi yang
membahayakan, maka tikus akan menghabiskan pakan
yang tersedia atau yang ditemukan.
Ekologi Tikus
• Faktor Abiotik (faktor fisik)
• Faktor Biotik (faktor biologi)
Faktor Abiotik
• Faktor abiotik yang berperan terutama cuaca
atau iklim, sarang, dan sumber air. Pengaruh
faktor abiotik ini memiliki kesamaan terhadap
hewan lainnya, seperti serangga.
Faktor Biotik
• Faktor biotik yang berperan adalah makanan
(baik dalam jumlah maupun kandungan
gizinya), musuh alami yang terdiri dari predator
atau pemangsa (ular, burung, dan kucing atau
anjing), patogen atau penyebab penyakit (virus,
bakteri, cendawan, protozoa, nematoda dan
lain-lain), pesaing atau kompetitor yang dapat
berupa tikus dari jenis yang sama atau jenis
yang berbeda.
Populasi tikus di alam selalu mengalami fluktuasi, hal ini
terutama dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kelahiran,
kematian dan perpindahan.
Kelahiran, dipengaruhi oleh :
• Kemampuan seekor tikus dalam melahirkan anaknya,
• Masa perkembang biakan (dipengaruhi oleh makanan
dan cuaca),
• Perbandingan antara betina yang sedang bunting
dengan semua betina dewasa yang ada di suatu areal,
• Umur betina saat melakukan perkawinan,
• Struktur populasi berdasarkan umur, yaitu bayi tikus
(cindil), anak tikus dan tikus dewasa.
Kematian, dipengaruhi oleh :
• Ketersediaan makanan,
• Musuh alami,
• Lama hidup (umur maksimum yang biasa dicapai
oleh tikus).

Perpindahan / Pergerakan, yaitu perpindahan tikus


keluar dari suatu tempat atau masuk ke suatu
tempat. Pada keadaan normal seekor tikus dalam
sehari dapat bergerak sejauh 100 meter. Akan
tetapi, dalam keadaan yang memaksa, misalnya
tidak ada makanan di lapang, seekor tikus dapat
bergerak sampai sejauh 500 meter per hari.
• Habitat tikus umumnya di permukaan tanah, persawahan, padang

rumput, perkebunan dan semak belukar. Luas wilayah dan jarak

jelajah tikus dipengaruhi jumlah sumber pakan dan populasi tikus.

Bila sumber pakan berlimpah (fase generatif tanaman), maka

jelajah hariannya pendek (50-125 m) dan bila sumber pakan tikus

sedikit (fase pengolahan tanah sampai dengan akhir vegetatif),

jelajah hariannya panjang dapat mencapai (100-200 m). Migrasi

tikus dapat mencapai 1-2 km (Departemen Pertanian Jakarta,

2006).

You might also like