You are on page 1of 46

Nematoda Darah dan Jaringan

Dalilah
NEMATODA DARAH DAN JARINGAN

1. Filaria (7 species)
2. Toxocara cara & cani (visceral larva migrans)
3. Ancylostoma braziliense & caninum (Cutaneus larva
migrans)]
4. Dracunculus medinensis
5. Strongyloides stercoralis (cutaneus larva migran)
Filaria

LYMPHATIC FILARIASIS
• Wuchereria bancrofi
• Brugia malayi
• Brugia timor
NON LYMPHATIC FILARIASIS
• Loa-loa
• Acanthocheilonema perstans
• Mansonella ozzardi
• Onchocerca volvulus
Wuchereria bancrofti
(Filariasis bancrofti)

Endemis: Indonesia: Jakarta, Semarang, jambi, kalimantan dan


Sumatera Selatan.
Hospes definitif: manusia (Cacing dewasa hidup di sistem-
kelenjar/aliran limfe).
Hospes perantara: Culex (Cx. quinquefasciatus), Anopheles
punctulatus, Aedes polynensis, Mansonia spp.
Siklus hidup: di nyamuk 10-14 hari
Periodisitas: nokturna, subperiodik nokturna
Mikrofilaria dalam darah dapat beredar selama 2 tahun
Lengkungan badan
graceful

Inti ekor
absent

Rongga kepala: 1:1 Mikrofilaria W. bancrofti


Patologi/Gejala klinis 40
1. Stadium 1 :60% biasanya infeksi ringan mungkin terjadi
demam namun biasanya: asimptomatik
2. Stadium 2 (Simptomatik): dapat muncul bulan –tahun
setelah terinfeksi pada fase ini terjadi inflamasi (radang):
limfangitis dan limfadenitis
3. Fase kronik : -obstruksi (sumbatan sistem limfe) :
limfedema (elephantiasis) akibat inflamasi berulang akibat
reaksi host dan produk cacing ( cacing yang mati ).
Dapat terjadi Varicose nodus limfa di ketiak/lipatanpaha
Daerah scrotum terjadi: hidrocele (kantung air) dan
Chyluria Akibat akhir kaki bengkak seperti kaki gajah
atau disebut elephantiasis (berat dan kronik)
Diagnosis
Dari gejala dan Laboratorium
1. Venapuncture dari cairan hidrocele atau dari urine
2. Metode Knott: pemeriksaan darah tepi
3. Radiologi
4. Immunolog
Pengobatan: Diethylcarbamazine, infeksi sekunder:
antibiotik, steroid
Kaki gajah: operasi
Epidemiologi: 42

Penderita di obati
Kontrol vektor nyamuk, meniadakan perindukkan
nyamuk : menimbun air tergenang, semprot
serangga, menghindari gigitan nyamuk, dll.
Eradikasi vektor
Brugia malayi
Penyakit: Brugiais malayi
Hospes definitif: manusia, kera, lutung, kucing dan
anjing
Habitat: di sistem limfe.
Hospes perantara: Anopheles dan Mansonia
Gejala hampir sama dengan W. bancrofti
Hanya terjadi bengkak kaki biasanya di bawah
lutut. Dapat terjadi limfangitis dan limfadenitis akut
Gejala kronik elephantiasis dibawah lutut
Genetalia tidak terlibat.
Cephalis space= 2:1

Badan kink-kink

Inti badan

overlapping

Inti ekor : 2
Mikrofilaria Brugia malayi
M.f. Brugia malayi
1. Cs= 2:1
2. Ekor inti 2
3. Inti badan bertumpuk,
batas tak jelas
4. Lekuk badan kink-kink
Brugia Timori
Pendahuluan
Geografis ditribusi di Indonesia: (dr. Taniawati Supali,
Dep Par. FK. UI) Lymphatic filariasis
Sumatera dan kalimantan: jenis Brugia malayi.
Jawa, Papua dan Irjabar: jenis W. bancrofti
Maluku Utara, dan Sulawesi: campuran
B. malayi dan W. bancrofti.
Nusa Tenggara Timur diketemukan jenis :
Brugia timori dan W. bancrofti.
Sinar harapan: Kepulauan Sunda Kecil di timur Bali.
Penemuan
Mikrofilaria Brugia timori diketemukan pertama kali oleh
David dan Edeson th 1964 thn 1965 baru di
deskripsikan di ketemukan di Portugis Timor
Crus Ferreira: 1965
Pinhao: 1969
Sri Oemijati dan Partono 1971
Kanda et al: 1975
Kurihara dan Sri Oemijati : 1976
Cacing dewasa oleh Partono, Davit T Dennis
dan Felix Partono: 1977
Hospes Perantara: Anopheles barbirostris
Di Flores: A. barbirostris (Soeroto)
Periodisitas: nokturnal

Morfologi
Secara umum mikrofilaria Brugia timori
lebih mirip dengan mikrofilaria malayi ukuran:
310µ dan badan lebih lebar
Cephalic space: a length-towidth of about 3:1
Nukleus atau inti pada ekor sebaris dan lebih
banyak jumlahnya dibandingkan dengan B. malayi.
Ada 2 inti ekor jelas
Habitat: pada kelenjar limfe daerah inginale atau
kelenjar limfe lain bagian tungkai
Di daerah Sulawesi Selatan banyak terdapat di
daerah Desa Mangkuna, Kabupaten Luwu Timur.
Cephalic-space

sarung

Microfilaria Brugia timori


Cephalic space=3;1

Ekor inti dua (2)

Microfikaria Brugia timori


Rongga kepala Kepala dan ekor Brugia timori
Gambar h:
3:1
Inti badan batas kabur dan overlapping
Rongga kepala panjang:lebar= 3:1

Inti badan

Gambar i: Inti ekor


Inti terminal
Inti subterminal ada 2
Pathofisiology: sama dengan Brugia
malayi.

Gejala klinis: Terjadi pembengkakan


terutama di daerah lipat paha.

Diagnosis dan pengobatan: sama dengan


Brugia malayi
Mirofilaria rate
• Untuk melihat tingkat endemisitas
• Data untuk pengobatan massal pencegahan
filaria
• Obat pencegahan : DEC+Albendazole
• Menghitung Angka Mikrofilaria Rate:
FILARIA NON
LIMFATIK
Onchocerca volvulus
Disebut juga penyakit: River Blindness Infecection
Habitat: jaringan subkutan (kulit) manusia
Klinis: Onchocercoma- benjolan di bawah kulit

Vektor: Simulum: S. damnosum, S. metallicum, S.


ochraceum
Periodesitas: non periodeik
54

Penyakit:
1. Cacing dewasa dibawah kulit: merupakan
benjolan, disebut Onchocercoma
2. Mikrofilaria: lesi tipe forest di kulit (depigmentasi)
dan tipe savanna di choroid mata kebutaan.
55

Mikrofilaria Onchocerca volvulus


Lalat Simulium

Larva di jaringan
1 tahun menjadi dewasa

onchocercoma
• The inflammation caused by larvae that die in
the eye results initially in reversible lesions on
the cornea that without treatment progress to
permanent clouding of the cornea, resulting in
blindness. There can also be inflammation of
the optic nerve resulting in vision loss,
particularly peripheral vision, and eventually
blindness.
Loa loa (loiasis)/African eye worm
Loa loa parasites are found in West and
Central Africa.
Travelers are more likely to become infected if
they are in areas where they are bitten by
deerflies for many months, though
occasionally they get infected even if they are
in an affected area for less than 30 days.
• Loiasis is caused by the nematodes
(roundworm) Loa loa that can inhabit the
lymphatics and subcutaneous tissues of
humans.
• The intermediate host flies (chrysops): C.
silacea and C. dimidiata
• It takes about five months for larvae to
become adult worms inside the human body.
Larvae can become adults only inside the
human body. The adult worms live between
layers of connective tissue (e.g., ligaments,
tendons) under the skin and between the thin
layers of tissue that cover muscles (fascia)
• The most common
manifestations of the
disease are Calabar
swellings and eye worm
Dracunculus medinensis
Penyakit: Dracunculiasis, dracontiasis= dracunculosis=guinea worm
infection=medina worm=serpent worm, dragon worm

Morfologi: jantan 12-29x0,4 mm, betina 300-1200x1,7 mm


Larva berenang dalam air: 500-700x15-25 mikron,
rhabdidiform– dalam 21 hari sampai dengan 107 hari larva
stad 3  dimakan cyclops body cavity larva infektif atau
larva filariform
Bila orang minum air tidak dimasak akan tertelan cyclops yang
infektif menembus dinding usus saluran darah atau limfe
 migrasi ke kulit selama 33 hari 3-4 bulan menjadi cacnig
dewasa.
Habitat: bawah kulit sampai mati
Cacing betina mengeluarkan toksin dan enzim papula  vasikula
pecah– ulkus/luka keluar larva keluar kedalam air.
Patologi: timbul luka, reaksi allergi o.k migrasi cacing dan hiper eosinofil.
Diagnose: gejala vesikula, kalsifikasi cacing dewasa yang mati, Rontgen.
Pengobatan: mengeluarkan cacing dari kulit: dengan cara menggulung
cacing dewasa dan operasi bila ca cing banyak. Kematian mungkin kalau
ada infeksi berat/sekunder.
blister
Cacing dewasa
VISCERAL LARVA MIGRAN
• Visceral Larva Migran : larva nematoda yang
secara acidental masuk/infestasi ke organ-
organ dalam Manusia. Larva nematoda yang
menginfeksi biasa nya berasal dari larva cacing
perut anjing atau kucing.
• Manusia adalah hospes accidental sehingga
larva tersebut tidak dapat hidup menjadi
dewasa di manusia.
Toxocara canis
Common roundworm of dogs

Cervical alae
59

Habitat: pada usus halus anjing


Pada manusia menyebabkan:Visceral Larva Migrans
Tertelan telur embryonated menetas/pecah di usus halus larva
sirkulasi darah/limfe mengembara di alat-alat dalam.

Cacing jantan: 4-6 cm, betina: 7-10 cm


Lebih kecil dari A. lumbricoides mempunyai 2 cervival-alae
Telur: nampak lubang-lubang
(pitted)
Dinding: 3 lapis
Bentuk oval, 85x75 mikron

Telur embryonated
Gejala klinis: demam, malaise, myalgia, hipereosinofilia, hepatosplenomegali, batuk
dan myocarditis, encephalitis , pneumonia
Pada mata:posterior retinal granuloma dan uveitis

Diagnose; ELISA
Western Blot Analysis

Larva stad 2 migrasi di visceral

You might also like