You are on page 1of 13

Ragam dan Laras Bahasa

Ketika bahasa itu berada pada tataran fungsi bahasa


ekspresi diri dan fungsi bahasa komunikasi, bahasa
yang digunakan masuk ke dalam ragam bahasa dan
laras bahasa.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa.
Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang digunakan topik
pembicaraan, dan sikap pembicaranya. Di pihak lain, laras bahasa dimaksudnya
kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Fungsi pemakaian bahasa
lebih diutamakan dalam laras bahasa dari pada aspek lain dalam ragam bahasa.

Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa


Pengertian ragam bahasa ini dalam dan fungsi pemakaiannya. Laras bahasa terkait
berkomunikasi perlu memperhatikan aspek langsung sung dengan selingkung bidang (home
(1) Situasi yang dihadapi, style) dan keilmuan, sehingga dikenallah laras
bahasa ilmiah dengan bagian subsublarasnya.
(2) Permasalahan yang hendak disampaikan Pembedaan diantara sub-sublaras bahasa
(3) Latar belakang pendengar atau pembaca seperti dalam laras ilmiah itu dapat diamati dari
yang dituju, dan (1) Penggunaan kosakata dan bentukan kata,
(4) Medium atau sarana bahasa yang (2) Penyusunan frasa,klausa, dan kalimat,
digunakan. (3) Penggunaan istilah
(4) Pembentukan paragraf
(5) Penampilan hal teknis,
(6) Penampilan kekhasan dalam wacana.
Penggunaan ragam bahasa dan laras bahasa dalam penulisan karangan
ilmiah harus berupaya pada
(1) ragam bahasa resmi,
(2) ragam bahasa tidak resmi,
(3) ragam bahasa lisan ,
(4) ragam bahasa tulisan,
(5) laras bahasa ilmiah, dan
(6) berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Ragam Lisan
Ragam bahasa lisan merupakan suatu ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap (organ of speech). Dalam ragam bahasa lisan ini, kita harus memperhatikan
beberapa hal seperti tata bahasa, kosakata, dan lafal dalam pengucapannya. Karena dengan memperhatikan hal-hal tersebut, pembicara dapat mengatur tinggi rendah
suara atau tekanan yang dikeluarkan, mimik/ekspresi muka yang ditunjukkan, serta gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide dari sang pembicara.

Ciri-ciri ragam lisan:

• Memerlukan orang kedua/teman bicara;

• situasi, kondisi, ruang & waktu;

• Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh;

• Berlangsung cepat;

• Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;

• Kesalahan dapat langsung dikoreksi;

• Dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

Contoh dari ragam bahasa lisan antara lain meliputi: Ragam bahasa cakapan, ragam bahasa pidato, ragam bahasa kuliah, serta ragam bahasa panggung. Contoh
penggunaan ragam lisan adalah

“Sudah saya baca buku itu.”


Ragam Tulis
Ragam bahasa tulis merupakan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan
(ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa
tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan
kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca
dalam mengungkapkan ide.

Ciri-ciri ragam tulis :


•Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
•Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.
•Harus memperhatikan unsur gramatikal;
•Berlangsung lambat;
•Selalu memakai alat bantu;
•Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
•Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.

Contoh dari ragam bahasa tulis ialah surat, karya ilmiah, surat kabar, dll. Dalam ragam bahsa
tulis perlu memperhatikan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Terutama dalam
pembuatan karya-karya ilmiah. Contoh penggunaan ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca
buku itu.’
Ragam Resmi
A. Ragam Resmi

Ragam Resmi (formal) yaitu penggunaaan bahasa dalam situasi resmi. Dalam situasi resmi
(formal) ini bahasa yang digunakan seperti dalam jurnal ilmiah, Karya tulis ilmiah,surta resmi,
pidato resmi, dan lain-lain semua bentuk komunikasi tersebut harus sesuai dengan EYD.

Ciri-ciri ragam resmi:

•Digunakan dalam situasi resmi


•Nada bicara yang cenderung datar
•Kalimat yang digunakan kalimat lengkap

Contoh penggunaan bahasa situasi resmi atau ragam resmi adalah


“saya sudah selesai menyelesaikan pekerjaan itu”
Ragam Tidak Resmi

agam tak resmi (informal) yaitu penggunaan bahasa dlam situasi tidak resmi. Bahasa
Indonesia yang digunakan dalam situasi tak resmi seperti dalam pembicaraan antara penjual
dan pembeli dipasa, berbicara dengan orang disekitar lingkungan, dan berbicara dengan
teman sebaya. Itu merupakan komunikasi yang tidak harus sesuai dengan EYD.

Ciri-ciri dalam ragam tak resmi:

•Digunakan dalam situasi tak resmi


•Sering menggunakan kalimat-kalimat yang tidak lengkap.

Contoh penggunaan bahasa dalam situasi tak resmi atau ragam tak sermi adalah
“PR itu sudah aku selesaikan.”
Laras Bahasa Ilmiah

Laras ilmiah merupakan ragam penggunaan bahasa dalam kegiatan ilmiah. Laras
ilmiah nantinya akan membantu seseorangan dalam penyusunan kegiatan ilmiah
dengan penggunaan bahasa yang tepat. Laras ilmiah juga merupakan dasar-dasar
dari bahasa Indonesia. Adapun beberapa ciri-ciri dari laras ilimiah, yaitu:
1) Cendekia, bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan
seksama, sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat
oleh pembaca;
2) Lugas, paparan bahasa yang lugas akan menghindari kesalah-pahaman sehingga
kesalahan menafsirkan isi kalimat dapat dihindarkan;
3) Jelas, gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahsa yang jelas
dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas;
4) Formal, bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal (resmi).
Tingkat keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata,
bentukan kata, dan kalimat
4) Obyektif, sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan
gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan dalam
penggunaan kata;
5) Konsisten, unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, sekali digunakan
sesuai kaidah yang selanjutnya digunakan secara konsisten;
6) Bertolak dari gagasan, bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi
gagasan. Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah klaimat pasif, sehingga
kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari dan
7) Ringkas dan padat, ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang
diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa, karena jika gagasan yang
terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa
pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.
PENULISAN EJAAN DAN TANDA BACA

EJAAN adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa,


penggabungan dan pemisahan kata, penempatan tanda baca dalam
tataran satuan bahasa. Pengertian senada dengan KBBI (2005:205),
Ejaan adalah kaidah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam
bentuk huruf serta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana.
Berdasarkan konsepsi ejaan tersebut, cakupan bahasan ejaan
membicarakan
(1) pemakian huruf vokal dan konsonan,
(2) penggunaan huruf Kapital dan kursif,
(3) penulisan kosakata dan bentukan kata,
(4) penulisan unsur serapan afiksasi dan kosa kata asing, dan
(5) penempatan dan pemakaian tanda baca.
Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan penulisan
ejaan dan tanda baca diatur dalam kaidahnya masing-masing.
Penulisan ejaan yang diatur tersebut di antaranya :
1) Pemakaian abjad,huruf vokal, huruf konsonan, dan abjad.
(2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf besar,
(4) Penulisan huruf miring,
(5) Penulisan kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan,, gabungan kata,
(6) Penulisan angka dan lambang bilangan,
(7) Penempatan tanda baca atau pungtuasi, di antaranya (tanda baca
tersebut dideskrisikan pada buku PedomanEYD (Pusat Bahasa, 2009,
cetakan ke-30: hlm. 15—39).
Atau Pada PUEBI ( https://puebi.readthedocs.io/en/latest/ )

You might also like