Professional Documents
Culture Documents
Pengertian Pancasila
Pancasila artinya lima dasar atau lima asas yaitu nama
dari dasar negara kita, Negara Republik Indonesia.
Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit
pada abad XIV yang terdapat dalam buku Nagara
Kertagama karangan Mpu Prapanca dan buku
Sutasoma karangan Mpu Tantular, dalam buku
Sutasoma ini, selain mempunyai arti “Berbatu sendi
yang lima” (dari bahasa Sansekerta) Pancasila juga
mempunyai arti “Pelaksanaan kesusilaan yang lima”
(Pancasila Krama), yaitu sebagai berikut:
Pancasila adalah suatu hasil usaha pemikiran Artinya pola pikir bangsa/negara tidak
manusia Indonesia untuk mencari kebenaran, boleh dipenaruhi segala sesuatu perbedaan
kemudian sampai mendekati kebenaran yang seperti keagamaan, kesukuan,
sesungguhnya yang seirama dengan kewarganegaraan, golongan dan
perkembanan luang lingkup dan waktu. sebagainya dan juga perubahan yang
terjadi seperti :
Hasil usaha pemikiran manusia indonesia yang
sesungguh ini kemudian dituangankan dalam - Perubahan keadaan
satu perumusan yang mengandung satu - Waktu
pengertian yang bulat untuk dijadikan dasar, - Susunanan masyarakat.
pedoman dan norma hidup dan kehidupan
bersama dalam rangka perumusan negara
indonesia merdeka yang diberi nama pancasila.
Dasar-dasar Penyelenggaraan
Pendidikan Pancasila
4. sebagai kepribadian bangsa
1) Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian
tujuan pendidikan nasional.
2) Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikah wajib memuat :
Pendidikan Pancasila;
Pendidikan agama; dan
Pendidikan kewarganegaraan
3. Surat Keputusan Dirjen DIKTI Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
38 / DIKTI / Kep./2002 yang merupakan penyempurnaan lebih lanjut dari Keputusan Dirjen
DIKTI No. 265/ DIKTI/ Kep/ 2000 dan Surat Keputusan Dirjen DIKTI No. 356/ DIKTI/ Kep/
1995
Dasar-dasar Penyelenggaraan
Pendidikan Pancasila
Sejarah Perumusan
Dari beberapa sumber, setidaknya ada beberapa rumusan Pancasila yang telah atau
pernah muncul. Rumusan Pancasila yang satu dengan rumusan yang lain ada yang
berbeda namun ada pula yang sama. Secara berturut turut akan dikemukakan rumusan
dari Muh Yamin, Sukarno, Piagam Jakarta, Hasil BPUPKI, Hasil PPKI, Konstitusi RIS, UUD
Sementara, UUD 1945 (Dekrit Presiden 5 Juli 1959), Versi Berbeda, dan Versi populer
yang berkembang dimasyarakat.
Rumusan Ekasila
1.Gotong-Royong
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Rumusan III: Piagam Jakarta
Usulan-usulan blue print Negara Indonesia telah dikemukakan anggota-anggota BPUPKI pada
sesi pertama yang berakhir tanggal 1 Juni 1945. Selama reses antara 2 Juni – 9 Juli 1945,
delapan orang anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia kecil yang bertugas untuk menampung
dan menyelaraskan usul-usul anggota BPUPKI yang telah masuk.
Pada 22 Juni 1945 panitia kecil tersebut mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI
dalam rapat informal. Rapat tersebut memutuskan membentuk suatu panitia kecil berbeda
(kemudian dikenal dengan sebutan “Panitia Sembilan”) yang bertugas untuk menyelaraskan
mengenai hubungan Negara dan Agama.
Dalam menentukan hubungan negara dan agama anggota BPUPKI terbelah antara golongan
Islam yang menghendaki bentuk teokrasi Islam dengan golongan Kebangsaan yang
menghendaki bentuk negara sekuler dimana negara sama sekali tidak diperbolehkan bergerak
di bidang agama. Persetujuan di antara dua golongan yang dilakukan oleh Panitia Sembilan
tercantum dalam sebuah dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar”.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Dokumen ini pula yang disebut Piagam
Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr. Muh Alternatif pembacaan
Yamin. Adapun rumusan rancangan dasar
negara terdapat di akhir paragraf keempat Alternatif pembacaan rumusan kalimat
dari dokumen “Rancangan Pembukaan rancangan dasar negara pada Piagam Jakarta
Hukum Dasar” (paragraf 1-3 berisi dimaksudkan untuk memperjelas
rancangan pernyataan persetujuan kedua golongan dalam BPUPKI
kemerdekaan/proklamasi/ declaration of sebagaimana terekam dalam dokumen itu
independence). dengan menjadikan anak kalimat terakhir
dalam paragraf keempat tersebut menjadi
Rumusan ini merupakan rumusan pertama sub-sub anak kalimat.
sebagai hasil kesepakatan para “Pendiri
Bangsa”. “… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan
Rumusan kalimat [A] dengan kewajiban menjalankan syari’at
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dasar,
dengan kewajiban menjalankan syari’at [A.1] kemanusiaan yang adil dan beradab,
Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut [A.2] persatuan Indonesia, dan
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, [A.3] kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang kebijaksanaan dalam permusyawaratan
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam perwakilan[;] serta
permusyawaratan perwakilan serta dengan [B] dengan mewujudkan suatu keadilan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
seluruh rakyat Indonesia.”
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang berlangsung pada 10-17 Juli 1945, dokumen “Rancangan
Pembukaan Hukum Dasar” (baca Piagam Jakarta) dibahas kembali secara resmi dalam rapat pleno
tanggal 10 dan 14 Juli 1945.
Dokumen “Rancangan Pembukaan Hukum Dasar” tersebut dipecah dan diperluas menjadi dua buah
dokumen berbeda yaitu Declaration of Independence (berasal dari paragraf 1-3 yang diperluas
menjadi 12 paragraf) dan Pembukaan (berasal dari paragraf 4 tanpa perluasan sedikitpun).
Rumusan yang diterima oleh rapat pleno BPUPKI tanggal 14 Juli 1945 hanya sedikit berbeda dengan
rumusan Piagam Jakarta yaitu dengan menghilangkan kata “serta” dalam sub anak kalimat terakhir.
Rumusan rancangan dasar negara hasil sidang BPUPKI, yang merupakan rumusan resmi pertama,
jarang dikenal oleh masyarakat luas.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru diproklamasikan, Sukarno segera menghubungi Hatta
dan berdua menemui wakil-wakil golongan Islam. Semula, wakil golongan Islam, diantaranya
Teuku Moh Hasan, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Ki Bagus Hadikusumo, keberatan dengan usul
penghapusan itu. Setelah diadakan konsultasi mendalam akhirnya mereka menyetujui
penggantian rumusan “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” dengan rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sebuah “emergency exit”
yang hanya bersifat sementara dan demi keutuhan Indonesia.
Pagi harinya tanggal 18 Agustus 1945 usul penghilangan rumusan “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dikemukakan dalam rapat pleno PPKI.
Selain itu dalam rapat pleno terdapat usulan untuk menghilangkan frasa “menurut dasar” dari Ki
Bagus Hadikusumo.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Rumusan dasar negara yang terdapat dalam paragraf keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar ini
merupakan rumusan resmi kedua dan nantinya akan dipakai oleh bangsa Indonesia hingga kini. UUD
inilah yang nantinya dikenal dengan UUD 1945.
Rumusan kalimat
“… dengan berdasar kepada: ke-Tuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.”
Pada Mei 1950 hanya ada tiga negara bagian yang Rumusan kalimat
tetap eksis yaitu RI Yogyakarta, NIT, dan NST.
Setelah melalui beberapa pertemuan yang intensif “…, berdasar pengakuan ke-Tuhanan
RI Yogyakarta dan RIS, sebagai kuasa dari NIT dan Yang Maha Esa, perikemanusiaan,
NST, menyetujui pembentukan negara kesatuan dan kebangsaan, kerakyatan dan keadilan
mengadakan perubahan Konstitusi RIS menjadi sosial, …”
UUD Sementara.
Rumusan dengan penomoran
Perubahan tersebut dilakukan dengan menerbitkan (utuh)
UU RIS No 7 Tahun 1950 tentang Perubahan
Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat 1.ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
menjadi Undang-Undang Dasar Sementara (LN RIS 2.perikemanusiaan,
Tahun 1950 No 56, TLN RIS No 37) yang disahkan 3.kebangsaan,
tanggal 15 Agustus 1950. Rumusan dasar negara 4.kerakyatan
kesatuan ini terdapat dalam paragraf keempat dari 5.dan keadilan sosial
Mukaddimah (pembukaan) UUD Sementara Tahun
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Rumusan VIII: UUD 1945
Kegagalan Konstituante untuk menyusun sebuah UUD yang akan menggantikan UUD Sementara
yang disahkan 15 Agustus 1950 menimbulkan bahaya bagi keutuhan negara. Untuk itulah pada 5
Juli 1959 Presiden Indonesia saat itu, Sukarno, mengambil langkah mengeluarkan Dekrit Kepala
Negara yang salah satu isinya menetapkan berlakunya kembali UUD yang disahkan oleh PPKI
pada 18 Agustus 1945 menjadi UUD Negara Indonesia menggantikan UUD Sementara.
Dengan pemberlakuan kembali UUD 1945 maka rumusan Pancasila yang terdapat dalam
Pembukaan UUD kembali menjadi rumusan resmi yang digunakan. Rumusan ini pula yang
diterima oleh MPR, yang pernah menjadi lembaga tertinggi negara sebagai penjelmaan
kedaulatan rakyat antara tahun 1960-2004, dalam berbagai produk ketetapannya, diantaranya:
2.Tap MPR No III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
undangan.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Rumusan
Rumusan terakhir yang akan dikemukakan adalah rumusan yang beredar dan diterima
secara luas oleh masyarakat. Rumusan Pancasila versi populer inilah yang dikenal secara
umum dan diajarkan secara luas di dunia pendidikan sebagai rumusan dasar negara.
Rumusan ini pada dasarnya sama dengan rumusan dalam UUD 1945, hanya saja
menghilangkan kata “dan” serta frasa “serta dengan mewujudkan suatu” pada sub anak
kalimat terakhir.
Rumusan ini pula yang terdapat dalam lampiran Tap MPR No II/MPR/1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa)
Rumusan
Sila pertama
Sila ketiga
Sila keempat
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
Kepala Banteng
sebagai hasil musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
LATAR BELAKANG SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA
Sila kelima
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
Padi Dan Kapas. sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
PERUBAHAN PANCASILA PADA
ERA REFORMASI
Latar Belakang Terjadinya Reformasi
Krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia
melemah dan semakin besarnya ketidak puasan masyarakat
Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu
menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang
dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah
Indonesia.
Isu yang tak kalah penting lainnya adalah isu ekonomi. Ternyata sejak
jatuhnya perekonomian di era Orde Baru, kita masih belum dapat bangkit
meski sudah di era reformasi. Bahkan kondisi tersebut kian terancam
memburuk saat terjadinya krisis finansial Amerika Serikat yang berimbas
kepada krisis finansial global. Dampak dari itu semua, banyak pengusah-
pengusaha yang bangkrut. Dan banyak juga terjadi PHK besar-besaran yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan.
Masa Pemerintahan B.J Habibie
Kebijakan-kebijakan pada masa Habibie:
Ideolo
gi
Logo Pengetahuan
s
atau ilmu
Pengertian Ideologi dalam Arti Sempit
atau Sederhana
• sebagai gagasan yang menyeluruh tentang
makna hidup dan nilai-nilai yang mau
menentukan dengan mutlak bagaimana
manusia harus hidup dan bertindak
Ideologi
Aspek
Liberalisme Komunisme Sosialisme Pancasila
- Demokrasi liberal - Demokrasi rakyat -Demokrasi untuk - Demokrasi Pancasila
- Hukum untuk - Berkuasa mutlak satu kolektivitas - Hukum untuk
Politik melindungi individu parpol - Diutamakan kebersamaan menjunjung tinggi
Hukum - Dalam politik - Hukum untuk - Masyarakat sama dengan keadilan dan
mementingkan individu melanggengkan komunis negara keberadaan individu
dan masyarakat
- Peran negara kecil - Peran negara dominan - Peran negara ada untuk - Peran negara ada
- Swasta mendominasi - Demi kolektivitas pemerataan untuk tidak terjadi
Ekonomi - Kapitalisme berarti demi negara - Keadilan distributif yang monopoli, dan lain-
- Monopolisme - Monopoli negara diutamakan lain yang merugikan
- Persaingan bebas rakyat
Ideologi
Aspek
Liberalisme Komunisme Sosialisme Pancasila
- Agama urusan pribadi - Agama candu - Agama harus mendorong - Bebas memilih salah
- Bebas beragama masyarakat berkembangnya satu agama
- Bebas memilih agama - Agama harus dijauhkan kebersamaan - Agama harus
- Bebas tidak beragama dari masyarakat - Diutamakan kebersamaan menjiwai dalam
Agama
- Atheis - Masyarakat sama dengan kehidupan
negara bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara
- Individual lebih - Individu tidak penting - Masyarakat lebih penting - Individu diakui
penting dari pada -Masyarakat tidak dari pada individu keberadaannya
masyarakat penting - Hubungan individu
- Masyarakat diabdikan - Kolektivitas yang dan masyarakat
Pandangan
bagi individu dibentuk negara lebih dilandasi 3 S ( selaras,
terhadap
penting serasi, seimbang )
individu dan
- Masyarakat ada
masyarakat
karena ada individu –
individu akan punya
arti apabila hidup
ditengah masayarakt
Ideologi
Aspek
Liberalisme Komunisme Sosialisme Pancasila
- Penghargaan atas - Atheisme - Kebersamaan - Bebas memilih salah
HAM - Dogmatis - Akomodasi satu agama
- Demokrasi - Otoriter - Jalan tengah - Agama harus
- Negara hukum - Ingkar HAM menjiawi dalam
Ciri Khas
- Menolak dogmatis - Reaksi terhadap kehidupan
- Reaksi terhadap liberalisme dan bermasyarakat,
absolutisme kapitalisme berbangsa dan
bernegara
Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
AKTUA
LISASI
3.
INTERN 2. SIFAT
ALISASI
AKTUALISASI PANCASILA
1. SECARA OBJEKTIF
Pelaksanaan dlm bentuk realisasi dlm setiap aspek
penyelenggaraan negara, baik legislatif, eksekutif
maupun yudikatir dan semua bidang kenegaraan &
terutama reaksinya dlm bentuk peraturan perundang-
undangan negara Indonesia.
2. SECARA SUBJEKTIF
Pelaksanaan dlm pribadi perseorangan, setiap warga
negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa
dan setiap orang Indonesia
SIFAT PELAKSANAAN PANCASILA
1. BERSIFAT BATINIAN
Pelaksanaan Pancasila pd diri pribadi manusia yg dpt
membentuk kepribadian orang
2. BERSIFAT LAHIRIAH
Pelaksanaan Pancasila melalui jalan perundang-
undangan dan penyelenggaraan negara
INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA
Dilakukan dgn pendidikan baik di sekolah, keluarga
maupun di dlm masyarakat shg akan menghasilkan :
KELU
ARGA
ULAM
A/
TOGA
KERUSAKAN DAN KRISIS MORAL
SOLUSI AKHIR SEBUAH KERUSAKAN MORAL DAN
KRISISNYA ADALAH
KETAULADANAN
COME BE EXAMPLE DON’T GIVE THE EXAMPLE
SUPERMASI HUKUM DAN HAM
SUPERMASI HUKUM BERMAKNA HUKUM MEMILIKI
KEKUASAAN TERTINGGI DALAM SUATU NEGARA
1. Pengertian kewiraan
2. Ruang lingkup pendidikan kewiraan
3. Berpikir komprehensif &integral
4. Ancaman terhadap bangsa & negara
MASALAH INDONESIA
Untuk Indonesia, saat ini negara dan bangsa
dihadapkan pada tiga permasalahan pokok, yaitu
pertama, tantangan dan pusaran arus globalisasi;
kedua, masalah internal, seperti KKN, “destabilisasi”,
separatisme, teror dan sebagainya,
ketiga, bagaimana menjaga agar “roh” reformasi tetap
berjalan pada relnya.
LANGKAH STRATEGIS
pertama, reformasi sistem yang menyangkut perumusan
kembali falsafah, kerangka dasar dan perangkat legal
sistem politik;
kedua, reformasi kelembagaan yang menyangkut
pengembangan dan pemberdayaan lembaga-lembaga
politik,
ketiga, pengembangan kultur atau budaya politik yang
lebih demokratis dan tertanamnya komitmen untuk
lebih baik
KEWIRAAN AMERIKA SERIKAT
1. Bagaimana menjadi warga yang produktif dan sadar
akan haknya sebagai warga Amerika dan warga
dunia;
2. Nilai-nilai dan prinsip demokrasi konstitusional;
3. Kemampuan mengambil keputusan selaku warga
masyarakat demokratis dan multikultural di tengah
dunia yang saling tergantung.
KEWIRAAN AUSTRALIA
1. Prinsip, proses dan nilai demokrasi;
2. Proses pemerintahan;
3. Keahlian dan nilai partisipasi aktif di masyarakat.
KEWIRAAN DI ASIA
Jepang misalnya, materi pendidikan kewarganegaraan
ditekankan pada Japanese history, ethics dan philosophy.
PEMIKIRAN
PENGERTIAN
Kewiraan
Wira = pahlawan
Scr harafiah kewiraan diartikan kesadaran,
kecintaan, kesetiaan dan keberanian membela bangsa
& tanah air Indonesia
Pendidikan Kewiraan
usaha sadar utk menyiapkan peserta didik dlm
mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian utk
berkorban membela bangsa & tanah air Indonesia
Pengantar Pendidikan
kewiraan/kewarganegaraan
Mengerti, memahami, mendalami dan menghayati
Pendidikan Kewarganegaraan serta Pendidikan
Pendahuluan Belanegara.
PENGERTIAN
1. Pendidikan Kewiraan/kewarganegaraan adalah suatu
pola pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan
para mahasiswa melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran/atau latihan bagi perannya dimasa yang akan
datang
2. Pendidikan Kewiraan/kewarganegaraan lebih
menitikberatkan kepada kemampuan penalaran ilmiah
yang bersifat konigtif dan afektif tentang bela
negara dalam rangka ketahanan nasional.
3. Pendidikan Kewiraan/kewarganegaraan dilakukan secara
kritis, analitis melalui dialog interaktif dan bersifat
partisipatoris agar tumbuh kesadaran berbangsa dan
bernegara secara rasional dan untuk meyakini kebenaran
serta ketepatan konsepsi bela negara dalam aplikasi
pandangan hidup bangsa.
LANDASAN
1. Pancasila
HUKUM
2. UUD 1945
a. Pembukaan Alinea Kedua dan Keempat yang
memuat cita-cita dan aspirasi bangsa Indonesia
tentang kemerdekaan.
b. Pasal 27 (1) tentang Kesamaan Kedudukan dalam
Hukum
c. Pasal 30 (1) tentang Bela Negara
d. Pasal 31 (1) tentang Hak Mendapat Pengajaran
3. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis
Besar Haluan Negara
LANDASAN HUKUM
4. Undang-Undang No. 20/Tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan
Negara Republik Indonesia (Jo. No. 1 Tahun 1988)
5. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistim
Pendidikan Nasional.
6. Keputusan DIRJEN Pendidikan Tinggi No.
267/DIKTI/KEP/2000 tentang Penyempurnaan
Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MKPK) Pendidikan Kewarganegaraan
pada Perguruan Tinggi di Indonesia.
LANDASAN HUKUM
7. Keputusan Dirjen Dikti No. 38/Dikti/2002 tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
8. Keputusan Dirjen Dikti No. 43/Dikti/2006 tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
MAKSUD
1. Upaya untuk memberikan pengertian kepada
mahasiswa tentang pengetahuan dan kemampuan
dasar berkenaan dengan hubungan antara
warganegara dengan negara serta pendidikan
pendahuluan bela negara sebagai bekal agar menjadi
warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara.
2. Meningkatkan wawasan berfikir mahasiswa sebagai
warganegara Indonesia, yang sadar akan dirinya yang
mengemban misi pejuang pemikir-pemikir pejuang,
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
keamanan nasional.
MAKSUD
3. Usaha menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara demi terwujudnya aspirasi perjuangan
nasional dengan tujuan untuk memupuk kesadaran
Bela Negara.
TUJUAN
1. Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak
dan kewajiban secara santun [modesty], jujur
[honesty] dan demokratis serta ikhlas [sincerely]
sebagai warganegara terdidik dalah kehidupannya
selaku warganegara Republik Indonesia yang
bertanggung jawab.
2. Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang
beragam masalah dasar kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang hendak diatasi
dengan penerapan pemikiran yang berlandaskan
Pancasila, Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional secara kritis dan bertanggung jawab.
TUJUAN
3. Memupuk sikap dan perilaku cinta tanah air, rela
berkorban bagi nusa dan bangsa.
KOMPETENSI
Seperangkat tindakan cerdas[smart], penuh
tanggungjawab seorang dari seorang warga
negara dalam berhubungan dengan negara, dan
memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dengan, menerapkan konsepsi
Falsafah bangsa, wawasan Nusantara, dan Ketahanan
nasional.
KOMPETENSI
Sifat cerdas yang dimaksud tampak pada kemahiran,
ketepatan dan keberhasilan bertindak, sedangkan sifat
tanggung jawab diperlihatkan sebagai kebenaran
tindakan ditilik dari nilai ilmu pengetahuan dan
teknologi, etika ataupun kepatutan ajaran agama daan
budaya.
KOMPETENSI
1. Agar mahasiswa mampu menjadi warganegara yang
memiliki pilihan pandangan dan komitmen terhadap
nilai-nilai demokrasi dan HAM.
2. Agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya
mencegah dan menghentikan berbagai tindak kekerasan
dengan cara cerdas dan damai.
3. Agar mahasiswa memiliki kepedulian dan mampu ber-
partisipasi dalam upaya menyelesaikan konflik di
masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama
dan nilai universal.
4. Agar mahasiswa mampu berpikir kritis dan obyektif
terhadap persoalan kenegaraan, HAM dan demokrasi.
5. Agar mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan
solusi terhadap berbagai persoalan kebijakan publik.
6. Agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar
secara bijak (berkeadaban)
RUANG LINGKUP
1. Wawasan Nusantara
2. Ketahanan Nasional
3. Politik & Strategi Nasional
4. Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta
Wawasan Nusantara
Mengkaji cara pandang Bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungannya dalam rangka menentukan sikap
Bangsa Indonesia demi kelangsungan hidup, keutuhan
Bangsa dan Wilayahnya serta jati diri Bangsa, yang
disebut Wawasan Nusantara dengan tujuan memahami,
menghayati dan mampu menjelaskan pentingnya
wawasan nasional bangsa Indonesia dalam mencapai
cita-citanya.
Ketahanan Nasional
Mengkaji konsepsi Bangsa Indonesia tentang upaya
meningkatkan ketahanan bangsa yang meliputi seluruh
aspek kehidupan bangsa (ideology, politik, ekonomi,
sosial, budaya, hamkam negara) dalam menghadapi
ancaman, tantangan, hambatran dan gangguan demi
kelangsungan hidup Bangsa dan Negara, yang disebut
Ketahanan Nasional dengan tujuan agar dapat
memahami, menghayati, mampu menjelaskan arti
pentingnya Ketahanan Nasional, mampu
menaplikasikan serta mengembangkannya dalam
mencapai tujuan Nasional.
Politik Strategi Nasional
Mengkaji masalah Kebijakan MPR dan Rencana
Pelaksanaannya oleh Pemerintah dalam pengelolaan
Negara, yang disebut Politik dan Strategi Nasional
dengan tujuan agar dapat memahami dan menghayati
Polstranas, mengetahui proses penyusunan Polstranas
dan memahami pelaksanannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sistem Pertahanan Keamanan
Rakyat Semesta
Daya mampu seluruh rakyat yg disusun secara terpadu &
terpimpin dlm bentuk perlawanan bersenjata maupun
perlawanan lainnya
SIKAP MENTAL
1. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
3. Bersikap professional yang dijiwai oleh kesadaran
bela negara.
4. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi
dan seni untuk kepentingan kemanusiaan bangsa
dan negara.
KOMPREHENSIF INTEGRAL
Berpikir komprehensif integral di kalangan mahasiswa
dalam rangka ketahanan Nasional dengan didasari :
1. Kecintaan kepada tanah air.
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara.
3. Memupuk rasa persatuan dan kesatuan.
4. Keyakinan akan ketangguhan pancasila.
5. Rela berkorb an demi bangsa dan negara.
6. Kemampuan awal bela negara.
BELA NEGARA
Berdasarkan pasal 27 ayat 3 dalam perubahan ke 2 uud
1945, bahwa usaha bela Negara merupakan hak-hak dan
kewajiban setiap warga. Hal ini menujukan adanya asas
demokrasi dalam pembelaan Negara yang mencakup 2
arti :
1. Bahwa setiap warga turut serta dalam menetukan
kebijakan dan pembelaan Negara melalui
lembagalembaga perwakilan sesuai dengan UUD
1945 dan perundang-undangan yang berlaku.
PREDIDEN
1. BJ HABIBIE
2. ABDURRAHMAN WAHID
3. MEGAWATI SOEKARNO PUTRI
4. SUSILO BAMBANG Yudhoyono
5. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
ANALISA KASUS : KEBERADAAN
PT FREEPORT DI INDONESIA
HAK ASASI MANUSIA
Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta (hak-hak yang
bersifat kodrati).
1. Kepolisian
Tugas kepolisian adalah melakukan pengamanan dan penyelidikan terhadap
setiap berkas perkara pelanggaran HAM yang masuk.
2. Kejaksaan
Tugas utama jaksa adalah melakukan penuntutan suatu perkara pelanggara
HAM yang telah dilaporkan. Kejaksaan diatur dalam UUD No. 16 Tahun 2004.
3. Komnas HAM
Tujuan Komnas HAM adala memberikan perlindungan sekaligus penegakan
hak asasi manusia di Indonesia.
4. Pengadilan HAM di Indonesia
Pengadilan HAM khusus diprntukan dalam menangani
pelanggaran hak asasi manusia yang berat yaitu kejaksaan
genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Proses
pemeriksaan perkara dalam Pengadilan HAM tidak jauh
berbeda dengan prosedur-prosedur pemeriksaan di
Pengadilan sipil.
8. Komnas Anak
Tugas utama menyelenggarakan perlindungan trhadap
hak-hak anak.
ANALISA PERMASALAHAN
KEBUDAYAAN DI INDONESIA
ANALISA MASALAH TOLERANSI
BERAGAMA DI INDONESIA
KUIS