You are on page 1of 14

Oleh

Dr. BAMBANG SUHARTO Sp.A.,MH.Kes.


 Radang selaput otak e.c M. tuberculosis.
 Jarang pada usia < 3 bulan dan kejadiannya
me↑ dalam umur 5 tahun pertama.
 Angka kematian 10-20%
 Hanya18 % sembuh dg normal secara neurologis
maupun intelektual.
 Anamnesis
 Ada riwayat demam kronik ( dapat pula akut
), kejang (lama,jenis, frekuensi, interval antar
kejang, pasca kejang), pe ↓kesadaran, suhu
sebelum/saat kejang, riwayat pe↓ berat
badan, imunisasi BCG, kontak dg pasien TB
dewasa.
 Pemeriksaan Fisik  ada 3 stadium:
1. Stadium I (inisial) predominan gejala GI
tract, tanpa kelainan neurologis. Tampak
apatis atau iritabel + nyeri kepala intermiten.
2. Stadium II  tampak mengantuk,
disorientasi dengan rangsang meningeal
sign. Refleks tendon me , refleks abdomen
negatif, klonus patela dan tendon kaki
negatif. N VII, IV, VI dan III terlibat. Ada
Tuberkel pd koroid
3. Stadium III koma, pupil terfiksasi, spasme
klonik, nafas ireguler, suhu tubuh me↑. Dua
pertiga kasus dengan hidrosefalus dg lama sakit ≥ 3
bulan.
Pemeriksaan fisik lainnya jar. Parut BCG,
limfadenopati, tanda2 meningismus. Funduskopi 
pupil pucat, tuberkuloma pada retina, dg adanya
nodul pd koroid.
Umumnya ditemukan tremor atau koreo
atetosa atau hemibalismus.
 Pemeriksaan Penunjang
 Darah lengkap, GDS, elektrolit (K, Na, Ca)

 LP cairan jernih atau xantochrome, jmlh sel


me sampai 500/mm, hitung jenis limfosit
predominan (awalnya PMN), glukose liq <
normal. LP ulang memperkuat D/
 Pemeriksaan PCR, ELISA, aglutinasi latex
dpt mendeteksi M. tbc di liquor.
 CT Scan, MRI deteksi lesi didasar otak,
infark dan tuberkuloma, hidrosefalus.
 Rö toraks

 Mantoux test mendukun D/


 EEG perlambatan irama dasar, dpt disertai
gelombang epileptic form.
 Medikamentosa:
 Sesuai rekomendasi AAP 1994 RHZE 2 bln
(fase intensif) + RH 10 bln (fase lanjutan)
 Rifampisin 10-20 mg/kgbb/hr, dosis maks.
600 mg/ hari
 INH 5-10 mg/kgbb/hr, dosis maks. 300
mg/hr.
 PZA 20-40 mg/kgbb/hr, dosis maks. 2000
mg/ hari.
 Etambutol 15-25 mg/kgbb/hr, dosis maks.
2500 mg/hr.
 Prednison 1-2 mg/kgbb/hr, 2-3 minggu 
tap off.
Berat Badan Fase intensif(2 bln) Fase lanjutan (4/7/10 bln)
(kg) RHZ (75/50/150) RH (75/50)

5- 7 1 tablet 1 tablet

8 - 11 2 tablet 2 tablet

12 - 16 3 tablet 3 tablet

17 - 22 4 tablet 4 tablet

23 - 30 5 tablet 5 tablet

> 30 OAT dewasa


 R/. Bedah bila dg hidrosefalus (Ventrikulo-
Peritoneal Shunt).
 Suportif retriksi cairan, posisi kepala lebih
tinggi, fisioterapi pasif.
 Terapi P/ darah rutin, diff count, LFT setiap
3-6 bln (deteksi efek samping obat tuberkulo
statika).
 Tumbuh kembang:
 Sekuele gangguan mata (konsul dr.
spesialis mata), gangguan pendengaran
(konsul dr. spesialis THT). Hemiparesis 
fisioterapi, retardasi mental. Gangguan
endokrin ( kerusakan pd hipotalamus dan
sisterna basalis).
 Imunisasi BCG cegah meningitis TBC berat
 Perhatikan faktor risiko a.l  malnutrisi,
peminum alkohol, pengguna zat adiktif, DM,
penggunaan obat kortiko steroid yg lama,
keganasan, trauma kepala, dan infeksi HIV.

You might also like