You are on page 1of 73

HELMINTHIASIS USUS

dr. Ika Febianti Buntoro, M. Sc


Helmintologi

Nemathelminthes Platyhelminthes

Nematoda Usus Nematoda Jaringan Trematoda Cestoda

STH Non STH

12 September 2014 Helminthiasis 2


Classification of helminths

Nematodes (roundworms)
Platyhelminthes (flatworms)
Trematodes (“flukes”)
Cestodes (“tapeworms”)

C. Engleberg/V. Carruthers
Perbedaan antara Nematoda, Cestoda dan Trematoda

NEMATODA CESTODA TREMATODA


__________________________________________________________________________________________

Bentuk tubuh : Bentuk tubuh : Bentuk tubuh :


Selinder Seperti pita Seperti daun
Tidak bersegmen Bersegmen Tidak bersegmen
Bagian anterior : Bagian anterior : Bagian anterior :
Tanpa alat isap Mempunyai alat isap Mempunyai alat isap
Tanpa kait-kait Kadang2 ada kait-kait Tanpa kait-kait
Rongga badan : Ada Rongga badan : Tidak ada Rongga badan : Tidak ada
Mulut : Ada Mulut : Tidak ada Mulut : Ada
Usus : Ada Usus : Tidak ada Usus : Ada
Anus : Ada Anus : Tidak ada Anus : Tidak ada
Kelamin : Kelamin : Kelamin :
Jantan dan betina Hermafrodit Umumnya Hermafrodit,
kecuali Schistosoma
__________________________________________________________________________________________
Helminth forms

Larva

Egg
Cyst
Adults
C. Engleberg/V. Carruthers
4
Cacing usus
No Nama spesies Golongan
1. Ascaris lumbricoides Nematoda
Trichuris trichiura
Necator americanus
Ancylostoma deudenale
Strongyloides stercoralis
Oxyuris vermicularis
Trichinella spiralis
2. Fasciolopsis buski Trematoda
3. Taenia saginata Cestoda
Taernia solium
Golongan Nematoda
• Soil Transmitted Helminth :
Ascaris lumbricoides
Trichuris trichiura
Necator americanus
Ancylostoma deudenale
Strongyloides stercoralis
Trichinella spiralis

• Non Soil Transmitted Helminth:


Oxyuris vermicularis
Epidemiologi
Soil Transmitted Helminths
Pola penyebaran hampir sama antara :
– A. lumbricoides dan T. trichiura
– Cacing tambang dan S. stercoralis

Prevalensi :
– A. lumbricoides : 70-90%
– T. trichiura : 83 – 91%
– C. tambang : 30 – 50%
– S. stercoralis : ?
8
• Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya
prevalensi :
– Usia :
• Golongan rawan : anak balita
• Termuda :
– Infeksi Ascaris : 16 minggu
– Infeksi Trichuris : 41 minggu
– Lingkungan :
• .A. lumbricoides dan Trichuris tanah liat
• C. tambang dan S.stercoralis  tanah gembur
berpasir.
9
Pencegahan dan Pemberantasan
1. Memutuskan rantai daur hidup dengan cara:
• Berdefekasi di kakus
• Menjaga kebersihan
• Pengobatan masal
2. Penyuluhan kepada masyarakat tentang
sanitasi lingkungan.

10
Non soil transmitted helminth
• Enterobius(Oxyuris) vermicularis
(cacing keremi)
– Hospes : Manusia
– Penyakit : Enterobiasis
– Penyebaran Geografik :
• kosmopolit,
• daerah dingin > daerah panas.
• Ditunjang oleh hubungan erat antar manusia satu
dengan yang lain.

11
Morfologi
1. Cacing dewasa :
- Kecil berwarna putih, pada ujung anterior mempunyai
pelebaran kutikulum seperti sayap (ala servikal)
- Esofagus mempunyai bulbus yang jelas (rhabditoid)

Cacing jantan :
- Panjang 2 – 5 mm
- Ekor melingkar ke ventral
- mempunyai 2 spikulum
Cacing betina :
- Panjang 10 - 13 mm
- Ekor panjang dan runcing
- Uterus cacing betina yang gravid
melebar dan beisi telur
2. Telur :
- 50 – 60 µm
- Bentuk asimetris
- Dinding tipis transparan
- Berisi larva
Daur hidup Enterobius vermicularis
Daur hidup
Cacing dewasa jantan dan betina hidup pada rongga sekum, usus besar dan usus halus
yang berdekatan dengan sekum. Setelah cacing jantan membuahi cacing betina, maka
cacing betina yang gravid bermigrasi ke daerah peri-anal pada waktu malam untuk
mengeluarkan telurnya yang berjumlah 11.000 – 15.000 butir. Dalam waktu ± 6 jam
setelah telur dikeluarkan oleh cacing betina, telur tersebut menjadi matang.
Cara infeksi adalah menelan telur matang atau menghirup udara yang tercemar telur
matang atau larva dari telur yang menetas didaerah perianal bermigrasi kembali ke
sekum. Bila telur matang tertelan atau terhirup, telur akan menetas di usus halus
mengeluarkan larva lalu menjadi cacing dewasa di sekum.
Waktu yg diperlukan mulai telur tertelan atau terhirup sampai menjadi cacing dewasa
± 2 minggu sampai 2 bulan.
Bila telur matang pecah didaerah perianal mengeluarkan larva maka larva tersebut
bermigrasi kembali ke sekum, melalui anus, rektum, kolon sigmoid, kolon desendens,
kolon transversum, kolon asendens. Proses tersebut disebut retrogradeinfeksi atau
retrofeksi.
Cacing jantan mati setelah kopulasi (membuahi yang betina), sedangkan
cacing betina mati setelah mengeluarkan telur2nya
Patologi dan gejala klinis

Patologi dan gejala klinis disebabkan oleh migrasi cacing betina


gravid dan bertelur di daerah peri anal pada waktu malam
sehingga menimbulkan rasa gatal sekitar anus (Pruritus ani).
Pada anak perempuan cacing betina dapat bermigrasi ke
vaginamenyebabkan vaginitis

Diagnosis
- Menemukan telur dengan cara “anal swab”
- Menemukan cacing dewasa betina pada peri-anal
Terapi
- Pirantel pamoat
- Mebendazol
- Albendazol
Prognosis : Baik
Epidemiologi
• Penyebaran lebih luas daripada cacing lain
• Penularan terjadi antar keluarga dan
kelompok dalam satu lingkungan yang sama
• Penularan dipengaruhi oleh :
– Penularan dari tangan ke mulut
– Debu
– Retrofeksi melalui anus

18
Trichinella spiralis
• Hospes : Manusia, binatang (babi, tikus,
beruang, kucing, anjing, babi hutan)
• Penyakit : trikinosis= trikinelosis=trikiniasis
• Penyebaran : kosmopolit, jarang di negeri
mayoritas muslim.

19
Morfologi dan daur hidup
• Cacing dewasa halus seperti rambut
• Hidup dalam mukosa usus halus
• Cacing betina panjang 3-4 mm,
– Vivipar
– Menghasilkan 1500 ekor larva.
• cacing jantan 1,5 mm.
• Cara infeksi : makan daging babi mentah/kurang
matang yang mengandung kista berisi larva

22
Patologi dan gejala klinis
• Tergantung beratnya infeksi oleh stadium dewasa
dan stadium larva.
• Cacing dewasa gejala usus 1-2 hari sesudah infeksi
• Larva di otot 7-28 hari sesudah infeksi 
membentuk nurse cell -larva complex nyeri
otot(myalgia) dan radang otot(myositis) disertai
eosinofilia, demam dan hipereosinofilia.
• Gejala oleh larva tergantung alat tubuh yang
dihinggapi.

23
• Infeksi berat (± 5.000 larva/kg bb) dapat
menimbulkan kematian dalam waktu 2-3
minggu.

24
Diagnosis
• Diagnosis klinis
• Diagnosis laboratorium
– Menemukan nurse cell-larva complex dalam biopsi
otot
– Tes kulit dgn antigen larva Trichinella (+) pada
minggu ke 3 atau ke 4.
– Deteksi DNA spesifik Trichinella dgn PCR.
– Tes serologi lain.

25
Pengobatan
• Simtomatis
• Spesifik  tiabendazol 25 mg/kg bb 2 x sehari
selama 5-7 hari.

26
Ascaris lumbricoides
(Roundworm, Cacing gelang)

Hospes : Manusia
Habitat : Usus halus
Penyakit : Askariasis
Distribusi geografik : Kosmopolit
Morfologi :

Cacing dewasa : - bentuk bulat panjang (silindris) -


kedua ujung lebih kecil, - berwarna
kuning kecoklatan
- pada mulut terdapat 3 bibir
Cacing jantan : - 10 – 31 cm
- ekor melengkung ke ventral
- mempunyai 2 spikulum
Cacing betina : - 20 – 35 cm,
- ekor lurus
Telur tidak dibuahi :

- Bentuk lonjong
- 90 x 40 µm
- Lapisan albuminoid tipis tidak teratur
- Lapisan hialin bening, tebal
- Lapisan vitellin tipis
- Isi : sel telur yang atropis (penuh)
- Antara sel telur dan dinding tidak ada rongga kosong
Telur dibuahi :
- Bentuk agak bulat
- 60 x 45 µm
- Lapisan albuminoid tebal teratur
- Lapisan hialin bening, tebal
- Lapisan vitellin tipis
- Isi : Sel telur yang tidak bersegmen
- Antara sel telur dan dinding telur ada rongga kosong
berbentuk bulan sabit
Telur dekortikasi :
Telur Ascaris lumbricoides yang
dinding albuminoidnya tidak ada

Telur matang :
Telur yang berisi larva
Daur hidup Ascaris lumbricoides
Daur hidup
Cacing dewasa jantan dan betina hidup dalam rongga usus halus manusia.
Cacing betina mengeluarkan 100.000 - 200.000 butir telur sehari terdiri dari
telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi; telur-telur tersebut keluar
bersama tinja penderita. Dalam lingkungan yang sesuai (tanah liat, kelembaban
tinggi dan suhu 25 – 30 °C), telur yang dibuahi berkembang menjadi telur matang
(bentuk infektif) dalam waktu ± 3 minggu.
Telur matang bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus mengeluarkan
larva, kemudian larva menembus dinding usus halus masuk ke pembuluh darah
atau saluran limfe, dialirkan ke jantung kanan lalu ke paru.
Di paru larva menembus dinding pembuluh darah alveolus, masuk ke rongga
alveolus, kemudian ke bronkiolus, bronkus, trakea sampai ke faring.
Dari faring larva tertelan ke dalam esofagus, lambung lalu menuju ke usus halus.
Di usus halus larva berkembang menjadi cacing dewasa jantan dan betina.
Waktu yang diperlukan mulai telur matang tertelan sampai cacing betina
mengeluarkan telur ± 2 bulan ( 8 - 10 minggu). Cacing dewasa dapat hidup
selama 1 - 1½ tahun, makanannya adalah zat-zat makanan yang terdapat dalam
rongga usus halus.
Patologi dan gejala klinis
1. Larva : menyebabkan sindrom Loeffler dengan gejala-gejala :
- Demam, batuk, sesak napas, urtika
- Eosinofilia
- Pada foto toraks nampak infiltrat

2. Cacing dewasa :
* Pada infeksi ringan :
Kurang nafsu makan, mual, sakit perut, diare, obstipasi
* Pada infeksi berat : - malabsorpsi (terutama pada anak-anak)
- obstruksi usus (ileus obstruktiva)
*Mungkin cacing mengembara ke organ-organ lain :
misalnya saluran empedu, apendiks, bronkus
Diagnosis
- Telur dalam tinja
- Cacing dewasa pada tinja, bahan muntahan, atau
keluar melalui hidung

Terapi
- Piperazin
- Pirantel pamoat
- Mebendazol
- Albendazol
- Levamizol
- Oksantel pamoat

Prognosis : Baik
Trichuris trichiura
(Whipworm, Cacing cambuk)

Hospes : Manusia
Habitat : Usus besar terutama sekum
Penyakit : Trikuriasis
Distribusi geografik : Kosmopolit
Morfologi
Cacing dewasa : - berbentuk seperti cambuk,
- 3/5 bagian anterior, halus
- 2/5 bagian posterior, besar
Cacing jantan : 3 - 4 cm
bagian posterior melingkar > 360°,
mempunyai 1 spikulum

Cacing betina :
4 - 5 cm,
bagian posterior membulat tumpul,
melengkung < 360°
Telur :
- 50 x 32 µm
- seperti tempayan,
pada kedua kutub
terdapat tonjolan jernih
- dinding : - luar : kuning tengguli
- dalam : jernih
- isi : sel telur
Daur hidup Trichuris trichiura
Daur hidup
Cacing dewasa hidup di sekum dan kolon asendens dengan
bagian anteriornya yang halus masuk kedalam mukosa usus.
Cacing betina mengeluarkan 3.000 - 10.000 butir perhari;
telur-telur tersebut keluar bersama tinja penderita. Dalam
lingkungan yang sesuai (tanah lembab, tempat teduh, suhu
25 – 30 °C) telur berkembang menjadi telur matang (bentuk
infektif) dalam waktu 3 – 6 minggu. Telur matang bila tertelan
oleh manusia, menetas di usus halus mengeluarkan larva lalu
menjadi cacing dewasa jantan dan betina. Setelah menjadi
dewasa, cacing menuju ke sekum dan kolon asendens.
Waktu yang diperlukan mulai tertelannya telur matang sampai
cacing betina mengeluarkan telur 30 – 90 hari (1 – 3 bulan).
Cacing dewasa dapat hidup beberapa tahun, makanannya
adalah zat-zat makanan yang terdapat pada mukosa usus.
Patologi dan gejala klinis
Patologi : Iritasi dan perdarahan mukosa usus
Gejala klinis :
Infeksi ringan : - tanpa gejala atau gejala tidak jelas
Infeksi berat : - diare dengan tinja yang berdarah, nyeri perut dan
mual
- prolapsus rektum
- anemia

Diagnosis : Menemukan telur dalam tinja


Terapi: - Mebendazol
- Oksantel pamoat
- Albendazol

Prognosis: Baik
Cacing tambang
(Hookworm)
Pada manusia : - Necator americanus
- Ancylostoma duodenale
- Ancylostoma ceylanicum
Pada anjing dan kucing :
- Ancylostoma braziliense
- Ancylostoma caninum
- Ancylostoma ceylanicum
Necator americanus
dan
Ancylostoma duodenale

Hospes : Manusia
Habitat : Usus halus (jejenum dan duodenum)
Penyakit :
Necator americanus  nekatoriasis
Ancylostoma duodenale  ankilostomiasis
Distribusi geografik : Kosmopolit
Morfologi
1. Cacing dewasa : - berbentuk silinder/selindrik,
- berwarna putih keabuan
Cacing jantan :
- 5 – 11 mm
- ekor melebar
(bursa kopulatriks)
- mempunyai 2 spikulum
Cacing betina :
- 9 – 13 mm
- ekor lancip
Necator americanus :
Bentuk badan : huruf S
Pada mulut : 1 pasang benda khitin

Ancylostoma duodenale :
Bentuk badan : huruf C
Pada mulut : 2 pasang gigi sama besar
2. Telur :
- Lonjong
- 60 x 40 µm
- Dinding : tipis, bening
- Isi : tinja segar : 2 – 16 sel telur
tinja lama : larva
3. Larva rhabditiform :
- ± 250 µm
- esofagus mempunyai bulbus ( rhabditoid),
1/3 panjang badan
- mulut terbuka, panjang dan sempit
- genital premordial kecil
4. Larva filariform :
- ± 700 µm
- esofagus lurus (filariform),
1/4 panjang badan
- mulut tertutup
- ekor runcing
- mempunyai selubung (sarung)
Daur hidup Necator americanus &
Ancylostoma duodenale
Daur hidup
Cacing dewasa hidup melekat pada mukosa usus halus. Cacing betina N. americanus
bertelur ± 9.000 butir, sedangkan A.duodenale ± 10.000 butir perhari. Telur-telur tsb.
keluar bersama dengan tinja penderita, setelah 1 – 1½ hari telur menetas mengeluar
kan larva rhabditiform. Dalam waktu 3 - 5 hari larva rhabditiform tumbuh menjadi
larva filariform (bentuk infektif) yang dapat menembus kulit (tanah yang baik untuk
pertumbuhan larva adalah tanah gembur bercampur humus dan terlindung dari sinar
matahari, suhu untuk N. americanus 28 - 32 °C, sedangkan A. duodenale 18 – 25 °C).
Cara infeksi adalah larva filiriform menembus kulit masuk kapiler darah, mengikuti
aliran darah ke jantung kanan lalu ke paru. Setelah sampai diparu larva filariform
menembus dinding alveolus masuk ke alveolus kemudian ke bronkiolus, bronkus,
trakea sampai ke faring. Dari faring larva tertelan masuk ke esofagus, lambung, usus
halus. Setelah sampai di usus halus larva filariform berkembang menjadi cacingdewasa
jantan dan betina yang melekat pada mukosa usus halus.Waktu yang diperlukan mulai
larva filariform menembus kulit sampai menjadi dewasa di usus halus 10 -12 minggu.
Cacing dewasa dapat hidup selama ± 5 tahun.
Seekor cacing N. americanus dapat mengisap darah 0,05 – 0,1cc perhari,
sedangkan A.duodenale dapat mengisap darah 0,08 – 0,34 cc perhari.
Patologi dan gejala klinis
1. Larva : - kulit  Ground itch
- paru-paru  biasanya tanpa
gejala, kadang2 pneumonistis
2.Cacing dewasa :
- Infeksi akut yang ringan biasanya
tanpa gejala
- Infeksi menahun yang sedang/berat
menyebabkan Anemia hipokrom
mikrositer dengan gejala pucat, lemah, lesu,
letih
Diagnosis :
- telur, larva rhabditiform atau filariform
dalam tinja
Terapi :
- Pirantel pomoat
- Mebendazol
- Levamizol
- Oksantel pamoat
- Albendazol

Prognosis : Baik
Larva filariform cacing tambang
Strongyloides stercoralis
(Threadworm, Cacing benang)

Hospes : Manusia, kucing, anjing, kera, simpanse.


Habitat : Usus halus
Penyakit : Strongiloidiasis
Distribusi geografik : Kosmopolit
Morfologi
1. Cacing dewasa :
1.1. Cacing dewasa bentuk parasiter
( hanya cacing betina )
- Panjang ± 2 mm
- Bentuk halus tidak berwarna
- Esofagus 1/3 panjang badan,
bentuk filariform
- Uterus berisi telur
- Ekor lancip
1.2. Cacing dewasa bentuk bebas
Cacing jantan : - Panjang ± 0,75 mm
- Esofagus 1/4 panjang badan,
bentuk rhabditoid
- Ekor melengkung ke ventral
- mempunyai 2 spikulum
Cacing betina :
- Panjang ± 1 mm
- Esofagus 1/4 panjang badan,
bentuk rhabditoid
- Uterus berisi telur
- Ekor lancip
2. Telur : Mirip telur cacing tambang, jarang ditemukan

3. Larva rhabditiform
- Panjang ± 225 µm
- Mulut terbuka, pendek dan lebar
- Esofagus 1/4 panjang badan,
bentuk rhabditoid
- Ekor lancip
- Genital premordial besar
4. Larva filariform
- Panjang < 700 µm
- Bentuk lansing
- Mulut tertutup
- Esofagus 1/2 panjang badan,
bentuk filariform
- Ekor ujungnya bercabang dua
(menyerupai huruf W)
- Tidak mempunyai selubung
Daur hidup Strongyloides stercoralias
1. Daur hidup langsung
2. Daur hidup tidak langsung
3. Oto-infeksi
Daur hidup
Cacing dewasa betina bentuk parasiter hidup di
mukosa usus halus (duodenum dan jejenum)
berkembangbiak secara partenogenesis, mengeluarkan
telur beberapa lusin perhari; telur-telur tsb. langsung
menetas mengeluarkan larva rhabditiform yang masuk
kedalam rongga usus halus lalu keluar bersama tinja
penderita.
Daur hidup S. stercoralis ada 3 macam :
1. Daur hidup langsung
2. Daur hidup tidak langsung
3. Oto-infeksi
1. Daur hidup langsung
Larva rhabditiform yang keluar bersama tinja penderita
setelah 2-3 hari di tanah/air berkembang menjadi larva
filariform (bentuk infektif) .Cara infeksinya adalah larva
filariform menembus kulit masuk ke kapiler darah,
mengikuti aliran darah ke jantung kanan lalu ke paru.
Setelah sampai di paru, larva filariform menembus dinding
alveolus masuk ke alveolus kemudian ke bronkiolus,
bronkus, trakea dan faring. Dari faring larva tertelan masuk
ke esofagus, lambung, usus halus lalu menjadi dewasa di
usus halus. Waktu yang diperlukan mulai larva filariform
menembus kulit sampai cacing betina bentuk parasiter
mengeluarkan telur kira-kira 28 hari.
Daur hidup langsung terjadi di daerah beriklim dingin.
2. Daur hidup tidak langsung

Larva rhabditiform yang keluar bersama tinja


penderita, ditanah akan berkembang menjadi cacing
jantan dan cacing betina bentuk bebas. Cacing jantan
akan membuahi cacing betina. Cacing betina
mengeluarkan telur, kemudian telur tsb. menetas
mengeluarkan larva rhabditiform lalu berkembang
menjadi larva filariform yang infektif atau
berkembang lagi menjadi cacing dewasa bentuk
bebas. Bila larva filariform dari bentuk bebas
tersebut menembus kulit, maka proses selanjutnya
seperti pada daur hidup langsung, sampai menjadi
cacing betina bentuk parasiter diusus halus.
Daur hidup tidak langsung terjadi di daerah beriklim
panas.
3. Oto-infeksi
Pada oto-infeksi, larva rhabditiform berkembang
menjadi larva filariform didalam usus halus atau
disekitar anus (perianal). Oto-infeksi terjadi bila larva
filariform tsb. menembus mukosa usus halus atau
kulit perianal penderita, lalu proses selanjutnya seperti
pada daur hidup langsung, sampai menjadi cacing
betina bentuk parasiter di usus halus.
Oto-infeksi penyebabnya belum diketahui.
Patologi dan gejala klinis
1. Larva : Creeping eruption (Cutaneous larva migrans)

2. Cacing dewasa :
- Infeksi ringan : biasanya tanpa gejala
- Infeksi berat : rasa sakit di daerah pigastrium mual,
muntah, diare dan konstipasi
Diagnosis : - larva rhabditiform, larva filariform
atau cacing dewasa bentuk bebas
dalam tinja lama

Terapi : - Thiabendazol
- Albeldazol
- Mebendazol

Prognosis :
- Infeksi ringan : baik
- Inferksiberat : Kurang baik

You might also like