You are on page 1of 34

Masalah Psikososial

Kesehatan Jiwa
(Bipolar Disosder)
Kelompok 3
Defenisi

 Gangguan Bipolar merupakan nama yang


digunakan untuk perubahan mood secara berkala
yang diperlihatkan oleh individu yang mengalami
episode manik (kutub pertama), episode depresi
berat (kutub kedua), dan perilaku normal yang
terjadi di antara kedua episode tersebut.
 Gangguan bipolar yang dikenal sebagai manic-
depresive illness adalah penyakit medis yang
mengancam jiwa karena adanya percobaan bunuh
diri yang cukup tinggi.
 Gangguan bipolar adalah suatu penyakit jangka
panjang dan episodik dengan berbagai macam
variasi perjalanan penyakit.
 Gangguan bipolar sering tidak diketahui dan salah
diagnosa dan bahkan bila terdiagnosa sering tidak
terobati dengan adekuat.
Epidemiologi

Saat ini prevalensi gangguan bipolar


dalam populasi cukup tinggi, mencapai
1,3-3%. Bahkan prevalensi untuk seluruh
spektrum bipolar mencapai 2,6-6,5%.
Depresi atau distimia yang terjadi
pertama kali pada prapubertas memiliki
risiko untuk menjadi gangguan bipolar.
Tanda Dan Gejala

Ada empat jenis episode suasana hati pada


penderita gangguan bipolar, yakni : mania,
hipomania, depresi, dan episode campuran.
Setiap jenis episode suasana hati gangguan
bipolar memiliki gejala yang unik.
Tanda Dan Gejala
Mania
1. Gembira berlebihan.
2. Mudah tersinggung sehingga mudah marah.
3. Mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengarnya.
4. Nafsu seksual meningkat.
5. Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang
dibicarakan.
6. Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung
membahayakan.
7. Merasa sangat bersemangat, seakan-akan satu hari tidak cukup
24 jam.
Tanda Dan Gejala
Hipomania

Hipomania adalah bentuk kurang parah dari mania. Orang-


orang dalam keadaan hipomanik merasa gembira, energik, dan
produktif, tetapi mereka mampu meneruskan kehidupan sehari-
hari dan tidak pernah kehilangan kontak dengan realitas.
Tanda dan gejala hipomania yaitu :
 Bersemangat dan penuh energi dengan munculnya
kreativitas.
 Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan
cepat marah.
 Penurunan kebutuhan untuk tidur.
Tanda Dan Gejala
Depresi Bipolar
1. Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang
berkepanjangan.
2. Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang
jelas.
3. Beranggapan masa depan suram dan pesimistis.
4. Berpikir untuk bunuh diri.
5. Menghindari komunikasi dengan orang lain.

 Hampir semua penderita gangguan bipolar mempunyai


pikiran tentang bunuh diri dan 30% di antaranya berusaha
untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara.
Tanda Dan Gejala
Episode Campuran

Episode ini merupakan gangguan bipolar campuran dari kedua fitur gejala
mania atau hipomania dan depresi. Tanda-tanda umum episode campuran
termasuk depresi dikombinasikan dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan,
insomnia, distractibility, dan layangan pikiran (flight of idea). Kombinasi
energi tinggi dan rendah membuat suasana hati penderita berisiko tinggi
untuk bunuh diri. Tanda dan gejala yaitu :
1. Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada
orang-orang di sekitarnya.
2. Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
3. Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
4. Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti tagihan listrik dan
telepon.
Faktor
Penyebab

 Genetika
Genetika bawaan adalah faktor umum penyebab gangguan bipolar.
 Fisiologis
Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap gangguan bipolar
adalah terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak.
 Lingkungan
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya
penyakit yang melibatkan hubungan antarperseorangan atau peristiwa-
peristiwa pencapaian tujuan (penghargaan) dalam hidup. Sebagai contoh
penyebab ini seperti : Stres, penyalahgunaan zat tidak menyebabkan
gangguan bipolar, obat-obat tertentu dan perubahan musiman.
Klasifikasi Bipolar
Disorder

 Gangguan Bipolar tipe I


Pada gangguan bipolar tipe I penderita akan
mengalami episode mania dan depresi secara
bergantian.
 Gangguan Bipolar tipe II
Pada gangguan bipolar tipe II penderita akan
minimal mengalami episode hipomania (gangguan
dalam bentuk lebih ringan dari episode mania) dan
episode depresi.
 Gangguan Bipolar Campuran
Pada gangguan bipolar tipe campuran penderita akan
mengalami episode depresi dan episode mania secara
bersamaan atau dalam tenggat perubahan waktu yang cepat.
 Cyclothymic Disorder
Gangguan siklomatik (cyclothymic disorder) merupakan
bentuk ringan dari gangguan bipolar. Penderita akan
mengalami setidaknya minimal selama 2 tahun gangguan
perubahan mood berupa episode hipomania dan episode
depresi ringan.
Tatalaksana
Keperawatan
A. Terapi Diri Sendiri
1. Dapatkan pengetahuan tentang cara mengatasi
gangguan dan hal-hal yang berkaitan dengan
gangguan bipolar. Semakin banyak diketahui,
semakin baik dalam membantu pemulihan
sendiri dari gangguan ini.
2. Jauhkan stres dengan menjaga situasi
keseimbangan antara pekerjaan dan hidup sehat,
dan mencoba teknik relaksasi seperti meditasi,
yoga, shalat malam (tahajjud) atau pernapasan
dalam.
3. Mencari dukungan dengan memiliki seseorang yang
untuk diminta bantuan dan dorongan.
Cobalah bergabung dengan kelompok pendukung atau
berbicara dengan teman yang dipercaya.
4. Buatlah pilihan yang sehat.
Pola tidur, makan, dan berolahraga dapat membantu
menstabilkan suasana hati. Menjaga jadwal tidur yang
teratur sangatlah penting.
5. Pemantauan suasana hati secara mandiri dengan melacak
gejala dan tanda-tanda ayunan suasana hati.
6. Anda berayun di luar kendali sehingga dapat
menghentikan masalah sebelum dimulai.
B. Terapi penyinaran (Light theraphy)
Salah satu cara tata laksana perawatan
gangguan bipolar. Dengan adanya edukasi
tentang hal ini, maka gangguan bipolar
sesungguhnya tidak benar-benar sulit.
Kadang-kadang, penderita gangguan
bipolar perlu diberikan obat-obatan atas
kemauannya, tergantung dari tingkat
beratnya, penderita mungkin berpikir
tentang bunuh diri,
Kopi, teh atau rokok di kehidupan sehari-hari adalah hal yang biasa,
tetapi akan berpengaruh besar pada penderita gangguan bipolar :
 Kopi dan teh adalah stimulan, yang menyebabkan pengurangan
waktu tidur, dan hal ini bisa menimbulkan masalah.
 Alkohol juga berperan dalam kenyenyakan dan lamanya tidur,
hal ini data menambah penyebab depresi. Terlebih pula hal
ini menyebabkan kecanduan.
 Ganja sebagai obat kadang-kadang diberikan; masalahnya hal ini
menimbulkan paranoia, walaupun dapat menjadi indikasi dari
tahap kegembiraan (manik), tetapi kurang dapat mendeteksi
depresi.
Analisis
Jurnal
Jurnal 1

 Judul Jurnal
Emotion regulation strategies in bipolar disorder :
asystematic and critical review
 Pengarang
Alyson Dodd, Elizabeth Lockwood, Warrant
Mansell, Jasper Palmier Claus
 Tahun Terbit
1 Maret 2019
Gangguan Bipolar (BD) ditandai dengan periode mania dan
depression (American Psychiatric Association, 2013).
Ulasan ini menyangkut standar regulasi emosi (ER). Model
proses mengkonseptualisasikan ER sebagai usaha dan upaya
otomatis untuk menurunkan regulasi, meningkatkan regulasi
atau mempertahankan emosi itu dapat menjadi fokus
pendahuluan (sebelum emosi dihasilkan) atau terfokus pada
sponsor (diberlakukan setelah emosi dihasilkan).

Strategi ER yang sebelumnya membawa keuntungan jangka


pendek “Saya bisa mendapatkan lebih banyak dilakukan
karena saya penuh energi ", tanpa pertimbangan efek
samping jangka panjang.
KESIMPULAN
Tinjauan ini menemukan bukti bahwa
orang dengan BD terlibat dalam strategi
yang meningkatkan dan meredam
pengaruh positif dan memperburuk
negative mempengaruhi, lebih sering
daripada kontrol non-klinis tetapi dengan
cara yang mirip dengan orang dengan
UPD. Strategi untuk mengatur pengaruh
positif masuk akal secara teoritis
diberikan potensi tautan ke (hypo) mania,
tetapi kurang diteliti. Penelitian harus
diperhatikan di luar apakah strategi
khusus ditingkatkan dalam BD, atau
apakah itu dikaitkan dengan gejala dan
fungsi suasana hati saat ini.
Jurnal 2

 Judul Jurnal
“Review : Farmakoterapi Gangguan
Bipolar”
 Pengarang
Uzlifatul Zannah, Irma Melyani
Puspitasari, Rano Kurnia Sinuraya
 Tahun Terbit
Tahun Terbit : 2018
Keberhasilan dalam pengendalian dan pencegahan kambuhnya
gangguan bipolar didasari oleh pengendalian stabilitas mood jangka
panjang serta pencegahan berlanjutnya episode mania dan depresi.
(Malhi, et al., 2015).

 Mood Stabilizer
Pilihan pertama yang digunakan dalam mengobati gangguan bipolar ialah
mood stabilizer seperti litium, divalproex, karbamazepin dan lamotrigin.
Penelitian yang dilakukan oleh Collins and McFarland (2008)
menyebutkan bahwa litium dapat menurunkan resiko percobaan bunuh
diri pada klien .

 Antidepresan
Penggunaan antidepresan sebagai monoterapi berkaitan dengan
peningkatan resiko episode mania pada pasien bipolar. Namun, tidak
terdapat adanya resiko episode mania pada pasien yang menggunakan
antidepresan bersamaan dengan mood stabilizer.
 Antipsikotik
Semua antipsikotik atipikal memiliki
beberapa efikasi untuk gangguan bipolar
karena adanya efek antimania. Antipsikotik
yang digunakan diantaranya risperidone,
olanzapine dan quetiapine.
Studi yang dilakukan oleh Keck, et al
(2009) menyatakan bahwa aripiprazole
efektif digunakan dalam pengobatan pasien
dengan bipolar mania akut dan dapat
ditoleransi dengan baik.
Kesimpulan

Gangguan bipolar merupakan penyakit yang membutuhkan terapi


jangka panjanng. Mood stabilizer, antipsikotik dan antidepresan
merupakan agen yang paling direkomendasikan dan sering digunakan
dalam pengobatan gangguan bipolar.

Berdasarkan studi RCT dan data naturalistik dari pengobatan


gangguan bipolar selama lebih dari 4 tahun didapatkan bukti
mengenai efikasi dari agen-agen yang digunakan, dengan urutan
litium > valproate > olanzapine > lamotrigin > quetiapine >
carbamazepine (Goodwin, et al., 2016).
Jurnal 3

 Judul Jurnal
Penyesuaian Diri Keluarga Penderita Bipolar Di
Rumah Sakit Bhayangkara Kota Kediri”
 Pengarang
Lailatul Nurush Sholikah, Sardjuningsih, dan Tatik
Imadatus Sa’adati
 Tahun Terbit
Tahun Terbit : 2017
Keberadaan anggota keluarga dengan gangguan jiwa juga
sangat mempengaruhi kondisi fisik dan mental orang yang
merawatnya di rumah, misalnya orang tua, suami / istri, atau
saudaranya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 3 orang subjek


yang merupakan anggota keluarga bagi orang yang mengalami
gangguan bipolar, yakni Subjek 1 (Bu PNI), Subjek 2 (Pak
DND) dan Subjek 3 (Pak OS) diperoleh kesimpulan bahwa
tiga keluarga penderita Bipolar sudah bisa menyesuaikan
dirinya dengan anggota keluarganya yang mengalami
gangguan Bipolar maupun dengan masyarakat meskipun
sebelumnya mereka sempat mengalami kendala dalam
menyesuaikan diri.
Individu yang mampu menyesuaikan diri dengan baik
menunjukkan ciri-ciri yang sesuai tujuh aspek penyesuaian diri
dari teorinya Scheneiders.

Penerimaan dari keluarga lain dan masyarakat ini akan


menimbulkan ketahanan dalam keluarga (family relisience)
sehingga keluarga akan lebih mampu beradaptasi dan melampaui
tekanan demi tekanan di masa kini dan di masa mendatang.
Jurnal 4
 Judul Penelitian
Informal Caregivers’ Learning Experiences With
Self-Management Support of Individuals Living
With Bipolar Disorder: A Phenomenological Study
 Pengarang
Silvio van den Heuvel, Peter Goossens, Cees
Terlouw ,Lisette Schoonhoven4, and Theo van
Achterberg
 Sumber
Pubmed , Journal of the American Psychiatric
Nurses Association1–11 © The Author(s) 2018
Reprints and permissions:
sagepub.com/journalsPermissions.nav
DOI: 10.1177/
 Tanggal
18 Januari 2018
 Menurut pendapat kami, profesional harus mengenali perbedaan
dalam kebutuhan pendidikan kedua individu yang hidup dengan BD dan
pengasuh informal.
 Pembelajaran proses keduanya terjadi dalam asynchrony temporal
yang bisa mudah tumbuh menjadi sumber konflik yang akhirnya
mengarah ke lingkaran setan memicu episode berulang. Lebih lanjut
Penelitian diperlukan untuk menentukan profesional didaktis peran yang
diperlukan untuk setiap fase dalam proses pembelajaran individu yang
hidup dengan BD dan pengasuh informal mereka.
 Di fase pembelajaran berikutnya, para profesional harus fokus pada
hubungan antara pengasuh informal dan individu hidup dengan BD
untuk mendukung mereka dalam mengatasi dilema pengasuhan. Ketika
tanggung jawab bergeser, profesional dapat mengajar pengasuh informal
bagaimana caranya mengatasi rasa tidak aman dan mendukung individu
yang hidup dengan BD melalui penguatan positif.
Jurnal 5

 Judul Penelitian
Efficacy of cognitive-behavioral therapy in patients with bipolar
disorder: a meta analysis of randomized controlled trials
 Pengarang / Author
Kai-Jo Chiang1,2, Jui-Chen Tsai1,3, Doresses Liu1,4, Chueh-Ho
Lin1,5,6, Huei-Ling Chiu1 Kuei-Ru Chou1,3,7
 Sumber / Source
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0176849Abstract
Terapi perilaku kognitif (CBT) dianggap sebagai
pembantu yang menjanjikan untuk mengatasi BD. Terapi
untuk mengobati gangguan bipolar (BD) ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas CBT dan membantu subjek
untuk memahami gejala kekambuhan, sehingga diharapkan
dapat dilakukan langkah-langkah antisipasi dan pencegahan
untuk mencegah hospitalisasi pada subjek.

Dalam penelitian ini, secara sistematis meninjau hasil 19


RCT dan membandingkan hasil pengobatan diperoleh
dengan menggunakan CBT sebagai terapi tambahan untuk
farmakoterapi dan yang diperoleh dengan menggunakan
perawatan standar untuk merawat pasien dengan BD.
Tingkat relaps dan fungsi psikososial yang dikumpulkan
menunjukkan bahwa dibandingkan dengan kelompok kontrol,
pasien dengan CBT memiliki tingkat kekambuhan yang lebih
rendah secara signifikan pada follow-up CBT efektif dalam
mengurangi tingkat kekambuhan dan meningkatkan gejala depresi,
mania keparahan dan fungsi psikososial dengan ukuran efek ringan
hingga sedang.
Hasil

Dari hasil penelitian tersebut, sebanyak 19 RCT


yang terdiri dari 1.384 pasien dengan tipe I atau
II BD terdaftar dalam sistem atic dan meta-
analisis. Analisis utama mengungkapkan bahwa
CBT dapat menurunkan kekambuhan tingkat
(0,506 hingga −0.026), keparahan mania
(−1.127 hingga−0,035) dan fungsi psikososial
(0,106-0,809).
THANK YOU 

You might also like