You are on page 1of 18

KONSEP KEMATIAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

G E O VA N I A D I N U G R A H A (616080716013)
L I D YA N A N D A S A R I (616080716022)
M A R D A L I S A H U TA G A L U N G ( 6 1 6 0 8 0 7 1 6 0 2 4 )
N U R H A N A N I A F I FA H (616080716035)
PRICHELLIA S.N LONDO (616080716039)
RANI NUR ALIF (616080716045)
RIAZEKI ARUMBA (616080716046)
TA N I A S E P T I A N I (616080716053)
DEFINISI

Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang


vital, akhir dari kehidupan manusia. Lahir, menjelang ajal, dan
kematian bersifat universal. Meskipun unik bagi setiap individu,
kejadian-kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan proses
hidup yang diperlukan (Kozier, 2010).
Definisi kematian adalah kematian otak yang terjadi jika pusat otak
tertinggi yaitu korteks serebral mengalami kerusakan permanen.
Dalam kasus ini, ada aktivitas jantung, kehilangan fungsi otak
permanen, dimanifestasikan secara klinis dengan tidak ada respon
terarah terhadap stimulus eksternal, tidak ada refleks sefalik, apnea,
dan elektrogram isoelektrik minimal selama 30 menit tanpa hipotermia
dan keracunan oleh depresan sistem saraf pusat (Stedman, 2000).
JENIS – JENIS KEMATIAN

1. Kematian yang diantisipasi


Menurut Ann dan Lee (2001) dapat dipahami sebagai reaksi
akan kesadaran terhadap kehilangan di waktu yang akan datang.
Beberapa orang percaya bahwa kematian yang telah di ketahui
terlebih dahulu atau diantisipasi terlebih dahulu dapat
memudahkan orang-orang untuk mengatasi duka cita daripada
kematian secara tiba-tiba.
2. Kematian Mendadak
Seseorang yang kehilangan karena kematian secara
mendadak biasanya menginginkan informasi secepatnya dan
biasanya yang detail mengenai penyebab kematian. Guna
membantu orang yang kehilangan untuk segera merasa
kehilangan. Selain kematian yang mendadak buakan hanya tidak
diduga-duga tetapi menyebabkan orang yang ditinggalkan tidak
dapat menyelesaikan urusan-urusan yang belum selesai dengan
orang yang meninggal (Niven,2013)
TANDA-TANDA KEMATIAN

1. Tanda-Tanda Klinis Menjelang Kematian


Kehilangan Tonus Otot
• Relaksasi otot wajah (mis., rahang dapat turun).
• Sulit berbicara.
• Sulit menelan dan secara bertahap kehilangan refleks muntah.
• Aktivitas saluran gastrointestinal menurun, yang pada akhirnya
disertai dengan mual, akumulasi flatus, distensi abdomen, dan
retensi feses, terutama jika narkotik atau penenang diberikan.
• Kemungkinan inkontinensia kemih dan rektal akibat
penurunan kontrol spinkter.
• Penurunan pergerakan tubuh.
Perlambatan Sirkulasi
• Sensasi berkurang.
• Bercak dan sianosis pada ekstremitas.
• Kulit dingin, pertama di kaki dan kemudian di tangan, telinga,
dan hidung (namun klien dapat merasa hangat jika terdapat
peningkatan suhu tubuh).
• Perlambatan dan perlemahan denyut nadi.
• Penurunan tekanan darah.
Perubahan Respirasi
• Pernapasan cepat, dangkal, tidak teratur, atau lambat tidak
normal; napas berisik, disebut sebagai lonceng kematian,
karena berkumpulnya lender di kerongkongan; pernapasan
melalui mulut; membran mukosa oral kering.

Kerusakan Sensori
• Pandangan kabur.
• Kerusakan sensasi atau indera perasa dan pencium.
2. Tanda-Tanda Klinis Saat Meninggal
• Pupil mata melebar.
• Tidak mampu untuk bergerak.
• Kehilangan reflek.
• Nadi cepat dan kecil.
• Pernapasan chyene-stoke dan ngorok.
• Tekanan darah sangat rendah.
• Mata dapat tertutup atau agak terbuka.
3. Tanda-Tanda Klinis Meninggal
• Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara
total.
• Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
• Tidak ada reflek.
• Gambaran mendatar pada EKG.
TAHAP-TAHAP KEMATIAN

1. Mati Klinis dan Mati Suri


Fase pertama disebut mati klinis ditandai dengan berhentinys
pernafasan dan detak jantung. Pada fase ini, implus dari otak
memudar dan panca-indra tidak lagi beraksi
Beberapa kasus medis membuktikan, ada orang yang sydah di
nyatakan mati klinis selama beberapa menit, bisa hidup kembali
setelah menjalani proses reanimasi klinis.
Misalnya dengan masase jantung, pemberian nafas buatan,
penggunaan defibrilator dan tindakan medis lainnya, ada yang
kemudian hidup sehat tapi ada pula yang mengidap dampak
kesehatan
2. Mati Otak
Fase kedua kematian disebut mati otak. Pada tahapan ini
semua fungsi otak berhenti. Pasien biasanya masih bisa”hidup”
karena dibantu alat-alat kedokteran seperti alat pernafasan, alat
pacu jantung dan lainnya.
3. Mati Biologis
Fase kenatian biologis ditandai dengan kematian milyaran
sel-sel tubuh. Karena tidak ada regenerasi sel, tanda-tanda
kematian jelas terlihat
Kulit jasad menunjukan bercak-bercak kematian dan jasad
menjadi kaku. Proses pembusukan juga dimulai dan berlangsung
cepat. Pada fase ini sudah tidak diragukan lagi bahwa makhluk
hidup sudah mati.
BERKABUNG DAN KEHILANGAN

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan


terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya
perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon
normal pada semua kejadian kehilangan.
TIPE BERDUKA

1. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan


pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang
aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan
fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih
dalam batas normal
2. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan
pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang
aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan
fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih
dalam batas normal
JENIS BERDUKA DAN KEHILANGAN

• Berduka normal
• Berduka antisipatif
• Berduka yang rumit
• Berduka tertutup
DAMPAK DAN RESPON DARI KEHILANGAN, KEMATIAN
DAN BERDUKA.

Teori Engels Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai


beberapa fase yang dapat diaplokasikan pada seseorang yang
sedang berduka maupun menjelang ajal, antara lain:
• Fase I (shock dan tidak percaya)
• Fase II (berkembangnya kesadaran)
• Fase III (restitusi)
• Fase IV Menekan seluruh perasaan yang negatif dan
bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan
sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu
terhadap almarhum.
• Fase V Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai
diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan
seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru
telah berkembang
TERIMA KASIH

You might also like