You are on page 1of 22

A.

Pengertian Napza

Napza secara umum adalah zat-zat kimiawi yang apabila


dimasukkan kedalam tubuh baik oral maupun di suntik dapat
mempengaruhi pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku
seseorang. Hal ini dapat menimbulkan gangguan keadaan social
yang di tandai dengan indikasi negative, waktu pemakain yang
panjang dan pemakaian yang berlabihan (lumbantobing,2007).
B. Jenis-jenis Napza

a. Narkotika
Menurut UU No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika, narkotika
dikelompokkan kedalam tiga golongan yaitu:

Narkotika golongan I Narkotika golongan II


Narkotika golongan III
digunakan untuk tujuan berkhasiat untuk pengobatan,
pengembangan ilmu digunakan dalam terapi atau banyak digunakan dalam terapi
pengetahuan tujuan pengembangan ilmu dan atau tujuan pengembangan
pengetahuan ilmu pengetahuan
Ex: heroin, kokain, ganja.
Ex: morfin, petidin, Ex: kodein
b. Psikotropika
Menurut UU No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika yang
dapat dikelompokkan kedalam empat golongan:
Psikotropika
golongan I
Psikotropika golongan II
hanya digunakan Psikotropika golongan
untuk tujuan ilmu digunakan dalam terapi
dan atau untuk tujuan III
pengetahuan Psikotropika golongan IV
ilmu pengetahuan
Digunakan dalam
Ex: MDMA, ekstasi, terapi dan atau untuk Digunakan dalam terapi
LSD, ST Ex: amfetamin, dan atau untuk tujuan ilmu
fensiklidin, sekobarbital, tujuan ilmu
pengetahuan. pengetahuan.
metakualon,
metilfenidat (Ritalin Ex: diazepam, klobazam,
Ex: fenobarbital dan
flunitrasepam. bromazepam,
klonazepam,
khlordiazepoxiase,
nitrazepam (BK, DUM,
MG).
c. Zat Adiktif

Zat adiktif yang akrab ditelinga masyarakat ialah nikotin dalam rokok
dan etanol dalam minuman beralkohol dan pelarut lain yang mudah
menguap seperti aseton, thiner dan lain-lain.

Minuman alkohol dibagi menjadi 3 golongan sesuai dengan kadar


alkoholnya yaitu:
1. Golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol
1% - 5% Contoh : bir, greend sand.
2. Golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol
5% - 20% Contoh : anggur kolesom.
3. Golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol
20% - 55% Contoh : arak, wisky, vodka.
C. Tingkat Pemakaian Napza

a. Pemakaian coba-coba
b. Pemakaian rekreasional
c. Pemakaian situasional
d. Penyalahgunaan (abuse) : pemakaian yang patologis,
ditandai intoksikasi sepanjang hari, tidak mampu mengurangi atau
menghentikan, terus menggunakan walaupun menderita sakit fisik
yang cukup berat.
e. Ketergantungan (dependent use) : telah terjadi toleransi
tubuh dan gejala putus obat, bila pemakaian dihentikan atau
dikurangi dosisnya.
D. Penyalahgunaan Napza
1. Opiada, terdapat 3 golonagan besar :
a. Opioda alamiah ( Opiat ) : Morfin, Opium, Codein.
b. Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin.
c. Opioda sintetik : Metadon.

Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan proses
tertentu dihasilkan putauw, yang kekuatannya 10 kali melebihi
morfin.Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat
dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan oleh
dokter sebagai penghilang sakit yang sangat kuat, misalnya pada opreasi,
penderita cancer.
2. KOKAIN :
Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih
mudah larut.
Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain menjadi
beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca
atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup
dengan menggunakan penyedot seperti sedotan atau
dengan cara dibakar bersama dengan tembakau.
3. KANABIS :

Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica.


Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan
menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok.
Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung
merasa lebih santai, euphoria, sering menghayal, aktif
berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitive, kering pada
mulut dan tenggorokan
4. AMPHETAMINE :

Ada 2 jenis Amphetamine :


a. MDMA ( methylene dioxy methamphetamine )
Dikemas dalam bentuk tablet dan capsul.

b. Metamphetamine ice
Cara pengunaan dibakar dengan mengunakan
alumunium foil dan asapnya dihisap atau dibakar dengan
menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (
boong).
5. LSD ( Lysergic Acid )
Termasuk dalam golongan halusinogen.
Cara penggunaan : meletakan LSD pada permukaan lidah,
dan bereaksi setelah 30 – 60 menit kemudian, menghilang
setelah 8 – 12 jam.
Efek rasa : terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu
sehingga timbul obsesi yang sangat indah dan bahkan
menyeramkan dan lama – lama menjadikan penggunaanya
paranoid.
6. SEDATIF – HIPNOTIK ( BENZODIAZEPIN ) :
Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan
hipnotika ( obat tidur ).
Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien
yang mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai
obat tidur.
7. SOLVENT / INHALASI :
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup.
Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner, Cairan
untuk dry cleaning, Uap bensin.
Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi
ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru, jantung dan
hati.
8. ALKOHOL :

Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan


umbi – umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak
lebih dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan
sehingga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan
100 %.

Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan


kesadaran
E. Manajemen kasus penyalahgunaan Napza

1. PENERIMAAN AWAL ( SKRINING )


- Instrumen Skrining seperti ASSIST
- Urin analisis.
2. PEMERIKSAAN
1) Fisik
a. Adanya bekas suntikan sepanjang vena di lengan, tangan
kaki bahkan pada tempat-tempat tersembunyi misalnya dorsum
penis.
b. Pemeriksaan fisik terutama ditujukan untuk menemukan
gejala intoksikasi/overdosis/putus zat dan komplikasi medik seperti
Hepatitis, Eudokarditis, Bronkoneumonia, HIV/AIDS dan lain-lain.
c. kesadaran, pernafasan, tensi, nadi pupil,cara jalan, sklera
ikterik, conjunctiva anemis, perforasi septum nasi, caries gigi, aritmia
jantung, edema paru, pembesaran hepar dan lain-lain.
2) Psikiatrik 3) Penunjang
a. Analisa Urin
a. Derajat kesadaran
Bertujuan untuk mendeeteksi adanya NAPZA
b. Daya nilai realitas dalam tubuh (benzodiazepin, barbiturat,
c. Gangguan pada alam amfetamin, kokain, opioida, kanabis).
perasaan (misal cemas, gelisah, b. Pengambilan urine
marah, emosi labil, sedih, depresi, Hendaknya tidak lebih dari 24 jam dari saat
euforia). pemakaian zat terakhir dan pastikan urine
d. Gangguan pada proses pikir tersebut urine pasien.
(misalnya waham, curiga, paranoid, c. Penunjang lain
halusinasi). Untuk menunjang diagnosis dan komplikasi
e. Gangguan pada psikomotor dapat pula dilakukan pemeriksaan.
(hipperaktif/ hipoaktif, agresif - Laboratorium rutin darah,urin
gangguan pola tidur, sikap manipulatif - EKG, EEG
dan lain-lain). - Foto toraks
- Dan lain-lain sesuai kebutuhan (HbsAg,
HIV, Tes fungsi hati, Evaluasi Psikologik, Evaluasi
Sosial)
3. MENEGAKKAN DIAGNOSIS
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menegakkan diagnosis :

Ada beberapa hal yang harus


diperhatikan dalam b. TEKNIK WAWANCARA
1) Alloanamnesis dilakukan sebelum
menegakkan diagnosis : Autoanamnesis
2) Alloanamnesis dilakukan sesudah
Autoanamnesis
a. SIKAP MENTAL PETUGAS
3) Autoanamnesis dan Alloanamnesis
1) Bersikap positif dilakukan bersamaan
2) Berempati
3) Tidak menghina,
mengkritik, menertawakan,
mengejek, menyalahkan
F. REHABILITASI
Rebalitasi narkotika adalah sebuah kebutuhan, dan sangat diharapkan
keberasaannya, baik oleh pemerintah, keluarga dan pemakai sendiri
yang ingin bebas dan cengkeraman narkotika.
Model-model pelayanan rehabilitasi narkotika adalah sebagai berikut:
1. Model Pelayanan dan Rehabilitasi Medis
a. Metadon --- Metadon adalah zat opioid sintetik berbentuk cair
yang diberikan lewat mulut.
b. Burprenorfin --- Burprenorfin adalah obat yang diberikan oleh
dokter mellui resep. Aktifitas agonis opioid Burprenorfin lebih rendah
dari Metadon. Burprenorfin tidak diabsorbsi dengan baik jika ditelan,
karena itu cara penggunaannya adalah sublingual (diletakkan di
bawah lidah).
2. Model Pelayanan dan Rehabilitasi dengan
Pendekatan Bimbingan Individu dan Kelompok
Terapi ini merupakan terapi konvensional untuk klien
ketergantungan NAPZA yang tidak menjalani rawat inap
dan dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
Program ini didesain dengan kegiatan yang bervariasi
seperti edukasi keterampilan, meningkatkan sosialisasi,
pertemuan yang bersifat vokasional, edukasi moral dan
spiritual, serta terapi 12 langkah.
3. Model Pelayanan dan Rehabilitasi dengan Pendekatan
Therapeutic Community
a. TC adalah sebuah kelompok yang terdiri dari individu dengan
masalah yang sama, tinggal di tempat yang sama, memiliki seperangkat
peraturan, filosofi, norma dan nilai, serta kultural yang disetujui, dipahami
dan dianut bersama. Kesemuanya dijalankan demi pemulihan diri
masing-masing
b. Tujuan TC --- Klien dapat mengolah subkultur yang dianut
pengguna ke arah kultur masyarakat luas (mainstream society), menuju
kehidupan yang sehat dan produktif, meskipun pengguna sendiri
mempunyai beberapa nilai untuk mempertahankan pemulihannya.
c. Cardinal Rules --- No Drugs, No Sex, and No Violence
d. Filosofi TC --- Program TC berlandaskan pada filosofi dan slogan-
slogan tertentu, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
4. Model Pelayanan dan Rehabilitasi dengan Pendekatan Agama
Ada berbagai macam pusat rehabilitasi dengan pendekatan agama,
misalnya Pondok Pesantren Suryalaya dan Pondok Pesantren Inaba di
Jawa Barat dengan pendekatan nilai- nilai agama Islam dimana kegiatan
utamanya adalah berdzikir.
Beda halnya di Thailand dimana para biksu Budha merawat klien yang
mengalami ketergantungan opioida di kuil, antara lain kuil Budha Tan
Kraborg. Di dalam kuil, setiap pagi klien diberi ramuan daun yang
menyebabkan klien muntah dan sore harinya mendapat pelajaran agama
Budha dalam lima hari pertama.
Setelah lima hari tidak ada lagi kegiatan terstruktur dan klien diberi
kesempatan untuk memulihkan kesehatannya dari kelelahan. Para
pendeta ini juga telah dilatih dalam memberi konseling kepada klien.
5. Model Pelayanan dan Rehabilitasi dengan
Pendekatan Narcotic Anonymus
Narcotic Anonymus adalah suatu program recovery yang
dijalankan seorang pecandu berdasarkan prinsip 12
langkah. Langkah-langkah ini harus dijalankan lebih dari
satu kali. Setelah selesai mengerjakan seluruh langkah
yang ada, seorang pecandu harus menjalankan kembali
langkah pertama. Karena banyak hal baru yang terjadi dan
timbul sehingga seorang pecandu harus menjalankan
recorvery-nya seumur hidup.
6. Model Pelayanan dan Rehabilitasi dengan Pendekatan Terpadu
Suatu pelayanan rehabilitasi dengan memadukan konsep dari berbagai pendekatan dan bidang ilmu
yang mendukung sehingga dapat memfasilitasi korban NAPZA dalam mengatasi masalahnya dari
aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual. Tahapan kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban
penyalahguna Narkoba dilaksanakan sesuai Standar Minimal dan Pedoman Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial Penyalahgunaan Narkoba yang disusun BNN, meliputi:
a. Pendekatan awal
b. Penerimaan
c. Assessment
d. Bimbingan fisik
e. Bimbingan mental dan sosial
f. Bimbingan orang tua dan keluarga
g. Bimbingan keterampilan
h. Resosialisasi / reintegrasi
i. Penyaluran dan bimbingan lanjut (aftercare)
j. Terminasi

You might also like