Professional Documents
Culture Documents
Ika hariyati
Nur afifa
Sukmo lelono N.
Tumor paru
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu
pertumbuhan jaringan baru yang abnormal. Paru
merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan
letaknya didalam rongga dada.
• 1.Merokok
2.Terpapar asap rokok
• 3.Paparan zat karsinogen ( asbestos, radiasi ion,
radon arse )
• 4.Polusi udara
• 5.Genetik
manifestasi klinik pada
penderita tumor paru
yaitu :
• a. Batuk yang terus
menerus dan
berkepanjangan
Manifestasi klinik • b. Napas pendek-pendek
dan suara parau
• c. Batuk berdarah dan
berdahak
• d. Nyeri pada dada,
ketika batuk dan menarik
napas yang dalam.
• e. Hilang nafsu makan
dan berat badan
Patofisiologi
Rencana tindakan:
- Jelaskan pada klien tentang pentingnya beristirahat dengan posisi setengah
duduk.
R/ Posisi semi fowler meningkatkan kapasitas paru dengan adanya gaya
gravitasi yang menarik diafragma ke arah bawah.
- Kaji suara nafas.
R/ Stridor menunjukkan adanya penyumbatan pada daerah pernafasan
terutama trakhea.
- Kaji tekanan darah, nadi, kesadaran dan respon klien.
R/ Penurunan respon klien dan kesadaran menggambarkan adanya penurunan
suplai O2 pada daerah otak.
Con’t
• - Kolaborasi dalam pemasangan ET Tube, pemberian
oksigen.
R/ ET tube membantu klien dalam menciptakan jalan
nafas, suplai oksigen yang adequat membantu proses
metabolisme dalam tubuh.
- Observasi kemampuan klien dalam bernafas, irama,
kedalaman dan frekwensi.
R/ Perubahan irama, kedalaman dan frekwensi nafas
merupakan hal yang perlu diwaspadai untuk
melakukan tindakan selanjutnya.
b. DP II ,Tujuan: Klien mampu mempertahankan kebersihan
jalan nafas.
• Rencana tindakan:
- Jelaskan pada klien dan keluarga tentang beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengeluarkan sekret.
• Rencana tindakan:
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan
darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk
darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.
.
Con’t
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim
paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik
yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya
timbul pada sore dan malam hari mirip demam
influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin
pendek.
1. Riwayat PerjalananPenyakit
a. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak
(nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada
malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40 -410C) hilang timbul.
b. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak
sub kutan.
c. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris
(effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.
e. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung.
2. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
c. Pernah berobat tetapi tidak teratur.
d. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
e. Daya tahan tubuh yang menurun.
f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
6. Pemeriksaan Diagnostik:
a. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap
akhir penyakit.
b. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15
mm terjadi 48-72 jam).
c. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap
dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas
tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi
tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
d. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan
paru karena TB paru.
e. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
f. Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital
menurun
Diagnosa
keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
permukaan efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar
kapiler, sekret kental, tebal, dan edema bronchial.
2. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan
dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia /
statis sekret, penurunan pertahanan / penekanan proses
imflamasi, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh (hypertermi).
4. Resiko regimen terapi berhubungan dengan banyaknya kombinasi
obat yang harus diminum.
DK 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret kental, tebal,
dan edema bronchial.
Rencana jangka pendek : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi
jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
Rencana jangka panjang : Bebas dari gejala distres pernafasan.
Rencana tindakan.
1. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan
diri sesuai dengan keperluan.
2. Tunjukan / dorong bernafas bibir selama ekhalasi, khususnya untuk
pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.
3. Kaji diespnoe, tachipnoe, tak normal / menurunnya bunyi nafas,
peningkatan upaya pernapasan, terbatasnya ekspansi dinding dada &
kelemahan.
4. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan / atau
perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
Con’t
Rasionalisasi.
1. Menurunkan konsumsi O2 / kebutuhan selama periode
penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
2. Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps /
penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan
udara melalui paru dan menghilangkan / menurunkan nafas
pendek.
3. TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil
bronchopneomonia sampai inflamasi difus luas, necrosis, effusi
pleural dan fibrosis luas, efek pernafasan dapat dari ringan sampai
diespnoe berat sampai diestres pernafasan.
4. Akumulasi sekret / pengaruh jalan nafas dapat mengganggu
oksigenisasi organ vital dan jaringan.
Dk 2 : Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang )
berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan
kerja silia / statis sekret, penurunan pertahanan / penekanan proses
imflamasi, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen.
Tujuan jangka pendek : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /
menurunkan resiko penyebaran infeksi.
Tujuan jangka panjang : Menunjukan tehnik / melakukan perubahan
pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Rencana tindakan.