You are on page 1of 54

By :

Ika hariyati
Nur afifa
Sukmo lelono N.
Tumor paru
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu
pertumbuhan jaringan baru yang abnormal. Paru
merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan
letaknya didalam rongga dada.

Kanker paru adalah tumor berbahaya yang


tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru
berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga
berasal dari bagian tubuh lain yang terkena
kanker
Etiologi
Penyebab / faktor pendukung dari kanker paru,
antara lain :

• 1.Merokok
2.Terpapar asap rokok
• 3.Paparan zat karsinogen ( asbestos, radiasi ion,
radon arse )
• 4.Polusi udara
• 5.Genetik
manifestasi klinik pada
penderita tumor paru
yaitu :
• a. Batuk yang terus
menerus dan
berkepanjangan
Manifestasi klinik • b. Napas pendek-pendek
dan suara parau
• c. Batuk berdarah dan
berdahak
• d. Nyeri pada dada,
ketika batuk dan menarik
napas yang dalam.
• e. Hilang nafsu makan
dan berat badan
Patofisiologi

• Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus,


faktor lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya
berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya
tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang
merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan
perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu
timbulnya penyakit tumor.
• Initiati agen biasanya bisa berupa nunsur kimia, fisik atau biologis
yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur
dasar dari komponen genetik ( DNA ). Keadaan selanjutnya
diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan
berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini
berlangsung lama meingguan sampai tahunan.
• Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah
karsinoma epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil ( sel oat
), karsinoma sel besar ( tak terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma.
Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan
napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk
dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan
adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan
alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat
cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel
skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis,
berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau
toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
Penataksanaan
Medik
• 1.) Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan
terbaik, namun hanya < 25% kasus yang bisa dioperasi
dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus )
yang telah hidup setelah 5 tahun. Tingkat mortalitas
perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada
pneumonektomi.
• 2.) Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker
paru bukan sel kecil yang tidak bisa dioperasi. Tetapi
radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan
hanya menyembuhkan sedikit diantaranya.
• 3.) Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak
napas atau nyeri lokal
• 4.) Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil,
karena pembedahan tidak pernah sesuai dengan
histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi pada
kanker bukan sel kecil belum jelas.
• 5.) Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser
atau penggunaan stent dapat memulihkan gejala
dengan cepat pada pasien dengan penyakit
endobronkial yang signifikan.
6.) Perawatan faliatif, opiat terutama membantu
mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid membantu
mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki
selera makan.
Asuhan keperawatan
1. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data.
1. Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan
nyeri dada.
2. Kebutuhan dasar:
- Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya
sekret dan terjadi kesulitan menelan
(disfagia), penurunan berat badan.
- Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
- Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri
dada.
- Aktivitas : keletihan, kelemahan.
Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
• Sesak nafas, nyeri dada
• Batuk produktif tak efektif
• Suara nafas: mengi pada inspirasi
• Serak, paralysis pita suara.
2. Sistem kardiovaskuler
• tachycardia, disritmia
• menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
3. Sistem gastrointestinal
• Anoreksia, disfagia, penurunan intake
makanan, berat badan menurun.
4. Sistem urinarius
• Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
5. Sistem neurologis
• Perasaan takut/takut hasil pembedahan
• Kegelisahan
B. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada,
Batuk tak efektif, Serak, haus, Anoreksia,
disfalgia, berat badan menurun, Peningkatan
frekuensi/jumlah urine, Takut
2. Data Objektif
Batuk produktif, Tachycardia/disritmia,
Menunjukkan efusi, Sianosis, pucat, Edema,
Demam, Gelisah.
Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru.

b. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas


berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.

c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan


hipoksia kronik pada jaringan paru.

d. Kecemasan berhubungan dengan


ketidakmampuan untuk bernafas.
Rencana tindakan
keperawatan
a. Diagnosa 1, Tujuan:
Pasien menunjukkan kemampuan untuk bernafas
secara efektif

.

Rencana tindakan:
- Jelaskan pada klien tentang pentingnya beristirahat dengan posisi setengah
duduk.
R/ Posisi semi fowler meningkatkan kapasitas paru dengan adanya gaya
gravitasi yang menarik diafragma ke arah bawah.
- Kaji suara nafas.
R/ Stridor menunjukkan adanya penyumbatan pada daerah pernafasan
terutama trakhea.
- Kaji tekanan darah, nadi, kesadaran dan respon klien.
R/ Penurunan respon klien dan kesadaran menggambarkan adanya penurunan
suplai O2 pada daerah otak.
Con’t
• - Kolaborasi dalam pemasangan ET Tube, pemberian
oksigen.
R/ ET tube membantu klien dalam menciptakan jalan
nafas, suplai oksigen yang adequat membantu proses
metabolisme dalam tubuh.
- Observasi kemampuan klien dalam bernafas, irama,
kedalaman dan frekwensi.
R/ Perubahan irama, kedalaman dan frekwensi nafas
merupakan hal yang perlu diwaspadai untuk
melakukan tindakan selanjutnya.
b. DP II ,Tujuan: Klien mampu mempertahankan kebersihan
jalan nafas.

• Rencana tindakan:

- Jelaskan pada klien dan keluarga tentang beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengeluarkan sekret.

R/ Pengetahuan keluarga dan klien tentang cara-cara mengeluarkan sekret


memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan.

- Anjurkan klien untuk banyak minum air yang hangat.

R/ Pengenceran sekret mempermudah pengeluaran sekret pada jalan nafas.

- Ajarkan pada klien tentang tehnik batuk efektif.

R/ Batuk efektif dengan tehnik yang benar membantu mengeluarkan sekret


secara adequat.
Con’t

• - Kolaborasi dalam pemberian obat-obat seperti


mukolitik agent.
R/ Sekret yang encer akan lebih mudah untuk
dikeluarkan.
- Observasi suara nafas.
R/ Crackless menunjukkan adanya penumpukkan
di jalan nafas.
c. DP III , Tujuan: Klien menunjukkan peningkatan kemampuan
pertukaran gas dengan parameter hasil pemeriksaan gas darah
dalam batas normal.

• Rencana tindakan:

- Jelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya


pemeriksaan gas darah.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien


kooperatif terhadap tindakan keperawatan.

- Anjurkan pada klien untuk mengurangi aktivitas.

R/ Kebutuhan oksigen dapat dikurangi dengan penurunan


metabolisme tubuh.
Con’t
• - Kolaborasi dalam pemberian oksigen dan
pemeriksaan analisa gas darah.
R/ Pemberian oksigen mengurangi usaha
pernafasan yang tidak efektif.
- Observasi tanda-tanda vital, tingkat kesadaran.
R/ Perubahan kesadaran menunjukkan
penurunan suplai oksigen ke jaringan otak.
d. DP IV , Tujuan: Klien menunjukkan penurunan
kecemasan.
• Rencana tindakan:
- Jelaskan pada klien tentang beberapa hal yang dapat dilakukan
untum mengurangi kecemasan.
R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien kooperatif
terhadap tindakan perawatan.

- Anjurkan pada klien untuk nafas panjang.


R/ Pengendoran otot menciptakan relaksasi sehingga dapat
menurunkan tingkat kecemasan.

- Observasi tingkat kecemasan klien.


R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien dan penentuan
tindakan selanjutnya.
Evaluasi
- pasien kooperatif,
- jalan nafas klien bersih dan dapat bernafas
dengan normal
- pasien bisa mengatasikecemasan yang
mengganggu dirinya.
• ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TB PARU
Pengertian

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular


yang disebabkan oleh Mycobacterium
tubeculosis. Pada pasien TB paru, penyakit ini
sudah menyerang ke dalam paru-paru klien.
• 2. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman
yang berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm.
• Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak
(lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik.
Faktor penyebab
terinfeksinya kuman :
1. Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan
secara genetik.
2. Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka
kematian
dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
3. Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
4. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang
cepat,
kemungkinan infeksi cukup tingggi karena diit yang tidak adekuat.
5. Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit,
kurang
nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik)
Con’t

6. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang


menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.

7. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid


kemungkinan terinfeksi lebih
mudah.
8. Nutrisi ; status nutrisi kurang
9. Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.
10.Tidak mematuhi aturan pengobatan.
• Manifestasi Klinik
Tuberkulosis sering dijuluki “the great
imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan
penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada
sejumlah penderita gejala yang timbul tidak
jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-
kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan,
gejala respiratorik dan gejala sistemik:

1. Gejala respiratorik, meliputi:


a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan
yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non
produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila
sudah ada kerusakan jaringan.

b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan
darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk
darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.

.
Con’t

c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim
paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik
yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem
persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:

a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya
timbul pada sore dan malam hari mirip demam
influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin
pendek.

b. Gejala sistemik lain


Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan
batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.
• Klasifikasi
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan
atas :
• 1. Berdasarkan organ yang terinvasi
– a. TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi
menjadi 2, yaitu :
• TB Paru BTA Positif
• Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2
dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu)
hasilnya positif, atau 1 spesimen dahak SPS positif
disertai pemeriksaan radiologi paru menunjukan
gambaran TB aktif.
• 2. TB Paru BTA Negatif
• Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak
SPS BTA negatif dan pemeriksaan radiologi dada
menunjukan gambaran TB aktif. TB Paru dengan
BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi
berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukan
keparahan yakni kerusakan luas dianggap berat.
• b. TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang
menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat
kelamin.
• Berdasarkan tipe penderita
• Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita :
• Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan
OAT atau sudah pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
kurang dari satu bulan.
• Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian
kembali berobat dengan hasil pemeriksaan BTA positif.
• Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat
pengobatan di suatu kabupaten lain kemudian pindah berobat ke
kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat
rujukan/pindah.
• Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita
yang sudah berobat paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2
bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
Penanganan medik
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati
juga mencegah kematian, mencegsah kekambuhan atau resistensi
terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif
(2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang
digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat
utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang
jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan
Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih
dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit,
hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat
pengobatan sebelumnya.
Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB
yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course
(DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima
komponen yaitu:

1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan


dalam penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik
langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti
pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit
pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum
obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang
cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
• Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan
Tuberkulosis paru (Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut :

1. Riwayat PerjalananPenyakit
a. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak
(nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada
malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40 -410C) hilang timbul.

b. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak
sub kutan.
c. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris
(effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

d. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.

e. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung.
2. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
c. Pernah berobat tetapi tidak teratur.
d. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
e. Daya tahan tubuh yang menurun.
f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

3. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:


a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
b. Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
c. Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya.
d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

4. Riwayat Sosial Ekonomi:


a. Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
b. Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan
bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah
berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang
lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan
pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
5. Faktor Pendukung:
a. Riwayat lingkungan.
b. Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur,
kebersihan diri.
c. Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

6. Pemeriksaan Diagnostik:
a. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap
akhir penyakit.
b. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15
mm terjadi 48-72 jam).
c. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap
dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas
tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi
tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
d. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan
paru karena TB paru.
e. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
f. Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital
menurun
Diagnosa
keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
permukaan efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar
kapiler, sekret kental, tebal, dan edema bronchial.
2. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan
dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia /
statis sekret, penurunan pertahanan / penekanan proses
imflamasi, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh (hypertermi).
4. Resiko regimen terapi berhubungan dengan banyaknya kombinasi
obat yang harus diminum.
DK 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret kental, tebal,
dan edema bronchial.
Rencana jangka pendek : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi
jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
Rencana jangka panjang : Bebas dari gejala distres pernafasan.

Rencana tindakan.
1. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan
diri sesuai dengan keperluan.
2. Tunjukan / dorong bernafas bibir selama ekhalasi, khususnya untuk
pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.
3. Kaji diespnoe, tachipnoe, tak normal / menurunnya bunyi nafas,
peningkatan upaya pernapasan, terbatasnya ekspansi dinding dada &
kelemahan.
4. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan / atau
perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.
Con’t
Rasionalisasi.
1. Menurunkan konsumsi O2 / kebutuhan selama periode
penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
2. Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps /
penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan
udara melalui paru dan menghilangkan / menurunkan nafas
pendek.
3. TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil
bronchopneomonia sampai inflamasi difus luas, necrosis, effusi
pleural dan fibrosis luas, efek pernafasan dapat dari ringan sampai
diespnoe berat sampai diestres pernafasan.
4. Akumulasi sekret / pengaruh jalan nafas dapat mengganggu
oksigenisasi organ vital dan jaringan.
Dk 2 : Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang )
berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan
kerja silia / statis sekret, penurunan pertahanan / penekanan proses
imflamasi, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen.
Tujuan jangka pendek : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /
menurunkan resiko penyebaran infeksi.
Tujuan jangka panjang : Menunjukan tehnik / melakukan perubahan
pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.
Rencana tindakan.

1. Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tissue


& menghindari meludah di tempat umum serta tehnik mencuci
tangan yang tepat.
2. Kaji patologi / penyakit ( aktif / tak aktif diseminasi infeksi melalui
bronchus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah /
sistem limfatik ) dan potensial penyebaran melalui droplet udara
selama batuk, bersin, meludah,bicara, dll.
3. Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah,
anggota, sahabat karib / teman.
Rasionalisasi.
1. Perilaku yng diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi
dapat membantu menurunkan rasa terisolir pasien & membuang
stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.
2. Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi
program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang /
komplikasi. pemahaman begaiman penyakit disebarkan &
kesadaran kemungkinan tranmisi membantu pasien / orang
terdekat mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang
lain.
3. Orang – orang yang terpajan ini perlu program therapy obat untuk
mencegah penyebaran infeksi.
Dk 3 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh (hypertermi).
Tujuan jangka pendek : Mengidentifikasi intervensi untuk
menurunkan suhu tubuh.
Tujuan jangka panjang : Meminimalisir proses peradangan untuk
meningkatkan kenyamanan.
Rencana tindakan :
1. Mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan
pemasangan infus
2. Monitoring perubahan suhu tubuh
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik guna
mengurangi proses peradangan (inflamasi)
4. Anjurkan pada pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang
optimal sehingga metabolisme dalam tubuh dapat berjalan lancar
Con’t
1. Rasionalisasi :
2. Cairan dalam tubuh sangat penting guna menjaga
homeostasis (keseimbangan) tubuh. Apabila suhu tubuh
meningkat maka tubuh akan kehilangan cairan lebih
banyak.
3. Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna
mengetahui perkembangan dan kemajuan dari pasien.
4. Antibiotik berperan penting dalam mengatasi proses
peradangan (inflamasi)
5. Jika metabolisme dalam tubuh berjalan sempurna maka
tingkat kekebalan/ sistem imun bisa melawan semua
benda asing (antigen) yang masuk.
Dk 4 : Resiko regimen terapi berhubungan dengan
banyaknya kombinasi obat yang harus diminum
Tujuan jangka pendek : memperbaiki gejala,
mengurangi resiko infeksi.
Tujuan jangka panjang : terapi regimen obat
Rencana tindakan :

1. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian


kombinasi obat.
2. Kaji dari efek penggunaan regimen terapi.
3. Berikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan
tentang ketidakteraturan berobat akan
menyebabkan resistensi.
Con’t
Rasionalisasi :
1. Pengobatan terhadap penyakit TBC memerlukan
kombinasi berbagai obat (obat antituberkulosis/
OAT) yang diberikan selama 6 bulan atau lebih
untuk dinyatakan sembuh.
2. Efek dari penggunaan regimen terapi dapat
menyebabkan berbagai komplikasi.
3. Kombinasi obat yang telah diberikan telah
disesuaikan dengan fase TB paru. Sehingga
ketidakteraturan akan menyebabkan resiko
resistensi.
Evaluasi

a. Keefektifan bersihan jalan napas.


b. Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi
kebutuhan individu.
c. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah
penyebaran infeksi.
d. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan
meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
e. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis
dan program pengobatan dan perubahan perilaku
untuk memperbaiki kesehatan

You might also like