You are on page 1of 15

KEPATUHAN PERAWAT DALAM

PELAKSANAAN PROSEDUR INTERVENSI JOURNAL SHARING


MAULIDA TSANY
PASIEN RISIKO TINGGI JATUH DI RSUD 22020118210022
WATES KULON PROGO
Latar
Belakang
Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan prosedur intervensi pasien risiko
tinggi jatuh di RSUD Wates Kulon Progo.
Jenis Rancangan Peneltian

Jenis Penelitian Metode Penelitian


Kuantitatif Deskriptif
Analitik
POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat di 8 ruang rawat inap
dewasa dengan total perawat 134 orang.
Teknik pengambilan sample adalah probability sampling dengan proporsional
stratified random sampling dan mendapatkan 57 responden.
Tempat Dan
Di RSUP Wates 07 Agustus – 07
Kulon Progo. November 2017 Waktu
Penelitian
CARA PENGUMPULAN DATA
1. Peneliti mengidentifikasi perawat yang menjadi responden dengan pemilihan
secara acak berdasarkan jumlah sampel yang telah ditentukan per ruang
2. Peneliti kemudian mendatangi calon responden yang dipilih lalu dijelaskan
mengenai tujuan, manfaat, langka prosedur pengambilan data, kemungkinan
ketidaknyamanan, maupun kemungkinan menolak tanpa mempengaruhi kerja
perawat dan hak perawat di dalam bangsal ruang.
3. Penilaian observasi dilakukan dalam 4 jam.
4. Pengambilan data mencakup seluruh tindakan standar prosedur operasional
intervensi pasien risiko jatuh tinggi.
5. Setelah itu dilanjutkan interprestasikan hasil data yang telah ada.
Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian ini kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan


standar operasional prosedur intervensi pasien tinggi jatuh memiliki hasil
tidak patuh (68,4%). Berdasarkan tahap standar operasi pasien risiko
tinggi jatuh, pada tahap prainteraksi memiliki kategori patuh dengan
frekuensi 57 (100%), tahap orientasi memiliki karegori patuh dengan
frekuensi 51 (89,5%), tahap implementasi memiliki karegori tidak patuh
dengan frekuensi 36 (63,2%), dan tahap dokumentasi memiliki karegori
patuh dengan frekuensi 57 (100%).
Hasil Penelitian
Hasil penelitian pada tahap implementasi secara signifikan ketidakpatuhan perawat
cukup tinggi, padahal pada tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam SOP
Pasien risiko tinggi jatuh. Terdapat 7 poin pertanyaan yang tingkat pelaksanaanya rendah
yaitu perawat menempatkan bel panggilan dalam jangkauan pasien (bila tersedia), perawat
menyiapkan alat bantu yang berada dalam jangkauan (tongkat, alat penompang), perawat
mengoptimalkan pengunaan kacamata dan alat bantu dengar (pastikan bersih dan berfungsi,
perawat menganjurkan pasien ke kamar mandi secara rutin (jika mampu), perawat
memastikan sandal tidak licin, perawat menawarkan bantuan kepada pasien ke kamar
mandi/penggunaan pispot setiap 2 jam (saat pasien bangun) dan secara periodik (saat
malam hari), perawat mengunjungi & mengamati pasien setiap 2 jam oleh petugas
perawatan, dan perawat memasangkan tali pengaman atau restain apabila diperlukan
Kekuatan Dan Keterbatasan Penelitian/Studi

1. Kekuatan Penelitian/Studi
a. Penelitian secara kuantitatif sehingga data yang didapatkan lebih jelas dan
akurat.
b. Penelitian dilakukan dengan observasi sehingga bisa langsung mendata
kejadian kejadian penting saat penelitian.
c. Penelitian tersebut bisa digunakan untuk memotivasi kinerja tenaga kesehatan
supaya menjadi lebih baik dalam menerapkana implementasi resiko jatuh.
d. Penelitian menjelaskan cara pengumpulan data.
2. Keterbatasan Penelitian/Studi
a. Peneliti tidak menjelaskan pendekatan penilitian dan instrument penelitian
b. Peneliti tidak menjelaskan kriteria inklusi maupun ekslusi yang digunakan saat
penelitian.
Analisis Kejadian Berdasarkan Di
Lapangan
Tindakan implementasi pada resiko jatuh sangat penting untuk menurunkan tingkat pasien
jatuh. Menurut Setyarini tahun 2012, seharusnya seorang perawat melakukan implementasi
pencegahan resiko jatuh dengan cara: 1) Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning.
Pasang tanda peringatan risiko jatuh warna merah pada bed pasien; 2) Strategi mencegah
jatuh dengan penilaian jatuh yang lebih detil seperti analisa cara berjalan sehingga dapat
ditentukan intervensi spesifik seperti menggunakan terapi fisik atau alat bantu jalan jenis
terbaru untuk membantu mobilisasi; 3) Pasien ditempatkan dekat nurse station; 4) Lantai
kamar mandi dengan karpet anti slip/ tidak licin, serta anjuran menggunakan tempat duduk di
kamar mandi saat pasien mandi; 5) Dampingi pasien bila ke kamar mandi, jangan tinggalkan
sendiri di toilet, informasikan cara mengunakan bel di toilet untuk memanggil perawat, pintu
kamar mandi jangan dikunci; 6) Lakukan penilaian ulang risiko jatuh tiap shif.
Analisis Kejadian Berdasarkan Di
Lapangan
Sedangkan pada prosedur pencegahan resiko jatuh adalah 1) Morse Scale Fall/MFS
merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang
berisiko jatuh; 2) Pemasangan label segitiga merah untuk resiko tinggi dan segitiga kuning
untuk resiko rendah; 3) Pemasangan gelang resiko jatuh dilakukan setelah penilaian MFS
hasilnya ≥ 45; 4) Mengatur tempat tidur pasien merupakan salah satu alat yang digunakan
oleh pasien untuk mencegah resiko pasien jatuh dari tempat tidur, maka tempat tidur dalam
posisi rendah dan terdapat pagar pengaman/ sisi tempat tidur; 5) Penggunaan restrain sesuai
prosedur merupakan alat atau tindakan pelindung untuk membatasi gerakan atau aktifitas
pasien secara bebas. Untuk menghindari jatuh dapat dimodifikasi dengan memodifikasi
lingkungan yang dapat mengurangi cedera seperti memberi keamanan pada tempat tidur
(Setyarini, 2012).
Analisis Kejadian Berdasarkan Di
Lapangan
Saat dilapangan, perawat sudah melakukan implementasi pasien jatuh setiap 2 hari sekali,
ketika perawat sedang memberikan tindakan aseptic (sesudah memberikan injeksi, sesudah
melakukan perawatan luka, sesudah mengantarkan pasien dan sesudah membenarkan sliran
infus pasien dll) kepada pasien maka perawat mengatur tempat tidur pasien. Tetapi di
lapangan juga banyak yang belum menerapkan implementasi resiko jatuh secara kontinu,
banyak pasien yang luput akan pengawasan (Contohnya banyak pasien pasien tertidur yang
tidak dipasang siderail tempat tidur dan tanpa pengawasan dari keluarga serta perawat
sehingga dapat meningkatkan resiko jatuh pada pasien) dan terkadang lupa untuk
merendahkan tempat tidur. Hal tersebut dikarenakan beban kerja perawat yang tinggi,
sehingga tidak bisa memastikan pasien satu persatu, selain itu banyak pasien yang ditunggu
oleh keluarganya sehingga keluarganya yang akan memantau pasien agar pasien tidak jatuh.
KESIMPULAN

Dalam penelitian diatas, dapat disimpulkan kepatuhan perawat terhadap


pelaksanaan standar operasional prosedur intervensi pasien tinggi jatuh memiliki
hasil tidak patuh (68,4%). Hasil tersebut didapatkan karena sedikitnya perawat
yang patuh pada tahap implementasi yaitu terdapat 36 (63,2%). Hal tersebut
dapat meningkatkan resiko jatuh pada pasien. Sehingga bagi tenaga kesehatan
seharusnya melaksanakan standar prosedur intervensi pasien risiko tinggi jatuh
secara sempurna baik pada tahap prainteraksi, orientasi, implementasi, dan
dokumentasi.
TERIMAKASIH

You might also like