You are on page 1of 40

Feeding and

Eating Disorders
Kelompok 10
Ryanda Aziza 10050017112

Putri Rahayuningtyas10050017130

Sevie Nur Hikmah 10050017147

Anggia Putri Pradini 10050017150


Normal Development
Gangguan pada kebiasaan makan dan keterbatasan pilihan makanan adalah salah satu diantara karakteristik
yang membedakan masa early childhood.Sekitar satu dari empat anak yang di gambarkan sebagai si pemilih
makanan oleh orang tua nya.

Anak perempuan lebih sering memilih-milih makanan nya ketimbang anak laki-laki.Mulai sekitar usia 9 anak
perempuan mulai cemas terhadap penurunan berat badan.
Pandangan atau norma sosial yang ada pada lingkungan, dan pandangan media mengenai kurus nya tubuh dan
daya tarik tubuh mempengaruhi kesadaran berat badan pada remaja putri.

Selain itu pandangan ‘normal’ mengenai berat badan bisa dikurangi atau ditingkatkan oleh komentar-komentar
dari teman,orang tua atau bahkan pasangan.Hubungan orang tua dan anak di masa early childhood ini sangat
berpengaruh pada pandangan anak mengenai pola makan dan pertumbuhan.

Ketika awal masuk sekolah,masa ini tanda atau ‘landmark’ dari perkembangan yang signifikan karena tekanan
sosial dari lingkungan yang terus pula berkembang mengerucutkan persepsi tentang bentuk tubuh yang
didambakan.Atau tepatnya untuk mendapatkan image ideal tubuh bisa menyebabkan atau terubah menjadi
obsesi pada masa remaja.
Development Risk Factors
Perspektif perkembangan dari masalah dan gangguan makan meningkatkan kemungkinan continuum dari
“eating pathology” yang rata-rata dari diet,sindrom secara clinical,menyeluruh hingga ke setiap masa
perkembangan.

Early Eating Habits,Attitudes,and Behaviors


Perilaku makan yang terganggu mendeskripsikan kepercayaan seseorang bahwa standar dari budaya,daya
tarik,penampilan (bentuk tubuh), dan pengakuan sosial tergabung menjadi satu untuk mengontrol diet dan
kenaikan berat badan. Bahkan diantara umur 7-10 tahun,mereka /anak-anak umur ini, concern akan berat
badan,diet.
Para peneliti yang meneliti beberapa anak menemukan ke berlanjutan antara masalah makan ketika masa aka-
anak seperti kesulitan waktu makan,ke tidak tertarikan akan makanan nya,dan subsequent dari onset gangguan.
Conern atau perhatian pada berat badan seperti naik nya berat badan,khawatir pada berat dan bentuk
tubuh,sejarah diet,dan kegemukan,muncul sebagai-secara signifikan berhubungan dengan onset gangguan atau
masalah makan masa remaja.
Transition into Adolescence

Seperti yang terlihat pada perempuan yang lebih muda,terlaporkan perasaan aneh atau tidak suka pada diri
sendiri daripada yang terjadi pada laki-laki karena perempuan lebih menekankan atau memiliki tekanan
pada perepsi dari penampilan fisik.Banyak dari perempuan postpubescent terkadang merasa tidak menarik
yang berbeda secara kontras dengan laki-laki yang mereka merasa positif akan diri mereka dengan prestasi-
prestasi yang di dapat,juga bentuk tubuh.

Dieting Weight Concerns

Diet secara kronis lebih kuat terhubung pada kedua gender dan faktor-faktor perkembangan.Ada sebuah
pertanyaan, “Kenapa diet terkadang merujuk atau mengarahkan pada kebanyakan makan?”
Pengurangan kalori menyebabkan berkurang nya metabolic rate seseorang yang memberi jalan pada
lemak untuk menetap di sel,dan menyebabkan penurunan berat badan terhambat.
Karena penurunan berat badan yang terhambat, ada juga konsekuensi psikologis dari terganggu nya
metabolic rate yang disebut peneliti “False Hope Syndrome”.
Biological
Regulators
Makan dan tidur adalah proses natural yang dikontrol oleh ritme biologis yang
beradaptasi pada stress dan ketegangan diri. Namun, pola normal dari makan dan
pertumbuhan dan juga gangguan, berdasarkan pada terganggunya pola-pola ini
yang terperngaruh oleh proses dari pola psikologis dan fisik.
Intinya, pola pertumbuhan dan berat badan itu didasarkan pada hubungan antara
gen dan konstitusi tubuh.

Body Weight
Orang yang sudah pernahmelakukan diet pasti tau bagaimana sulitnya menaikkan atau menurunkan
berat badan.
Perihal efek, orang yang melakukan diet tersebut pasti mengalami perubahan metabolisme karena
tubuh berusaha kembali ke berat awalnya.Jika kadar lemak berkurang dibawah rata-rata normal tubuh
kita miliki,maka otak akan mebgkompensasi dengan memperlambat metabolisme.
Seseorang akan mulai merasa lesu,kurang tidur,dan suhu tubuh akan perlahan menurun perlahan untuk
berusaha mempertahakan energi.
Growth
Pada pertumbuhan, mekanisme blogis tubuh tu bekerja bersama dalam sebuah sistem untuk
mempertahankan tubuh yang sehat. Energi pertumbuhan atau untuk melakukan pertmbuhan secara
detail melibatkan hormon,dan sumber nutrisi.
Hormonal paling signifikan peran nya disini karena menjadi penentu tingkat pertumbihan bahkan mulai
pada masa kanak-kanak yaitu salah satunya adalah GH (Growth Hormone) juga hormon tiroid.
Hormon ini memungkinkan percepatan tumbuh selama masa remaja seperti pertumbuhan tulang dan
maturasi.
Pertumbuhan individu tergantung pada GH yang beredar di seluruh tubuh. Pelepasan GH dari kelenjar
hipofisis ditentukan oleh hipotalamus dan struktur otak yang lebih tinggi yang mempengaruhinya (korteks
limbik dan amigdala). Struktur otak yang lebih tinggi ini terlibat dalam sensasi dan respons emosional, yang
mungkin menjelaskan hubungan antara makan dan gangguan emosi. Sama seperti termostat menentukan
kebutuhan untuk meningkatkan atau menurunkan suhu, hipotalamus merasakan kebutuhan untuk
melepaskan lebih banyak atau lebih sedikit GH ke seluruh tubuh.

Untuk menyelesaikan tugas ini, hipotalamus melepaskan dua hormon pengontrol yang memberikan efek
berlawanan. Faktor penghambat hormon pertumbuhan (mis., Somatostatin) pada dasarnya menghambat
respons GH terhadap sinyal internal kelaparan, jadi dapat me nge rem makan. Sebaliknya, faktor pelepas
hormon pertumbuhan memiliki fungsi spesifik untuk memberi tahu tubuh kita kapan, bagaimana, dan di
mana harus tumbuh dengan melepaskan hormon pertumbuhan dari hipofisis.
Obesity
Sekitar 1 dari 6 anak-anak dan remaja (usia 2 hingga 19 tahun) di Amerika Utara mengalami obesitas
(Centers for Disease Control and Prevention [CDC], 2014). Obesitas pada anak adalah kondisi medis
kronis yang mirip dengan hipertensi atau diabetes; itu ditandai dengan lemak tubuh yang berlebihan.
Orang dengan obesitas mengatur berat badan mereka dengan tepat, tetapi titik setel mereka meningkat.
Obesitas biasanya didefinisikan dalam hal indeks massa tubuh (BMI), pada dasarnya rasio tinggi terhadap
berat, yang di atas persentil ke-95, berdasarkan pada norma untuk usia dan jenis kelamin anak. BMI masa
kanak-kanak antara persentil ke-85 dan ke-95 dianggap kelebihan berat badan.
Culture and
Socioeconomic Status

Di beberapa kota terdalam dan desa, anak-anak dan keluarga tidak bisa mengakses kesehatan dan
makanan yang baik karena kekurangan transportasi dan dominan makanan olahan. Fast food & junk
food relatif tidak mahal dan lebih tersedia banyak daripada makanan sehat, masalah tambahan untuk
keluarga menengah kebawah adalah kebanyakan dari mereka hidup di lingkungan yang tidak aman,
dan orangtua mungkin tidak memperbolehkan anaknya untuk keluar rumah karena khawatir dengan
keamanannya, hal tersebut mengakibatkan peluang anak untuk berkegiatan fisik sangat terbatas.

Tingkat obesitas dan eating disorder meningkat setelah terpapar budaya barat. Itu artinya pengaruh
barat dan globalisasi mempengaruhi tingkat obesitas. Di Cina beberapa tahun terakhir anak-anak yang
kelebihan berat badan bertambah karena bertambahnya gaya hidup urban.
Causes
Penyebab lain dari hal ini adalah kelaianan Leptin. Leptin adalah suatu hormon yang ada pada tubuh yang
berfungsi untuk membawa instruksi mengatur energi dan nafsu makan. Kelainan leptin telah ditemukan di
antara anak-anak obesitas parah. Kadar leptin dapat menurun dengan melakukan diet. Terlepas dari daya
tahan atau kekuatan biologis, diet dan olahraga yang tepat masih memainkan peran penting dalam
menentukan tingkat obesitas anak. Obesitas dan kebiasaan makan yang buruk terkait dengan tigkat
disorganisasi keluarga, mulai dari komunikasi yang buruk dan kurangnya dukungan keluarga yang dirasakan
terhadap pelecehan fisik dan seksual.
Treatment
Pada anak-anak dengan komplikasi medis yang serius, dokter anak serintg merekomendasikan nutrisi
yang tepat untuk menahan kenaikan berat badan sampai tinggi badan dan berat badan anak
seimbang.Selain itu,Keluarga juga berfungsi tidak hanya mempengaruhi pola makan dan obesitas, tetapi
juga dapat berperan dalam pencegahan dan pengobatannya. Orangtua harus mengantisipasi masalah
dengan rencana pengendalian berat badan dan mengatasinya dengan mengubah lingkungan anak dan
rutinitas sehari-hari sesuai kebutuhan. Prosedur pengendalian diri juga berperan untuk mendorong
anak-anak untuk menetapkan tujuan mereka sendiri untuk diet, berat badan, dan olahraga dan
mengajari mereka keterampilan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dengan arahan luar yang
minimal dari orangtua atau terapis. Beberapa tahun terakhir sekolah pun telah ikut berperan membantu
anak mengembangkan tubuh yang sehat dan mempromosikan kebiasaan makan yang sehat.
Ellen, seorang anak perempuan berusia 18 tahun yang pertama kali menyadari kegemukannya ketika dia
berusia 9 tahun, menggambarkan pikiran dan perasaannya sehubungan dengan berat badannya:
pengungkapan diri Ellen menangkap dilema sosial dan emosional yang sering dihadapi oleh anak-anak dan
remaja yang kelebihan berat badan dan remaja, yang dicirikannya sebagai "harga diri." Banyak anak-anak
dan orang dewasa yang mengalami obesitas menderita akibat dari sikap budaya Barat yang menyamakan
daya tarik dan kompetensi kurusnya tubuh.
Pada awal kelas satu, anak-anak cenderung berteman dengan teman-teman yang kelebihan berat badan, dan
sikap ini meningkat selama masa remaja (Striegel-Moore & Bulik, 2007).
Meskipun penurunan berat badannya lambat, dengan bantuan terapi kelompok dan individu, Ellen
mengalahkan pesan-pesan kritis yang mengganggunya sejak masa kanak-kanak, yang memungkinkannya
mencapai dan mempertahankan tujuan realistisnya sebesar 170 pound.
Feeding And Eating Disorders First Occuring
In Infancy And Early Childhood

1. Avoidant Restrictive Food Intake a. Prevalence and Development


Disorder

Penghindaran atau pembatasan makanan Jika tidak teridentifikasi awal, gangguan ini dapat sangat
menyebabkan penurunan berat badan merepotkan karena dapat memiliki efek tak tumbuh dan
yang signifikan dan/atau defisiensi nutrisi. berkembang na anak. Tidak ada hasil perkembangan yang khas
di antara anak-anak dengan gangguan asupan makanan yang
Pada bayi jika kekurangan nutrisi maka
akan menyebabkan masalah kesehatan bersifat menghindar/membatasi.
yang membahayakan bahkan Namun jika timbulnya selama 2 tahun pertama kehidupan,dapat
menyebabkan kematian. menyebabkan kekurangan gizi dan menyebabkan konsekuensi
perkembangan yang serius. Failure to thrive (FTT ) adalah istilah
Beberapa anak memanifestasikan
gangguan ini dengan menghindari atau
yang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan serius
membatasi makanan berdasarkan dan masalah gizi pada bayi. FTT dapat memiliki konsekuensi
karakteristik, seperti penampilan, warna, parah bagi perkembangan fisik dan psikologis anak.
rasa, bau atau suhu.
b. Causes and Treatment

Banyak faktor risiko yang saling memengaruhi bagaimana seorang anak


beradaptasi dengan tingkat asupan kalori tertentu dan pahami apakah anak
menujukkan perkembangan perilaku yang normal atau tidak. Kemiskinan,
disorganisasi keluarga, dan dukungan sosial yang terbatas, berkontribusi pada
kemungkinan malnutrisi dan kegagalan pertumbuhan.

FTT dini dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik di masa anak-anak, tetapi tidak
ada bukti bahwa hal itu mempengaruhi fungsi kognitif di masa depan. Rejimen
pengobatan melibatkan penilaian rinci perilaku makan dan interaksi orangtua-
anak seperti tersenyum, berbicara, dan menenangkan, sementara orangtua
memungkinkan untuk berperan dalam pemulihan bayi.
2. Pica

Pica adalah konsumsi zat-zat yang tidak bisa dimakan, seperti rambut, serpihan cat,
serangga, itu dapat mempengaruhi anak-anak yang sangat muda dan mereka yang memiliki
cacat intelektual. Gangguan ini adalah salah satu gangguan makan yang lebih umum dan
biasanya kurang serius ditemukan di antara anak-anak yang sangat muda, namun bayi atau
anak kecil yang makan zat yang tidak termakan dan tidak bergizi untuk jangka waktu 1
bulan atau lebih mungkin memiliki masalah yang lebih serius.

Dalam sebagian besar kasus yang dilaporkan, gangguan dimulai selama masa bayi dan
berlangsung selama beberapa bulan, di mana saat itu ia sembuh sendiri atau bersama
dengan stimulasi bayi tambahan dan peningkatan kondisi lingkungan. Pica dapat menjadi
lebih serius dan mengancam jiwa jika terus berlanjut hingga remaja.
a. Prevalence and Development

Diantara anak-anak dan orang dewasa dengan cacat intelektual, prevalensi pica berkisar dari 0,3%
hingga 14,4% di masyarakat dan dari 9% higga 25% di lembaga. Tingkat keparahan sering dikaitkan
dengan tingkat kekurangan lingkungan dan cacat intelektual pada individu yang menderita bentuk pica
yang lebih ekstrim

b. Cause and Treatment

Secara historis pica kadang-kadang didorong oleh mode dan tekanan sosial yang mirip dengan yang
memengaruhi citra dan penampilan tubuh saat ini. Pica dapat muncul selama tahun-tahun pertama dan
kedua kehidupan, bahkan di antara bayi dan balita yang biasanya berkembang. Satu-satunya
karakteristik yang membedakan anak-anak ini adalah bahwa mereka biasanya memiliki stimulasi yang
buruk di lingkungan rumah mereka dan mungkin diawasi dengan buruk.

Karena terbatasnya jumlah studi pengobatan, tidak ada kesimpulan yang dapat ditarik tentang
keberhasilan relatif dari setiap pengobatan untuk pica. Sebagian besar intervensi klinis untuk pica
menekankan prosedur pengondisian operan, di mana pengasuh diperhatikan bagaimana memperkuat
anak untuk perilaku yang diinginkan seperti menjelajahi ruangan atau bermain dengan benda-benda.
Eating Disorder of Adolescence
Faktor risiko awal dan menengah, seperti masalah makan, pola makan, dan citra tubuh negatif, berbeturan dengan
tatangan yang sedang berlangsung yang dihadapi remaja. Bentrokan ini menyebabkan beberapa remaja, terutama
anak perempuan untuk melakukan kontrol berlebihan atas makan mereka dalam upaya yang salah arah untuk
mengelola stres dan perubahan fisik.

Anorexia nervosa mendapat perhatian medis pada tahun 1873. Sekitar tahun yang sama psikiater Charles
menggambarkan anorexia dari sudut pandang sosial dan psikologis. Penyakit ini paling lazim di kelas sosial terkaya.
Konflik orang tua dan anak-anak dapat medorong beberapa gadis remaja untuk menolak makanan sebagai ungkapan
perasaan penolakan mereka. Referensi untuk gangguan yang sekarang disebut “bulimia” berasal dari deskripsi abad
ke-6. Nafsu makan yang hangat dianggap sebagai ekspresi sembrono dari seksualitas dan kurangnya pengendalian
diri.

Perempuan diharapkan secara pasif tidak tertarik pada seks dan makanan. Dengan demikian menjadi diinginkan
secara moral, spiritual, dan sosial bagi wanita untuk menolak makanan, sebagai tanggapan terhadap perubahan
norma budaya untuk penampilan dan perilaku wanita.

Sejak 1930-an sikap dan kepercayaan tentang ukuran dan penampilan tubuh ideal wanita telah dibentuk oleh
pengiklan, desainer pakaian, dan kekuatan serupa, menghasilkan preferensi budaya yang berlaku untuk kelangsingan.
1. Anoreksia Nervosa

Anoreksia adalah gangguan makan yang parah dengan konsekuensi kesehatan


fisik dan mental yang serius jika tidak ditangani. Salah satu fitur yang paling
menonjol dari psikopatologi penyakit ini adalah orang yang mengalaminya
menyangkal bahwa mereka terlalu kurus atau mereka memiliki masalah berat
badan. Orang dengan gangguan ini jarang menderita kehilangan nafsu makan.
Penurunan berat badan dilakukan dengan sengaja melalui diet yang sangat
terbatas, pemberisihan, dan atau olahraga. Individu dengan anorexia sangat takut
akan obesitas dan mengejar kelangsingan tanpa henti.

DSM-5 menetapkan dua subtipe anorexia berdasarkan metode yang digunakan


untuk membatasi asupan kalori. Pada tipe pembatasan, individu berusaha
menurunkan berat badan terutama melalui diet, puasa, atau olahraga berlebihan
dan dalam tipe binge eating/purging, individu tersebut terlibat dalam episode-
episode pesta makan atau pembersihan atau keduanya.
2. Bulimia Nervosa

Dari dua bentuk utama kelainan makan yang mempengaruhi remaja dan dewasa muda, bulimia
nervosa jauh lebih umum daripada anoreksia. Kriteria diagnostik DSM-5 mencatat bahwa ciri utama
bulimia adalah makan berlebihan. Karena kebanyakan dari kita makan terlalu banyak makanan pada
waktu-waktu tertentu. Sedangkan untuk binge, Seperti yang tercantum dalam kriteria, binge adalah
episode makan berlebihan yang harus melibatkan sejumlah besar makanan yang obyektif (lebih dari
kebanyakan orang akan makan di bawah keadaan), dan kurangnya kontrol atas apa atau berapa
banyak makanan yang dimakan.

Tidak ada jumlah makanan tertentu yang merupakan pesta makan — konteks perilaku yang juga
harus dipertimbangkan. Makan berlebihan di perayaan atau hari libur, misalnya, tidak dianggap
makan berlebihan.Jumlah makanan yang mereka anggap sebagai binge sangat bervariasi, rata-rata,
ketika pesta berkisar dari 1.000 hingga 4.500 kalori.
Biasanya, pesta makan mengikuti perubahan suasana hati atau stres antarpribadi, tetapi juga mungkin
terkait dengan rasa lapar yang kuat dari diet atau perasaan tentang penampilan pribadi atau bentuk tubuh.
Meskipun perasaan ini mungkin menghilang untuk sementara waktu, suasana hati yang tertekan dan
selfcriticism biasanya kembali. Bagian penting kedua dari kriteria diagnostik melibatkan upaya individu
untuk mengkompensasi suatu pesta.

Compensatory behaviors / Perilaku kompensasi dimaksudkan untuk mencegah kenaikan berat badan
setelah episode pesta, dan termasuk muntah, puasa, olahraga yang diinduksi sendiri, dan penyalahgunaan
diuretik, pencahar, enema, atau pil diet.

Sejauh ini teknik kompensasi yang paling umum setelah episode pesta makan adalah diinduksi muntah -
merangsang refleks muntah dengan jari atau instrumen lain. Muntah menghasilkan bantuan segera dari
ketidaknyamanan fisik dan mengurangi rasa takut bertambah berat badan.Penderita bulima nervosa
mengekspresikan pemikiran absolutnya, menghubungkan kesengsaraannya dengan satu hal dan hanya satu
hal:

“Saya merasa tubuh saya menghalangi saya untuk berhasil di sekolah, dan mendapatkan kencan.”

Keyakinan ini terkait dengan kriteria DSM-5, yang menekankan pentingnya bentuk tubuh dan berat untuk
evaluasi diri.
3. Binge Eating Disorder

Binge eating disorder (BED) telah menjadi Mendiagnosis gangguan makan sangat sulit di
semakin luas selama usia ini makanan cepat saji kalangan remaja, yang masih matang secara fisik,
dan obesitas. Meskipun mirip dengan pesta kognitif, dan emosional. Akibatnya, kriteria untuk
makan yang ditemukan di bulimia, BED tidak gangguan makan mungkin tidak terpenuhi
termasuk perilaku kompensasi. Ini melibatkan sepenuhnya.
periode makan lebih banyak daripada orang lain, Untuk mengakomodasi perbedaan ini, DSM-5
disertai dengan perasaan kehilangan kontrol. memasukkan kategori makanan lain yang
Ditentukan atau gangguan makan dan gangguan
Kekhawatiran yang meningkat tentang BED makan atau makanan yang tidak ditentukan
dibenarkan tidak hanya oleh tingkat obesitas lainnya lainnya.
yang lebih tinggi dan upaya penurunan berat Kategori-kategori gangguan makan ini digunakan
badan, tetapi juga oleh korelasi kesehatan untuk individu-individu yang dianggap memiliki
mental negatif. gangguan makan yang signifikan secara klinis
tetapi yang tidak memenuhi kriteria penuh untuk
Anak muda dengan skor BED lebih rendah pada anoreksia, bulimia, atau BED (kadang-kadang
kepuasan tubuh dan harga diri, skor lebih tinggi disebut subthreshold). Kategori "lainnya" ini
pada suasana hati depresi, dan lebih cenderung kurang ketat, dan karena itu kadang-kadang lebih
melaporkan bahwa berat badan dan bentuk cocok untuk remaja.
tubuh sangat penting bagi perasaan mereka
secara keseluruhan tentang diri mereka sendiri.
a. Prevalence and development

Meskipun BED lebih umum pada usia dewasa muda, BED mempengaruhi sekitar 1,5% hingga 3%
remaja. Membedakan antara gangguan makan utama pada remaja dan dewasa muda bisa sulit
karena anoreksia, bulimia, dan BED memiliki banyak fitur. Remaja dengan anoreksia atau bulimia
telah merusak citra tubuh dan perasaan gugup setelah makan.

Mereka yang menderita bulimia dan BED sering makan makanan terlarang dan kemudian
membersihkan untuk mengendalikan berat badan mereka (bulimia) atau merasa tertekan atau
kesal tetapi tidak membersihkan (BED) .

Gangguan makan dapat tumpang tindih dengan gangguan mental lainnya, seperti depresi dan
skizofrenia, mengaburkan beberapa fitur dan mengarah pada kesalahan diagnosis. Namun,
dalam hal keyakinan kognitif dan citra diri, hanya pasien dengan anoreksia yang menunjukkan
dorongan kuat untuk menjadi kurus dan gangguan dalam persepsi mereka terhadap citra tubuh.
Eating Disorders Among Young Men
Cita-cita tubuh pria yang semakin berotot mungkin berkontribusi pada ketidakpuasan
tubuh, gangguan makan, dan perilaku pengendalian berat badan atau pembentukan tubuh
yang berbahaya. Pria muda dengan kelainan makan menunjukkan beberapa fitur klinis
yang sama dengan wanita muda dengan kelainan makan.

Namun, pria muda kurang menunjukkan keasyikan dengan makanan atau dorongan untuk
menjadi kurus; melainkan, mereka ingin menjadi lebih berotot daripada yang sebenarnya
dan lebih berotot daripada rata-rata tubuh laki-laki.

Selain itu, laki-laki dan laki-laki muda lebih cenderung terlibat dalam olahraga berlebihan
dan makan berlebihan, sedangkan perempuan muda dan perempuan lebih cenderung
terlibat dalam perilaku membersihkan, untuk melaporkan kehilangan kontrol saat makan,
dan mencoba untuk mengurangi asupan kalori mereka.

Dalam sebuah studi prospektif lebih dari 3.000 remaja, gejala bulimia di kalangan anak
perempuan meningkat pada pertengahan remaja (usia 14 hingga 16) dan kemudian
menurun perlahan, sedangkan untuk anak laki-laki mereka menurun pada pertengahan
remaja dan kemudian mulai meningkat pada awal usia 20-an mereka.
Perbedaan dalam perkembangan dan perjalanan gangguan makan untuk anak
perempuan dan laki-laki ini mungkin sebagian disebabkan oleh dominasi laki-laki
muda yang semakin tertarik dengan otot-otot dan ketipisan, yang dimulai sedikit
lebih lambat daripada minat anak perempuan terhadap cita-cita feminin.

Bukti yang muncul menunjukkan bahwa minat pria dalam pengembangan otot
dan ketipisan terkait dengan suasana hati yang depresi, mirip dengan temuan
untuk gadis-gadis muda dengan masalah awal makan awal. Gangguan makan telah
lama dianggap sebagai masalah yang mempengaruhi terutama wanita; oleh
karena itu, para remaja putra mungkin kurang terdiagnosis.
Ethnic, Cross-Cultural, and Socioeconomic Considerations

Anoreksia telah diamati di negara-negara Barat dan juga setiap wilayah non-Barat di dunia,
menunjukkan bahwa anoreksia mungkin bukan sindrom “terikat budaya” seperti yang pernah diyakini.
Semakin jelas bahwa gangguan makan tidak selalu bermanifestasi dengan cara yang sama dalam budaya
yang berbeda.

Di Hong Kong, misalnya, penelitian menunjukkan bahwa anoreksia dapat dibagi menjadi subtipe lemak-
fobia dan non-lemak-fobia dan bahwa kuesioner yang digunakan di negara-negara Barat untuk menilai
gangguan makan mungkin tidak cukup sensitif untuk mendeteksi subtipe nonfatofobik China.

Namun, bukti lintas-budaya untuk bulimia dan BED di luar konteks Barat menceritakan kisah yang
berbeda. Ulasan Keel dan Klump (2003) tentang kultur dan gangguan makan tidak menemukan
penelitian yang melaporkan keberadaan bulimia pada individu yang belum terpapar cita-cita Barat.

Data epidemiologis untuk bulimia di negara-negara non-Barat menunjukkan bahwa bulimia memiliki
prevalensi yang lebih rendah daripada anoreksia di negara-negara ini, dan bahkan ketika ditemukan di
negara-negara non-Barat, itu tidak ditemukan tanpa adanya pengaruh Barat.

Sebuah meta-analisis yang meneliti peran etnis dan budaya dalam pengembangan gangguan makan
hanya menemukan sedikit perbedaan antar kelompok etnis untuk bulimia. Temuan ini tampaknya
menunjukkan bahwa bulimia adalah sindrom yang terikat budaya, muncul terutama di wilayah Barat di
Status sosial ekonomi (SES) telah lama dianggap sebagai faktor risiko gangguan makan di kalangan
orang dewasa, dengan wanita dengan SES yang lebih tinggi lebih cenderung melakukan diet dan
memiliki berat badan lebih rendah.Wanita Afrika-Amerika dari latar belakang SES yang lebih tinggi
melaporkan tingkat ketidakpuasan tubuh yang serupa dengan wanita kulit putih Amerika,
menunjukkan bahwa ketidakpuasan tubuh lebih terkait dengan SES daripada dengan etnis.

Tetapi kekayaan itu sendiri tidak secara otomatis menyebabkan peningkatan prevalensi gangguan
makan. Setelah tingkat kemakmuran tertentu telah dicapai dalam masyarakat tertentu, hubungan SES
tinggi dengan gangguan makan mungkin tidak ada lagi, karena globalisasi batas antara kelas sosial
ekonomi di zaman modern.

Bukti lintas-budaya untuk gangguan makan semakin rumit oleh apa yang beberapa peneliti lihat
sebagai kegagalan sistem diagnostik untuk secara memadai menangkap gangguan makan yang dialami
oleh anggota kelompok etnis dan budaya yang berbeda. Ini mungkin memiliki efek buruk bagi orang-
orang ini, yang mungkin menderita kelainan makan dan tidak menerima perawatan yang tepat.
Developmental Course

Anoreksia biasanya muncul selama masa remaja, antara usia 14 dan 18, meskipun kadang-kadang
mempengaruhi wanita yang lebih tua, pria, dan anak-anak prapubertas. Ini sering dimulai secara diam-
diam, dengan diet yang secara bertahap mengarah pada kelaparan yang mengancam jiwa. Kadang-
kadang timbulnya pola makan dan kelaparan ini terkait dengan peristiwa-peristiwa yang membuat
stres, seperti diejek soal berat badan, timbulnya menstruasi, transisi sekolah, dan sebagainya.

Meskipun gejala anoreksia cukup spesifik dan terdefinisi dengan baik, perjalanan dan hasil
perkembangannya sangat bervariasi. Temuan rata-rata di 119 penelitian orang dengan anoreksia
menunjukkan bahwa tingkat kematian adalah signifikan (5%); dari para penyintas, kurang dari
setengahnya menunjukkan pemulihan penuh, sepertiga menunjukkan perbaikan yang adil, dan
seperlima melanjutkan perjalanan yang kronis.

Tidak semua wanita atau remaja mengalami gangguan makan. Dengan demikian, menjelaskan proses
degeneratif bertahap mengembangkan gangguan makan membutuhkan pengakuan kontribusi dari
ketiga domain etiologi utama - biologis, sosiokultural (termasuk keluarga dan teman sebaya), dan
psikologis - yang dapat beroperasi secara tunggal atau kombinasi untuk mengganggu pengaturan diri
pada setiap individu tertentu.
Biological Dimension
Faktor neurobiologis hanya memainkan peran kecil dalam memicu anoreksia dan
bulimia. Namun, faktor-faktor ini dapat berkontribusi pemeliharaan gangguan
karena efeknyapada nafsu makan, suasana hati, persepsi, dan regulasi energi(Lock &
Le Grange, 2006).

Penelitian telah menemukan bahwa kerabat pasien dengan anoreksia atau bulimia, terutama
kerabat wanita, 4 sampai 5 kali lebih mungkin daripada orang dalam populasi umum untuk
mengembangkan gangguan makan. Jika kelainan makan dihubungkan dengan faktor genetik,
apa sebenarnya yang diwariskan?
Genetic Beberapa orang mungkin memiliki kerentanan biologis yang berinteraksi dengan faktor sosial
& dan psikologis untuk meningkatkan peluang mereka mengembangkan gangguan makan
Constitutional (Trace et al., 2013).Misalnya, sifat-sifat kepribadian yang diwariskan, seperti ketidakstabilan
emosional dan kontrol diri yang buruk, akan membuat seseorang cenderung menjadi reaktif
Factor secara emosional terhadap stres, yang, pada gilirannya, dapat menyebabkan makan impulsif
dalam upaya untuk meredakan perasaan yang terkait dengan stres
(Thompson). - Brenner et al., 2008).
Neurobiological Dimension

Karena serotonin mengatur rasa lapar dan nafsu makan, penelitian memfokuskan pada
neurotransmitter ini sebagai kemungkinan penyebab anoreksia, bulimia, dan BED (Calati et
al., 2011). Pada dasarnya, kehadiran serotonin mengarah pada perasaan kenyang dan
keinginan untuk mengurangi asupan makanan, sehingga penurunan serotonin menyebabkan
rasa lapar yang terus-menerus dan konsumsi makanan yang lebih besar pada suatu waktu
kondisi sempurna untuk pesta makan malam.

Penjelasan ini berasal dari interaksi gen-lingkungan: anak-anak dengan faktor risiko genetik
dalam gen transporter serotonin lebih rentan terhadap kontrol orangtua yang tinggi, yang
pada gilirannya mengganggu kemampuan anak untuk mengatur stres; pada masa remaja,
peristiwa kehidupan dapat lebih mudah memicu timbulnya anoreksia (Karwautz et al., 2011).
Social Dimension
Fitur-fitur budaya Barat kontemporer dapat
dianggap sebagai prasyarat untuk gangguan Para peneliti memeriksa orthorexia — istilah
makan. Kebebasan pribadi, penekanan pada nondiagnostik yang berarti “fiksasi pada
kepuasan instan, ketersediaan makanan kapan makan yang benar.” Berbeda dengan
gangguan makan remaja, orang-orang
saja malam atau siang hari, kurangnya dengan ortorexia terobsesi dengan kualitas
pengawasan, dan ideal budaya diet dan olahraga makanan daripada kuantitas dan kurang
untuk menurunkan berat badan menambah tertarik pada ketipisan dan pembatasan
pengaruh yang kuat (Attie & Brooks-Gunn, berat badan.
1995). Orthorexia mungkin dimulai sebagai upaya
tidak bersalah untuk makan lebih banyak
makanan sehat (yang kita semua coba
Faktor-faktor ini berkontribusi pada dorongan
lakukan), yang dapat berubah menjadi obsesi
untuk menjadi kurus dan penekanan pada citra tentang makanan sehat dan diet untuk
tubuh dan penampilan sebagai kunci minoritas kecil.
keberhasilan. Seperti disebutkan sebelumnya, Karena upaya intens untuk mempertahankan
bulimia, tetapi bukan anoreksia, terkait terutama gaya makan sehat yang kaku, sindrom ini
mungkin merupakan bentuk gangguan
dengan budaya Barat. Pemeriksaan sejarah dan
obsesif-kompulsif yang ironisnya seseorang
budaya lain mengungkapkan contoh perilaku menjadi sangat ketat sehingga kesehatan
anoreksia untuk penampilan fisik atau masalah menderita (Brytek-Matera, 2012).
kontrol; namun, ini bukan kasus bulimia.
Sociocultural Factors
Telah diketahui secara umum bahwa bagi sebagian besar wanita kulit putih muda di masyarakat
kelas menengah dan atas, harga diri, kebahagiaan, dan kesuksesan ditentukan terutama oleh
penampilan fisik, dan sebagian besar gangguan makan mewakili upaya untuk merasa baik
sehubungan dengan penampilan pribadi dan kontrol diri.

Pada kenyataannya, ukuran tubuh itu sendiri memiliki sedikit atau tidak ada korelasi jangka
panjang dengan kebahagiaan dan kesuksesan pribadi, konsep diri dan self-efficacy seseorang lebih
penting.

Namun, bentrokan mungkin terjadi antara budaya kita dan batasan fisiologis kita, karena rata-rata
wanita Amerika Utara saat ini yang berusia antara 17 dan 24 lebih berat 5 hingga 6 pound
daripada rata-rata wanita yang sama satu generasi yang lalu, dan wanita saat ini tidak puas
dengan citra tubuhnya (Andreyeva, Puhl, & Brownell, 2008).

Pengejaran cita-cita kurus begitu meresap sehingga gadis-gadis dewasa ini menganggap
penurunan berat badan dan kurus lebih penting daripada masalah seksual, penyalahgunaan
alkohol dan narkoba, kesehatan mental, penyakit, dan masalah lingkungan. pengaruh media massa
pada ketidakpuasan tubuh pada anak-anak, pengaruh sosiokultural seperti media dan teman
sebaya adalah kontributor potensial untuk citra tubuh anak-anak.
Family Influences
Sejak awal, para peneliti dan dokter telah menempatkan peran penting pada keluarga, dan khususnya psikopatologi
orang tua, dalam mempertimbangkan penyebab gangguan makan. Mereka berpendapat bahwa aliansi, konflik, atau
pola interaksi dalam keluarga dapat memainkan peran kausal dalam pengembangan gangguan makan di antara
beberapa individu (Minuchin, Rosman, & Baker, 1978).

Karenanya, kelainan makan remaja mungkin fungsional karena mengarahkan perhatian dari konflik mendasar dalam
keluarga ke masalah remaja (yang lebih simptomatik). Bukti telah mengkonfirmasi bahwa keluarga dengan anggota
yang memiliki kelainan makan melaporkan fungsi keluarga yang lebih buruk daripada keluarga kontrol, meskipun pola
khas disfungsi keluarga tidak jelas (Holtom-Viesel & Allan, 2014).

Karena pentingnya lingkungan keluarga dalam membentuk nilai-nilai remaja muda, dapat dipahami bahwa proses
keluarga dapat berkontribusi pada penekanan yang berlebihan pada berat badan dan kontrol makanan. Sebagai contoh,
seorang ibu yang kritis terhadap berat putrinya, atau yang sering melakukan diet sendiri dan mendorong putrinya
untuk diet, mungkin secara tidak sengaja menjadi ko-konspirator dalam pengembangan gangguan makan (Eisenberg et
al., 2012).

Demikian pula, orang tua yang minum banyak atau menyalahgunakan narkoba, atau yang sering absen, tidak tertarik,
menuntut, atau kritis, dapat meletakkan dasar bagi munculnya bulimia dan gangguan lain pada anak-anak mereka.
Orang-orang muda yang pulih dari gangguan makan juga mungkin menghadapi pengawasan dan kritik oleh anggota
keluarga lainnya, yang dapat menyebabkan lebih sedikit kesempatan untuk pulih

Faktor keluarga harus dipertimbangkan bersama dengan faktor individu dan sosiokultural untuk menjelaskan mengapa
fitur khusus gangguan makan muncul di beberapa keluarga dengan dinamika seperti itu, tetapi tidak pada yang lain.
Psychological Dimension
Memahami peran proses psikologis dalam ekspresi gangguan makan
membutuhkan mengingat kekuatan sosial dan budaya yang kuat yang dicatat
sebelumnya. Tekanan eksternal untuk terlihat kurus dan mengendalikan berat
badan dan penampilan seseorang berinteraksi dengan karakteristik psikologis
tertentu untuk meningkatkan risiko gangguan makan, terutama selama transisi
perkembangan yang penting. Ini adalah proses interaktif yang kompleks yang
tertanam dalam berbagai lapisan faktor biologis, keluarga, kepribadian, dan
lingkungan.

Arthur Crisp, pelopor lain dalam pemahaman dan pengobatan gangguan makan,
menganggap anoreksia sebagai jenis gangguan penghindaran fobia, di mana objek
fobinya adalah berat dan bentuk tubuh orang dewasa normal. Dia
menggambarkan fobia atau ketakutan ini secara metaforis sebagai pelarian dari
pertumbuhan (Crisp, 1997). Seorang wanita muda mungkin mulai menganggap
dirinya gemuk ketika dia mencapai pubertas dan mulai berubah menjadi ukuran
yang lebih dewasa dan berat, sebagai akibat dari pengaruh keluarga dan budaya.
Remaja dengan anoreksia digambarkan secara klinis sebagai obsesif dan kaku,
menunjukkan pengekangan emosi, lebih suka yang akrab, memiliki kebutuhan
tinggi untuk persetujuan, dan menunjukkan kemampuan beradaptasi yang buruk
untuk berubah (Arcelus et al., 2013; Thompson-Brenner et al., 2008) .

Fitur kepribadian ini membuat orang rentan terhadap peristiwa perkembangan,


seperti pubertas, yang mengganggu perasaan diri mereka. Remaja dengan bulimia
menunjukkan karakteristik kepribadian yang agak berbeda, yang melibatkan
perubahan suasana hati, kontrol impuls yang buruk, konflik, dan perilaku obsesif-
kompulsif (Arcelus et al., 2013; Krug et al., 2011).

Kebutuhan psikologis yang kuat mungkin merupakan akar dari kelainan makan,
karena kelainan itu sendiri adalah cara untuk mengatasi perasaan yang kuat
sehingga orang tersebut tidak tahu bagaimana mengekspresikan atau
menyelesaikannya
a. Treatment

Intervensi psikologis untuk gangguan makan sering mencakup beberapa bentuk psikoterapi berbasis
individu dan / atau keluarga, kadang-kadang disertai dengan intervensi medis. Sementara dasar bukti
untuk efektivitas segala bentuk intervensi masih sederhana, ada peningkatan dukungan untuk
intervensi berbasis keluarga untuk remaja dengan anoreksia (Galsworthy-Francis & Allan, 2014;
Watson & Bulik, 2013). Manfaat perawatan psikologis untuk bulimia, terutama terapi kognitif-perilaku
(CBT), bahkan lebih menggembirakan (Hay, 2013; Wilson, Grilo, & Vitousek, 2007).

Salah satu dari banyak tantangan yang tersisa dalam pemberian pengobatan berbasis masyarakat
adalah bahwa pasien sering mencari (dan menerima) pengobatan untuk penurunan berat badan dan
menyamarkan gejala gangguan makan mereka, sehingga tidak menerima penilaian dan pengobatan
kesehatan mental yang tepat (Hart et al., 2011).

Sebagian besar remaja dengan anoreksia, bulimia, dan gangguan makan terkait dapat diobati secara
rawat jalan. Rawat inap biasanya diperlukan hanya untuk sebagian kecil remaja dengan anoreksia yang
memiliki komplikasi serius karena diagnosis komorbiditas atau yang berisiko fisik dan / atau kejiwaan
tinggi. Perawatan rawat inap biasanya singkat, selama konseling psikologis dan psikoterapi rawat jalan
tersedia (Gowers & Bryant-Waugh, 2004).

Namun, karena ada tekanan besar untuk perawatan psikologis untuk menunjukkan efektivitas dalam
periode yang lebih singkat dan singkat, kekhawatiran yang berkembang adalah bahwa pasien risiko
tinggi dilepaskan terlalu cepat, sebelum mereka mencapai berat badan normal mereka, terutama
Pharmacological
Perawatan farmakologis mendapatkan pengakuan untuk bantuan dalam pengelolaan gangguan makan,
meskipun mereka tidak dianggap sebagai pengobatan awal pilihan (Gowers & Bryant-Waugh, 2004). Karena
hubungan yang kuat antara anoreksia dan bulimia dan gangguan afektif, selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRIs) seperti fluoxetine (Prozac) telah menjadi obat yang paling banyak dipelajari dan digunakan
untuk mengobati gangguan makan, dan mereka adalah satu-satunya pengobatan yang disetujui oleh Food
and Drug Administration (Chavez) AS. & Insel, 2007).

Manfaat penurunan berat badan SSRI ditemukan secara kebetulan selama uji klinis kemampuan mereka
untuk mengatur suasana hati. Sama seperti pesta makan meningkatkan suasana hati pada beberapa individu
dengan meningkatkan kadar karbohidrat (Haedt-Matt & Keel, 2011), rasa kesejahteraan dapat dicapai secara
artifisial dengan mengatur kadar serotonin.

Sampai saat ini, bagaimanapun, tidak ada obat yang terbukti bermanfaat atau efektif untuk mengobati gejala
anoreksia di kalangan remaja, dan tidak ada yang secara konsisten meningkatkan pemeliharaan berat badan
jangka panjang, mengubah citra diri yang terdistorsi, atau mencegah kekambuhan (Lock & Le Grange, 2006).

Sebaliknya, ada konsensus bahwa antidepresan memiliki peran yang berguna dalam pengobatan bulimia,
tetapi mungkin bukan sebagai pengobatan awal pilihan. Orang dengan bulimia dapat merespons
antidepresan dan SSRI, asalkan mereka dilanjutkan selama 6 bulan atau lebih dan disertai dengan perawatan
psikososial dengan efektivitas terbukti
Kehadiran kedua masalah emosional dan fisiologis dalam gangguan makan membutuhkan rencana
perawatan yang komprehensif, yang idealnya terdiri dari tim perawatan yang terdiri dari internis, ahli
gizi, psikoterapis, dan psikofarmakologis. Setelah gangguan makan telah didiagnosis dan penyakit lainnya
telah dikesampingkan secara medis, dokter menentukan apakah individu dapat dirawat sebagai pasien
rawat jalan. Keterlibatan keluarga kemudian mungkin diperlukan, untuk membantu anggota keluarga
dalam mengelola ketakutan dan kekhawatiran mereka, serta untuk meminta kerjasama mereka.

Untuk pasien yang lebih muda, keterlibatan keluarga sering kali diperlukan dan praktis, karena orang tua
bertanggung jawab atas kesejahteraan anak mereka dan dapat menawarkan arahan dan bimbingan
penting yang meningkatkan keberhasilan pengobatan

Etiologi dan perjalanan anoreksia menghasilkan gangguan yang kurang responsif terhadap pengobatan
dibandingkan bulimia; namun demikian, terobosan pasti sedang dibuat. Tahap awal perawatan harus
melibatkan pemulihan berat badan dan pemantauan komplikasi medis yang mungkin timbul.

Namun, mengembalikan berat badan pasien mungkin merupakan bagian yang lebih mudah dari proses
tersebut. Banyak pasien yang mendapatkan kembali berat badan pada awalnya (terutama jika dirawat di
rumah sakit), tetapi pola penurunan berat badan dan kepercayaan yang menyimpang kembali kecuali
faktor keluarga dan individu yang awalnya mengarah pada penekanan berlebihan pada kontrol makan.
Psychosocial
Terapi keluarga tidak selalu berarti bahwa semua anggota keluarga terlihat pada
waktu yang sama (mis., Terapi keluarga bersama); dalam beberapa kasus, melihat
anggota keluarga secara terpisah adalah pendekatan terbaik. Misalnya, alih-alih
menantang pola interaksi negatif anggota keluarga, seperti penghindaran konflik dan
aliansi (mirip dengan karya awal Minuchin et al., 1978), terapis mendorong orang
tua untuk memobilisasi sumber daya keluarga untuk mengendalikan pola makan
remaja mereka, meningkatkan moral orang tua, dan melibatkan semua anggota
dalam terapi lebih lanjut. Berfokus pada sifat penyakit dan perawatannya membantu
menghindari kritik lebih lanjut terhadap anak dan menyalahkan anggota keluarga.

Bekerja dengan orang tua secara terpisah dari anak perempuan remaja mereka
(yang, tentu saja, membuatnya tidak mungkin untuk menantang pola interaksi dan
aliansi) telah seefektif metode konjoin, dan itu bahkan lebih bermanfaat bagi
keluarga dengan tingkat kritik dan permusuhan yang tinggi (Kunci et al., 2010;
Retzlaff et al., 2013).
Tujuan CBT adalah untuk memodifikasi kognisi abnormal pada pentingnya bentuk tubuh dan berat badan
dan untuk menggantikan upaya menahan dan membersihkan makanan dengan pola makan dan aktivitas
yang lebih normal (Poulsen et al., 2014; Touyz et al., 2008). CBT untuk pengobatan bulimia mencakup
beberapa komponen. Pasien pertama kali diajarkan untuk memonitor diri sendiri asupan makanan dan
episode pesta dan pembersihan, serta setiap pikiran dan perasaan yang memicu episode ini.

Ini dikombinasikan dengan penimbangan reguler; rekomendasi khusus tentang cara mencapai tujuan
yang diinginkan, seperti pengenalan makanan yang dihindari dan perencanaan makan, dirancang untuk
menormalkan perilaku makan dan mengekang pembatasan diet; restrukturisasi kognitif ditujukan untuk
kesalahan penalaran kebiasaan dan asumsi mendasar yang relevan dengan pengembangan dan
pemeliharaan gangguan Makan; dan tinjauan berkala serta revisi prosedur ini untuk mencegah
kekambuhan.

Beberapa bukti menunjukkan bahwa pendekatan psikoterapi selain CBT standar juga efektif untuk
mengobati gangguan makan. Salah satu pendekatan yang disukai adalah menawarkan terapi interpersonal
yang membahas masalah situasional dan pribadi yang berkontribusi pada pengembangan dan
pemeliharaan gangguan (McIntosh et al., 2011).

You might also like