You are on page 1of 18

OBAT OBAT YANG BEKERJA PADA

SISTEM SARAF OTONOM

OLEH :

KELOMPOK 7
Susunan saraf pusat
(otak dan sumsum tulang
belakang)
Susunan saraf
motorik
(otot – otot lurik)
Susunan
saraf
Susunan saraf perifer
simpatis
(adrenergik)
Susunan saraf
otonom
(otot- -otot polos, Susunan
jantung dan saraf
kelenjar) parasimpatis
(kolinergik)
simpul
saraf /
ganglia /
ganglion

SISTEM
SARAF
OTONOM
(SSO)

saraf
Susunan saraf otonom (SSO) bekerja menurut
aturannya sendiri (otonom / tidak kita sadari)

fungsi sso : mengatur secara otomatis keseimbangan


fisiologis organisme (misal : suhu badan, tekanan &
peredaran darah, pernafasan, dsb.)

Susunan saraf otonom tersebar luas di seluruh tubuh


(misalnya: lambung,pembuluh darah jantung, usus,
kelenjar keringat dsb.)
Pada umumnya kedua
susunan saraf ini bekerja
Saraf otonom dibagi
menjadi 2 yaitu
antagonis, bila salah satu
sistem menghambat
fungsi tertentu yang lain
justru menstimulasi
contoh : perangsangan
Saraf
saraf simpatis pada
Saraf simpatis
(adrenergik)
parasimpatis pembuluh darah arteri
(kolinergik)
akan menyebabkan
vasokontriksi, sedangkan
perangsangan saraf
parasimpatis akan
menyebabkan vasodilatasi
arteri
Kedua susunan saraf ini bekerja antagonis, bila salah satu sistem menghambat fungsi
tertentu yang lain justru menstimulasi

Efek stimulasi
organ Reseptor
S.simpatis S. parasimpatis
(adrenergik) (kolinergik)
Mata (pupil) α diperbesar diperkecil
Paru – paru (bronchia) β vasodilatasi vasokontriksi
Jantung β daya kontraksi diperkuat, Diperlemah
denyutan dipercepat
Arteriola αβ vasokonstriksi -
Vena α Vasokontriksi Vasodilatasi, diperlambat
Lambung, usus αβ dikurangi relaksasi -
(peristaltik & sekresi)
Kandung kemih dan α Relaksasi Diperbesar,kontriksi,
empedu, rahim berubah-ubah
Rahim yg mengandung β Vasokonstriksi -
Kulit, otot-otot α Vasokonstriksi -
Obat-obat otonom

• obat – obat yang dapat mempengarui penerusan impuls


dalam SSO dengan jalan mengganggu sintesa,
penimbunan, pembebasan, dan penguraian
neurotransmiter atau mempengaruhi kerja
neurotransmitter terhadap reseptor khusus. Akibatnya
adalah dipengaruhinya fungsi organ (otot polos, jantung,
dan kelenjar)
Penggolongan obat otonom menurut khasiat

zat – zat yang Zat – zat yang


bekerja terhadap bekerja terhadp
saraf simpatis saraf parasimpatis

Simpatomimetika Parasimpatomimetika
(adrenergika) bekerja (kolinergika) bekerja
merangsang (meniru efek) merangsang organ yg dilayani
organ yg dilayani saraf saraf parasimpatis & meniru
simpatis,misalnya : efek perangsangan oleh
noradrenalin, asetilkolin. Contoh: pilokarpin,
efedrin,isoprenalin, amfetamin fisostigmin.

Parasimpatolitika
Simpatolitika (adrenolitika) (antikolinergika) bekerja
bekerja menekan saraf melawan efek
simpatis atau melawan efek parasimpatomimetika,contoh :
adrenergika, contoh : alkaloid beladonna
propranolol (hyoscyamin, atropin,
skopolamin).
Adrenergika (simpatomimetika)
“fight, fright, flight”

Adrenergika dibagi dua kelompok menurut titik kerjanya, yaitu reseptor


alfa (α)dan reseptor beta(β). perbedaan kedua reseptor didasarkan pada
kepekaan terhadap adrenalin, noradrenalin (NA) and isoprenalin /
isoproterenol.

Reseptor α lebih peka terhadap NA (adrenalin ≥ NA > isoprenalin).

Reseptor β lebih peka terhadap isoprenalin (isoprenalin > NA ≥ adrenalin)


Berdasarkan efek fisiologinya, reseptor α & β dibagi menjadi sub tipe : alfa-1 & alfa-2 ; beta-1 &
beta-2.
Stimulasi/aktivasi masing-masing reseptor menghasilkan efek, sbb :

alfa-1 : menimbulkan vasokontriksi otot polos (kecuali otot polos usus :


vasodilatasi) dan menstimulasi sel-sel kelenjar (meningkatkan sekresi liur
dan keringat).

Alfa-2 : menghambat pelepasan NA pada saraf – saraf adrenergik


dengan turunnya tekanan darah, mungkin juga pelepasan Ach pada
saraf kolinergis pada usus terhambat sehingga turunnya periltastik

Beta-1 : memperkuat daya dan kontraksi otot jantung (efek inotrop dan
kronotrop)

Beta-2 : bronchodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.


Penggolongan adrenergik
Adrenergika dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

Zat-zat yang bekerja tidak langsung,


Zat-zat yang bekerja langsung pada yaitu dengan cara merangsang
reseptor organ tujuan (adrenalin, NA, pengeluaran NA dari tempat
isoprenalin), efedrin dan dopamin penyimpanannya (di ujung saraf
bekerja langsung & tak langsung. adrenergik/simpatik),contoh : efedrin,
amfetamin, guanetidin,dan reserpin.
Penggunaan adrenergika

Pada shock guna memperkuat


kerja jantung (beta-1) dan
melawan hipotensi (alfa-1),
contoh : adrenalin dan
noradrenalin(NA)

Pada asma untuk


Pada obesitas yaiu untuk
broncodilatasi (beta-2),
menekan nafsu makan,
contoh : salbutamol dan
contoh : fenfluramin dan
turunannya, adrenalin dan
mazindol
efedrin

Pada hipertensi ,
Sebagai midriatikum guna menurunkan ketahanan
melebarkan pupil (alfa), perifer & dinding pembuluh
contoh : fenilefrin dan dg memblok pelepasan NA
nafazolin (alfa-2) & alfa-1. contoh :
propranolol

Pada pilek guna menciutkan Sebagai vasodilator perifer


mukosa yang bengkak (alfa), (beta-2) di betis, contoh :
contoh : turunan imidazol, buflomedil pd penyakit
efedrin dan adrenalin claudicatio intermittens
Efek samping adrenergika

Pada dosis biasa, adrenergika menimbulkan efek samping pada


jantung dan SSP yaitu jantung berdebar,nyeri kepala, gelisah
dsb. Untuk itu perlu hati-hati jika diberikan pada penderita
yang mengindap infark jantung , hipertensi dan hipertirosis.

Tachyfylaxis, bila digunakan lama. Efek ini semacam resistensi


yang terjadi jika diberikan berulang pada waktu yang singkat.
Contoh : efedrin & adrenergik kerja tak langsung karena
habisnya cadangan NA.
Adrenolitika / simpatolitika
Dikelompokkan menjadi tiga :

1. Alfa blockers

2. Beta- blockers

3. Penghambat
neuron adrenergis
1. Alfa blockers
zat yang memblokir reseptor alfa yang banyak terdapat pada otot polos pembuluh (khususnya
pembuluh kulit & mukosa).
Efek utamanya adalah vasodilatasi perifer

Alfa blockers • contoh : fentolamin untuk hipertensi &


tidak selektif disfungsi ereksi.

Alfa-1 blockers • contoh : derv. Quinazolin (prazosin,


terazozin, tamsulosin) serta urapidil untuk
selektif hipertensi dan hiperplasia prostat.

Alfa-2 blockers • contoh : yohimbin (aprodisiaca).


selektif
2. Beta- blockers, banyak digunakan untuk antihipertensi, dibagi 2 kelompok
:

Beta-1 blockers selektif


yaitu melawan efek stimulasi
jantung oleh adrenalin & NA
(reseptor beta-1), contoh :
atenolol dan metoprolol

Beta blockers tidak selektif


juga berefek pada reseptor
beta-2 (menghambat
bronchodilatasi), contoh :
propranolol, alprenolol, dsb.
3. Penghambat neuron
adrenergis tidak
menghambat reseptor
adrenergis tapi
menghambat pelepasan
catecholamin pada
postganglioner dari saraf
adrenergis (s.simpatis),
contoh : guanetidin (untuk
terapi glaukoma tertentu).
Ada Pertanyaan ...
Silakan Angkat
Tangan

You might also like