You are on page 1of 60

BAHAN KULIAH

EVALUASI KEBIJAKAN
PUBLIK
OLEH :
DR. SUGITO M.Si

PROGRAM MAGISTER ILMU SOSIAL


FISIP UNTAN
LITERATUR EVALUASI KEBIJAKAN
PUBLIK
1. PUBLIC POLICY EVALUATION – Kenneth M.
Dolbeare
2. PLANNING USEFUL EVALUATION- Leonard Rutman
3. DISCOVERING WHETHER PROGRAM WORK : A
GUIDE TO STATISTICAL METHODS FOR
PROGRAM EVAUATION – Laura Irwin Langbein
4. EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK – Samodra Wibawa,
dkk.
5. PENELITIAN UNTUK MENGEVALUASI EFEKTIVITAS
PROGRAM KEMASYARAKATAN – Abdillah Hanafi,
dkk.
6. KEBIJAKAN PUBLIK : FORMULASI, IMPLEMENTASI
DAN EVALUASI – Riant Nugrho.
MATERI EVALUASI KEBIJAKAN
PUBLIK
• KONSEP EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
• TUJUAN EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
• FUNGSI EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
• KRITERIA EVALUASI
• TIPE EVALUASI
• DESAIN PENELITIAN EVALUASI
A. DESAIN EKSPERIMEN
B. DESAIN EKSPERIMEN SEMU
C. DESAIN NON EKSPERIMEN
• KENDALA PENELITIANEVALUASI
• PEMANFAATAN HASIL EVALUASI
• EVALUATOR KEBIJAKAN PUBLIK
• LATIHAN-LATIHAN (MEMBUAT PROPOSAL)
AGENDA Produces AGENDA OF
SETTING GOVERNMENT

TAHAP-TAHAP
Allows
POLICY
FORMULATION
AND
Produces
STATEMENTS,
INCLUDING GOALS
DALAM PROSES
LEGITIMATION
OF GOALS AND
FOR ACHIEVEMENT
AND DESIGN OF
KEBIJAKAN
PROGRAM
Necessitate
PROGRAMS FOR
ACHIEVING THEM.
PUBLIK
PROGRAM
(Randall B. Ripley)
IMPLEMENTATION : POLICY
Recources Produces ACTION
Interpretation
Planning
organizing
Providing service Lead to

EVALUATION OF Stimulate
IMPLEMENTATION POLICY AND
PERFORMANCE PROGRAM
AND IMPACTS PERFORMANCE
AND IMPACT

DECISIONS ABOUT THE


FUTURE OF THE POLICY
AND PROGRAM
KONSEP EVALUASI KEBIJAKAN
PUBLIK
• Sebuah Kebijakan Publik setelah disahkan dan
dilaksanakan tidak dapat dibiarkan begitu saja.
Kebijakan Publik harus terus diawasi dan salah
satu mekanisme pengawasan tersebut adalah
diadakan evaluasi kebijakan.

• Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai


sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Sejauh mana tujuan kebijakan publik dicapai.
• Evaluasi kebijakan publik diperlukan untuk
mengkaji ada atau tidak kesenjangan/gap
antara harapan dengan kenyataan.

• Tujuan pokok dari evaluasi kebijakan


bukanlah untuk mencari kesalahan melainkan
untuk melihat seberapa besar kesenjangan
antara pencapaian dan harapan dari suatu
kebijakan publik. Dan tugas selanjutnya
adalah bagaimana mengurangi atau menutup
kesenjangan tersebut.
• Evaluasi kebijakan publik harus dipahami
sebagai sesuatu aktivitas yang bersifat positif
yakni mencari kekurangan dan memperbaiki
kekurangan yang terjadi.

• Istilah evaluasi dapat disamakan dengan


penaksiran (appraisal), pemberian angka
(rating) dan penilaian (assessment).
• Evaluasi berkenaan dengan produksi dan
layanan informasi mengenai nilai atau
manfaat hasil kebijakan yang telah
ditetapkan dan diimplementasikan.

• Evaluasi harus dapat memberikan informasi


yang valid dan dapat dipercaya mengenai
kinerja kebijakan, yakni : Sejauh mana
tujuan kebijakan dapat direalisasikan /
dicapai
DEFINISI EVALUASI
(Para Ahli)
• Stewart : Evaluasi kebijakan pada
hakekatnya mempelajari konskuensi-
konskuensi kebijakan publik.
• Anderson : Evaluasi kebijakan
memusatkan perhatiannya pada estimasi,
penilaian dan taksiran terhadap
implementasi (proses) dan akibat-akibat
(dampak) kebijakan.
• (Muhadjir Darwin) : Evaluasi kebijakan
publik merupakan suatu proses untuk
menilai seberapa jauh suatu kebijakan
publik dapat membuahkan hasil, yaitu
dengan membandingkan antara hasil yang
diperoleh dengan tujuan dan/atau target
kebijakan publik yang telah ditentukan.
• Evaluasi kebijakan publik tidak hanya
untuk mengkaji hasil (outcomes) atau
dampak (impcact) akan tetapi dapat pula
untuk mengkaji bagaimana proses
pelaksanaan suatu kebijakan publik.
• Sementara Jones memberikan konsep evaluasi
sebagai berikut :
1. Evaluasi adalah sebuah bidang kegiatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menafsirkan informasi,
kebutuhan, implementasi serta dampak dari
kebijakan publik.
2. Evaluasi adalah menilai manfaat dari
proses serta program pemerintah.
SUB-SUB KEGIATAN EVALUASI
(CHARLES O. JONES)
• SPESIFIKASI
Adalah identifikasi tujuan-tujuan kebijakan
serta kriteria-kriteria yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan dalam mencapai tujuan
kebijakan atau program.

• PENGUKURAN/MEASUREMENT
Adalah pengumpulan informasi yang relevan
dengan tujuan evaluasi.
• ANALISIS
Adalah penyerapan dan penggunaan informasi
yang dikumpulkan dalam rangka membuat
kesimpulan hasil evaluasi.

• REKOMENDASI
Adalah suatu penentuan mengenai apa yang
akan dilakukan selanjutnya, meliputi juga
pandangan seperti biarkan segala sesuatu
berjalan sendiri, membuat pertimbangan
untung rugi ataupun menghentikan program.
TUJUAN EVALUASI
(JONES)
A. POLITICAL EVALUATION
 Apakah program dapat memberikan
manfaat bagi negara

 Apakah suatu program dapat


menimbulkan adanya dukungan terhadap
negara
B. ORGANIZATIONAL EVALUATION
 Apakah program tersebut, menimbulkan
dukungan bagi badan-badan pelaksana
(implementor).

 Apakah program tersebut dapat


mengarah pada perluasan lebih lanjut
dari badan-badan pelaksana.
C. SUBSTANTIVE EVALUATION

 Apakah program tersebut telah dapat


mencapai tujuan yang dicanangkan.

 Apakah program tersebut diteruskan,


diperluas, diubah, dikurangi atau distop.
• CAROL H. WEISS (Evaluasi Research)
Banyak alasan mengapa perlu melakukan
evaluasi program.
Yang ideal evaluasi untuk mencari jawaban
atas pertanyaan :
a. Apakah program itu diteruskan?
b. Apakah program perlu diperluas?
c. Apakah perlu ada perubahan dalam proses
pelaksanaan?
d. Apakah program distop/berhentikan
TYPES OF EVALUATION RESEARCH
(Laura Irwin Langbein)
METHOD PROCESS OUTCOMES
DESCRIPTIVES •WAS THE PROGRAM •WHO PARTICIPATED IN
IMPLEMENTED THE PROGRAM?
ACCORDING TO •DID THE PROGRAM
GUIDELINES? REACH ALL WHO WERE
•WHAT FACILITIES, ELIGIBLE?
RESOURCES DID THE
PROGRAM USE?
•HOW WERE THEY USE?

CAUSAL •DID THE PROGRAM


PRODUCE THE INTENDED
(OR UNINTENDED)
OUTCOMES?
•WHICH MEANS OF
IMPLEMENTING THE
PROGRAM PRODUCED
THE BEST OUTCOMES?
RUANG LINGKUP EVALUASI
Berdasarkan type evaluasi dari Langbein
tersebut dapat diketahui bahwa ruang
lingkup evaluasi mencakup :
EVALUASI IMPLEMENTASI yang
mencakup : Proses Implementasi dan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas implementasi (asumsi kebijakan
sudah tepat/baik)
EVALUASI DAMPAK : yakni ingin
mengevaluasi apakah kebijakan/program
benar-benar dpt menghasilkan dampak
yg.diharapkan (asumsi kebijakan telah
diimplementasikan namun ragu atas kelayakannya)
• (Muhadjir Darwin) : Evaluasi kebijakan
publik merupakan suatu proses untuk
menilai seberapa jauh suatu kebijakan
publik dapat membuahkan hasil, yaitu
dengan membandingkan antara hasil yang
diperoleh dengan tujuan dan/atau target
kebijakan publik yang telah ditentukan.
• Evaluasi kebijakan publik tidak hanya
untuk mengkaji hasil (outcomes) atau
dampak (impcact) akan tetapi dapat pula
untuk mengkaji bagaimana proses
pelaksanaan suatu kebijakan publik.
EVALUASI IMPLEMENTASI
• Evaluasi implementasi pada dasarnya
memiliki dua perspektif utama yakni :
compliance dan what’s happening.
• Perspektif compliance (kepatuhan)
berfokus pada proses yakni apakah
kebijakan telah diimplementasikan sesuai
dengan rencananya.
• Evaluator akan mengukur apakah
implementasi sudah sesuai dengan aturan
yang berlaku.
• Jika derajat kepatuhan implementor tinggi baik
pada aturan yang berlaku maupun kepada
perintah-perintah atasan maka dapat dikatakan
bahwa implementasi kebijakan sudah berjalan
secara baik dan sebaliknya.
• Perspektif what’s happening mempunyai asumsi
bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
implementasi suatu kebijakan.
• Oleh karena itu evaluasi diarahkan untuk
menemukan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap implementasi kebijakan.
• Selain itu evaluasi ini juga dapat digunakan
untuk menilai hasil awal yang dicapainya.
EVALUASI DAMPAK
A. PEMAHAMAN INFERENSI KAUSAL
B. BEBERAPA METODE DALAM EVALUASI DAMPAK
1. METODE EKSPERIMEN

2. METODE QUASI EKSPERIMEN (eksperimen semu)


a. The Interrupted Time-Series Comparison Group Design
b. Pretest-Posttest Comparison Group Design
c. The Single Interrupted Time-Series Design

3. METODE NON-EKSPERIMEN (STATISTIK)


a. Catagories Data
b. Continuous Data
PEMAHAMAN INFERENSI KAUSAL
• Setiap publik policy yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan diharapkan dapat memberikan
hasil/dampak yang diinginkan.
• Untuk mengetahui hasil /dampak dari suatu publik
policy secara akurat maka perlu dilakukan evaluasi,
khususnya evaluasi dengan pendekatan kausal.
• Dengan pendekatan kausal ini maka public
policy/program dianggap sebagai variabel bebas (x)
dan hasil/dampak dipandang sebagai variabel terikat
(y)

 Apakah benar x (program) menyebabkan terjadinya


y (dampak).
atau
Apakah benar y (dampak) ditimbulkan oleh adanya
x (program)
xy
• Untuk dapat memahami hubungan kausal (sebab
akibat) dengan baik maka 3 persyaratan empiris yang
harus dipenuhi yakni:
a. Perubahan di dalam program (x) variabel bebas
akan paralel atau covary dengan perubahan pada
hasilnya(y)  variabel terikat.
b. Perubahan pada program (x) harus mendahului
perubahan hasil (y)
c. Hasil program (y) tidak mungkin diubah tanpa
mengubah programnya (x)
• Jika ketiga kondisi di atas terpenuhi maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa program x memang benar-benar menghasilkan
(dampak) y
• Dari ketiga kondisi (persyaratan) di atas, persyaratan ketiga yang
paling sulit untuk dapat menarik kesimpulan secara akurat, karena
sering/dapat terkecoh dengan adanya variabel palsu dan variabel
pengganggu.
VARIABEL PALSU (SPURIOUS) &
VARIABEL PENGGANGGU
(CONFOUNDING)

• Program (x) dan hasilnya (y) seringkali


terlihat berhubungan secara kausal,
padahal sebenarnya sering ada variabel
lain (z) yang menyebabkan berubahnya
x yang disertai dengan berubahnya y
tersebut.
• Variabel z bisa disebut sebagai variabel
palsu (spurious variable) & variabel
pengganggu (confounding variable).
• Disebut variable palsu apabila variasi z
diikuti oleh adanya variasi x dan variasi
y.
Z (PALSU)

X Y
• Disebut variabel pengganggu apabila
variasi z diikuti variasi x dan variasi y,
serta variasi x diikuti oleh variasi y.
Z (Pengganggu)

X Y
CONTOH :
X = Program peningkatan partisipasi berkoperasi
Y = Peningkatan pendapatan
Z = Motivasi kerja
METODE EKSPERIMEN
• Salah satu metode penelitian yang dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi kebijakan
publik adalah metode eksperimen.
• Dengan metode eksperimen ini diharapkan
peneliti dapat memperoleh hasil kesimpulan
yang akurat, yaitu peneliti dapat menentukan
secara tepat apakah suatu kebijakan/program
dapat memberikan dampak yang diharapkan.
XY
Ket: X = program
Y = hasil/dampak yang diharapkan
• Rancangan eksperimen yang baik harus
ditandai dengan sifat “Random Assignment”.
Artinya kelompok penerima program yang
menjadi sampel harus ditetapkan secara
random/acak dan tidak dibatasi pada kelompok
tertentu dan jumlahnya relatif besar.

• Dengan adanya sifat Random Assignment pada


rancangan eksperimen suatu evaluasi maka
peneliti akan dapat mengeliminir spurious dan
confounding variable.
• Salah satu kelemahan dari Random
Assignment dalam rancangan eksperimen
yaitu timbulnya pandangan bahwa rancangan
eksperimen tersebut tidak tepat dipandang
dari sudut etis/politik.

• Pelaksanaan eksperimen dapat dilakukan


sbb:
Y1 x Y2
Y1 = Kondisi sebelum ada program
Y2 = Kondisi setelah ada program
X = program

Pengaruh /dampak program adalah Y2 - Y1


METODE QUASI-EKSPERIMENT
• Quasi Eksperimen ini pada dasarnya suatu raancangan
penelitian evaluasi yang ditandai dengan adanya
kelompok pembanding dalam melakukan eksperimen.
• Kelompok pembanding tsb diharapkan/diusahakan
memiliki ciri-ciri yang sama dengan kelompok
eksperimen.
• Dengan demikian yang berbeda hanya program/treatment
yang diberikan pada kelompok eksperimen.
• Dengan kelompok pembanding peneliti diharapkan dapat
mengontrol atau mengeliminir adanya spurious dan
confounding variable.
Pada Quasi Eksperimen ini tugas penting yang harus
dilakukan adalah :
- Identifikasi karakteristik subyek
- Mengukur kondisi subyek
- Membuat kelompok pembanding
Bentuk-Bentuk Quasi
Eksperimen
 The Interrupted Time-Series Comparison
Group Design
 Pretest-Posttest Comparison Group
Design
 The Single Interrupted Time-Series Design
The Interrupted Time-Series
Comparison Group Design
(ITSCG)
• ITSCG merupakan salah satu model dalam
Quasi Eksperimen.
• ITSCG dilakukan dengan cara
membandingkan perubahan antar waktu dari
dampak (y) atas dua kelompok yakni kelompok
eksperimen (yang memperoleh treatment) dan
kelompok pembanding (yang tak memperoleh
treatment).
• Syarat-syarat yang harus dipenuhi
dalam ITSCG ini antara lain adalah:

1. Data antar waktu secara berturut-turut


dari dua kelompok yang dibandingkan
harus tersedia.
2. Data harus menunjukkan pada kondisi
sebelum dan sesudah treatment atau
program diberikan.
Pretest-Posttest Comparison
Group (PTPTCG)

• Rancangan PTPTCG ini merupakan


versi lain dari ITSCG yang mencoba
membandingkan kondisi subyek
sebelum dan sesudah program/
treatment diberikan.
Contoh : PERTAMA
Dibawah ini ada dua desa yang memiliki karakteristik yang sama dalam
segala aspek namun sejak tahun 2011 desa A melaksanakan program
fogging secara rutin untuk memberantas Demam Berdarah (DB)
sedangkan desa B tidak melaksanakan. Analisis apakah program
fogging layak untuk menurunkan kasus demam berdarah (DB)?.

TAHUN KASUS DB DESA A KASUS DB DESA B


2007 250 260
2008 240 270
2009 270 230
2010 260 240
2011 200 250
2012 160 280
2013 120 240
2014 100 260
• Terdapat 3 hal pokok yang perlu diperhatikan
dalam rancangan PTPTCG yakni :
a. Membuat treatment group dan comparison
group yang memiliki karakterisrik yang
sama.
b. Mengukur skor dari semua kelompok
sebelum treatment diberikan.
c. Membandingkan skor sebelum dan sesudah
treatment diberikan.
Hasil rancangan PTPTCG dapat diamati sbb:
Y1 x Y2
Y3 Y4
Dampak x adalah (Y2 -Y1)-(Y4 -Y3).
Contoh : KEDUA
Dibawah ini ada dua desa yang memiliki karakteristik yang sama dalam
segala aspek namun sejak tahun 2011 desa A melakasanakan
program fogging secara rutin untuk memberantas Demam Berdarah
(DB) sedangkan desa B tidak melaksanakan. Analisis apakah program
fogging layak untuk menurunkan kasus demam berdarah (DB)?.

TAHUN KASUS DB DESA A KASUS DB DESA B


2007 250 260
2008 240 270
2009 270 230
2010 260 240
2011 200 190
2012 160 150
2013 120 135
2014 100 95
The Single Interrupted Time-
Series Design
• Apabila evaluator kesulitan membentuk
kelompok-kelompok pembanding sementara
informasi antar waktu secara berturut-turut
setelah maupun sebelum treatment (program)
tersedia maka evaluator dapat menggunakan
rancangan single interrupted time series.

• Rancangan ini tidak dapat mengontrol spurious


dan confounding variable secara ketat.
METODE NON-EKSPERIMEN
• Apabila dalam kondisi tertentu evaluator tidak
mungkin melakukan evaluasi dengan metode
eksperimen maupun Quasi Eksperimen, maka
sebagai pilihan terakhir adalah METODE NON-
EKSPERIMEN
• Metode Non-Eksperimen ini pada dasarnya
metode evaluasi dengan mengandalkan analisis
statistik.

• Analisis data pada metode Non-Eksperimen ini sangat


tergantung dari jenis data yang diperoleh  Data
Kategoris / Kontinyu.
• Dengan teknik analisis statistik ini
diharapkan dapat mengeliminir
spurious/confounding variable, sehingga
evaluator dapat menarik kesimpulan secara
akurat apakah betul program/kebijakan
yang dievaluasi dapat menghasilkan
sasaran/dampak yang diharapkan.

• Bahkan dengan teknik statistik ini


pekerjaan evaluasi menjadi lebih efisien
dan dapat memasukkan beberapa variabel
yang dianggap dapat mengganggu dampak
program/kebijakan.
Hubungan Antara Kualitas Sekolah
dengan Prestasi Belajar
(Data Kategoris)
KUALITAS SARANA SEKOLAH
PRESTASI BAIK KURANG TOTAL

FREK PERSEN FREK PERSEN

TINGGI 60 60 40 40 100

RENDAH 40 60 100

TOTAL 100 100 100

KET : % DIFFERENCE = 20%


• Dari data tsb, dapat diperoleh informasi bahwa
kualitas sarana sekolah mempunyai korelasi
dengan prestasi belajar yang cukup menyakinkan
dengan adanya perbedaan = 20%

Apakah hal ini benar-benar riil tanpa ada faktor


lain yang mempengaruhi prestasi belajar?

 Untuk itu dapat dikaji kemungkinan-kemungkinan


adanya variabel-variabel lain (pengganggu).
Misalnya : STATUS SOSIAL EKONOMI.
Hubungan Antara Prestasi Belajar dan
Kualitas Sekolah dengan Variabel Kontrol.
Status Ekonomi Sosial (SES).
SES RENDAH
KUALITAS SARANA SEKOLAH
PRESTASI BAIK KURANG BAIK TOTAL

FREK PERSEN FREK PERSEN

TINGGI 25 62,50 27 40,30 52

RENDAH 15 40 55

TOTAL 40 67 107

KET : % DIFFERENCE = 22,20 %


SES TINGGI
KUALITAS SARANA SEKOLAH
PRESTASI BAIK KURANG BAIK TOTAL

FREK PERSEN FREK PERSEN

TINGGI 35 58,33 13 39,39 58

RENDAH 25 20 35

TOTAL 60 33 93

KET : % DIFFERENCE = 18,94%

KESIMPULAN :???
Hubungan Antara Prestasi Belajar dan Kualitas
Sekolah dengan Variabel Kontrol SES.
SES RENDAH
KUALITAS SARANA SEKOLAH
PRESTASI BAIK KURANG BAIK TOTAL

FREK PERSEN FREK PERSEN

TINGGI 6 15 10 15 16

RENDAH 34 57 91

TOTAL 40 67 107

KET : % DIFFERENCE = 0
SES TINGGI
KUALITAS SARANA SEKOLAH
PRESTASI BAIK KURANG BAIK TOTAL

FREK PERSEN FREK PERSEN

TINGGI 54 90 30 91 84

RENDAH 6 3 9

TOTAL 60 33 93

KET : % DIFFERENCE = 1

KESIMPULAN :???
METODE NON-EKSPERIMEN
(DATA CONTINOUS)
• Apabila dalam suatu evaluasi dengan
Metode Non-Eksperimen dihasilkan data
continous (bersambungan) maka analisis
perlu menggunakan metode statistik yang
berbeda dengan data kategoris.

• Metode statistik yang lazim digunakan


adalah korelasi/regresi ganda dan parsial.
• Dengan Metode korelasi/regresi parsial
akan dapat mengontrol variabel
pengganggu atau pengacau.

• Selain itu dengan metode statistik tersebut


evaluator dapat memasukkan lebih
banyak variabel yang mungkin dapat
mengganggu hubungan kausal antara
variabel inti yang menjadi pokok evaluasi.
Rumus-Rumus Korelasi
• KORELASI
PRODUCT MOMENT
  xy  ( x)( y)
Ryx 
  x 2
  x   y   y  
2 2 2

 KORELASI GANDA

r yx1  r yx2  2ryx1ryx2 rx1 x2


2 2
Ry.x1 x2 
1  r x1 x2
2
• KORELASI PARSIAL

ryx1  ryx2 .rx1 x2  1


ryx1.x2  X
1  r x1 x2
2
1  r yx2
2

ryx2  ryx1.rx1 x2  1
ryx2 .x1  X
1  r x1 x2
2
1  r yx1 2
• REGRESI SEDERHANA
Ŷ = a + bx
• REGRESI GANDA
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3… dst

 y  x 2    x  xy


a
  x   x 
2 2

  xy   x  y 
b
  x   x 
2 2

byz  byz bzx


byx.z 
1  bzx bxz
KENDALA EVALUASI
KEBIJAKAN PUBLIK
• KETIDAKPASTIAN ATAS TUJUAN
KEBIJAKAN.
Bila tujuan-tujuan dari suatu kebijakan tidak jelas atau
tersebar, maka untuk menentukan sejauh mana tujuan-
tujuan itu tercapai merupakan tugas yang sulit dan berat.
Keadaan ini sering kali merupakan hasil dari proses
penetapan kebijakan yang harus menampung berbagai
kepentingan yang berbeda-beda. Dalam evaluasi harus
dapat merumuskan tujuan yang sebenarnya dari suatu
kebijakan.
• KAUSALITAS
Untuk menetapkan hubungan kausalitas (sebab-akibat)
dalam bidang sosial tidak mudah, karena kondisinya
begitu kompleks, dan sulit melakukan pengontrolan
secara ketat.

• DAMPAK KEBIJAKAN MENYEBAR


Tindakan kebijakan mungkin mempengaruhi kelompok-
kelompok lain selain kelompok sasaran.
Misal : suatu program kesejahteraan mungkin tidak
hanya mempengaruhi kelompok mesyarakat miskin
tetapi juga mempengaruhi kelompok masyarakat lain,
seperti ; pembayar pajak, masyarakat berpenghasilan
rendah, kelompok masyarakat yang tak memperoleh
keuntungan dari program tersebut.
• KESULITAN DALAM MEMPEROLEH
DATA
Seringkali data yang diperlukan dalam kegiatan evaluasi
kebijakan sulit untuk diperoleh secara mudah dan
akurat. Sebagai akibatnya evaluator tidak dapat
melakukan analisis secara tepat.

• RESISTENSI PEJABAT
Evaluasi kebijakan akhirnya akan bermuara pada
pemberian pertimbangan mengenai manfaat kebijakan.
Jika hasil evaluasi tidak menunjukkan BENAR menurut
pandangan pejabat program, maka karier mereka
mungkin akan terancam. Oleh karena itu, pejabat
program akan mengabaikan/meremehkan studi
evaluasi.
Bahkan para pejabat dari awal sudah tidak
kooperatif, menolak memberikan data dan
dokumen yang lengkap.

• EVALUASI MENGURANGI DAMPAK


Berdasarkan alasan-alasan tertentu suatu
evaluasi kebijakan diabaikan/dikritik sebagai
evaluasi yang tidak meyakinkan. Bahkan
kemungkinan evaluasi dianggap salah.
Oleh karena itu sulit diterima jika program
pemerintah harus distop atas dasar evaluasi
yang kurang menguntungkan tersebut.
PEMANFAATAN HASIL EVALUASI
Seringkali hasil-hasil evaluasi kebijakan publik
tidak dimanfaatkan dengan baik oleh para pelaku
kebijakan publik. Hal ini disebabkan oleh banyak
faktor, yakni antara lain adalah :
• KARAKTERISTIK INFORMASI
Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan maka
informasi yang dihasilkan dapat mudah ditangkap
oleh para pelaku kebijakan publik. Untuk itu
informasi yang disajikan harus :
a.Jelas  lengkap  padat
b.Kongkrit  tidak berbelit-belit
c.Praktis & solutif  tidak teoritis  riil
• CARA PENGKAJIAN
Apakah pemrosesan & analisis evaluasi K.P. dilakukan
secara sungguh-sungguh/ asal-asalan saja. Kualitas
hasil evaluasi dapat dilihat dari :
a. Evaluatornya  Kompeten/tidak
b. Metodenya  tepat/tidak.

• STRUKTUR MASALAH
Permasalahan yang dikaji harus jelas ≠ rumit.
• STRUKTUR BIROKRASI DAN POLITIK
Struktur birokrasi dan politik yang cenderung otoriter
dan anti demokrasi  para penguasa birokrasi
cenderung enggan menerima semua kritik maupun
input yang sebenarnya berguna bagi kelanjutan
kebijakan.

• INTERAKSI ANTAR PELAKU KEBIJAKAN


Apabila hubungan diantara pelaku kebijakan tidak
sehat/harmonis  seringkali kegiatan evaluasi
kebijakan dianggap punya latar kepentingan politik
tertentu. Bahkan hasil evaluasi kebijakan dipolitisir
untuk kepentingan tertentu.

You might also like