You are on page 1of 20

PRESENTASI KASUS

MOLUSKUM KONTANGIOSUM

INDIRA CATUR PARAMITA


1102014131

Pembimbing :
dr. Rompu Roger Aruan Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK KULIT DAN KELAMIN


RSUD KOJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 13 Mei 2019 – 22 Juni 2019
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. H

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 1 tahun 11 bulan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kalibaru barat 4

Tgl. Pemeriksaan : 16 Mei 2019


ANAMNESIS
1 KELUHAN UTAMA

Terdapat bintil didaerah dagu sampai leher kiri

2 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Bintil terdapat di dagu sampai leher kiri kurang lebih sejak 1


bulan yang lalu. Bintil dirasakan tidak gatal, tidak nyeri atau
pun sakit ketika ditekan. Awalnya bintil hanya ada satu di
leher lalu menyebar. Ukurannya mula-mula dari kecil
semakin lama semakin membesar. Bintil belum pernah
diobati. Ini sudah kedua kalinya pasien terkena penyakit ini.
RIWAYAT
KELUARGA DAN
PENYAKIT DAHULU
LINGKUNGAN

Moluskum kontangiosum 3
Tidak Ada Yang Menderita
bulan yang lalu sudah
Serupa
terobati.
PEMERIKSAAN FISIK

Jantung : S1 S2 Reguler Tunggal,


Kepala : Rambut hitam, tidak mudah murmur (-), gallop (-)
rontok
Paru-paru : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Wheezing (-/-)
sclera tidak ikterik
Abdomen : Bising Usus (+), Distensi (-)
THT : Tidak ada kelainan Hepar/lien tidak teraba
Leher : KGB dan Tiroid tidak Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)
membesar
STATUS
DERMATOLOGIS
• Effloresensi Primer:
Papul multipel milier berbatas
tegas sewarna dengan kulit

• Effloresensi Sekunder:
-

• Lokasi:
Dagu sampai leher kiri
DIAGNOSIS

WORKING DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING

MOLUSKUM • MILIARIA
KONTANGIOSUM • VERUKA
TATALAKSANA YANG DIDAPAT PROGNOSIS

 Enokluasi moluskum  Ad Vitam : ad bonam

 Cefadroxil 125mg sirup  Ad Sanationam: ad bonam

 Salep mupirocin 2%  Ad Functionam: ad bonam


TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Penyakit yang disebabkan oleh virus pox,
klinis berupa papul berbentuk kubah, berkilat, pada
permukaanya terdapat lekukan, berisi massa yang
mengandung badan moluskum.

ETIOLOGI
Termasuk pada ordo Poxviridae, famili C
hordopoxvirinae, genus Molluscipox virus, spesies
Molluscum contagiosum virus (MOCV). Virus ini ter
masuk golongan double strained DNA (dsDNA)
EPIDEMIOLOGI

Pada negara tropis, insiden paling tinggi pada anak -


anak dengan rentang usia 2 dan 3 tahun. Sedangkan pada negara
maju, biasanya pada anak-anak sekolah karena penggunaan
kolam renang yang bersama-sama. Studi di Jepang pada tahun 2
008, menyatakan bahwa terdapat 7000 anak terserang moluskum
kontagiosum dengan 75% di antaranya memiliki riwayat
penggunaan kolam renang bersama. 2,3 Di Amerika Serikat, pada
tahun 2003, hanya ditemukan 5% anak-anak yang terkena
moluskum kontagiosum, dan kira-kira antara 5-20% menyerang
dewasa dengan AIDS.
PREDILEKSI
• Wajah, Leher, Ketiak, Badan dan
Ekstremitas

• Dewasa : Pubis dan genitalia eksterna

TRANSMISI
• Kontak kulit langsung

• Autoinokulasi

• Melalui benda yang terkontaminasi


ex. Handuk, baju, kolam renang dan
mainan
MANIFESTASI KLINIS

 Kelainan kulit berupa papul miliar, kadang lentikular dan


berwarna putih seperti lilin, berbentuk kubah yang kemudian
ditengahnya terdapat lekukan (delle).

 Masa inkubasi penyakit ini 2 sampai 7 minggu. Pasien


dengan moluskum kontagiosum kebanyakan asimtomatis.
Beberapa berkembang eksema disekitar lesi.

 Lesi pada daerah genital yang lembab dapat meradang dan


akan memborok.
PATOGENESIS
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
ANAMNESIS
Ditemukan ruam berupa papul millier,
Jika pasiennya anak - anak biasanya kadang- kadang lentikular dan berwarna
orang tua menjelaskan adanya eksposur putih seperti lilin, berbentuk kubah yang
dengan anak-anak lain yang terinfeksi kemudian direngahnya terdapat lekukan
moluskum kontagiosum di sekolah, (delle). Jika dipijat akan tampak massa
asrama, atau fasilitas rekreasi publik yang berwarna putih seperti nasi.
(misalnya,tempat olahraga,kolam renang) Biasanya dijumpai didaerah muka,
Pada orang dewasa juga sering terjadi badan dan ekstrimitas, sedangkan pada
pada orang yang memiliki banyak pasang orang dewasa di daerah pubis dan genita
an seksual dengan frekuensi hubungan lia eksterna. Kadang – kadang dapat
seksual yang meningkat. timbul infeksi sekunder sehingga timbul
supurasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

HISTOPATOLOGI
Pada pemeriksaan histopatologi
di daerah epidermis dapat ditemukan
badan moluskum yang mengandung
partikel virus diatas stratum basal. Badan
inklusi tersebut dinamakan Hendersen-
Paterson bodies.
Selain itu pada pemeriksaan
histopatologik dijumpai hipertrofi dan hiper
plasia dari epidermis.

• Badan moluskum juga dapat dilihat dengan


pewarnaan Gram, Wright atau Giemsa
TATALAKSANA
Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung
badan moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik
atau kuret. Cara lain dapat digunakan elektrokauterisasi atau bedah beku.
Beberapa peneliti mencoba obat topikal kantaridin 0,7 – 0,9 %. Obat
kombinasi kantaridin-salisilat, krim imiquimod 1-5% dan ketiga obat tersebut
cukup efektif.
Pada orang dewasa harus juga dilakukan terapi terhadap pasangan
seksualnya. Pada individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang normal,
moluskum kontagiosum akan sembuh sendiri tanpa pengobatan dalam waktu
beberapa bulan sampai tahun. Obat-obatan topikal yang dapat diberikan
adalah anti virus, tretinoin krim 0,1% untuk menghambat pembentukan
mikrokomedo dan menghilangkan lesi, asam trikloroasetat untuk kauterisasi
kulit, keratin dan jaringan lainnya. Terapi sistemik dapat berupa pemberian
antagonis histamine H2 untuk mengatasi rasa gatal jika ada rasa gatal.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada
penyakit ini yaitu terkena infeksi sekunder.
Dengan menghilangkan semua lesi yang ada
, penyakit ini tidak atau jarang residif.

PROGNOSIS
Biasanya prognosis penyakit ini
baik karena merupakan penyakit “self
limited”. Penyembuhan spontan bisa terjadi
pada orang – orang imunokompeten selam
a 18 bulan.
EDUKASI
• Menerangkan kepada pasien tentang sifat
infeksi dan penularan penyakit untuk
mengurangi transmisi moluskum kontagiosum
kepada orang lain, serta untuk menghindari
infeksi ulang dimasa depan dan meminimalkan
autoinokulasi.

• Menyuruh pasien untuk menghindari menyentuh


atau menggaruk lesi karena bisa menimbulkan
infeksi sekunder.

• Tidak pinjam – meminjam barang yang dapat ter


kontaminasi seperti handuk, baju dan sisir.
THANK YOU

You might also like