You are on page 1of 66

Herpes Simpleks Labialis

OLEH:
ANINDITA LARASATI (17710221)
ILHAM CITRA HAMIDI (17710228)
Latar Belakang

 Herpes labialis merupakan infeksi sekunder dari


HSV-1 yang kambuh akibat faktor pencetus.
 Kebanyakan penderita asimtomatik.
 Herpes labialias sendiri dapat mengalami
kekambuhan dengan gejala yang lebih parah.
 Herpes labialispun dapat menyebabkan herpetik
whitlow terutama pada dokter gigi yang
terkontaminasi.
 4 poin masalah diatas menjadi pertimbangan
dibuatnya makalah ini.
Definisi

 Herpes labialis merupakan infeksi sekunder HSV-1


yang manifestasi lesinya di permukaan bibir atas
dan/atau bawah penderita.
 Lesi dapat berupa vesikel yang gatal dan panas, erosi
ataupun krusta.
Epidemiologi

 Diatas umur 6 bulan, anak akan kehilangan antibodi


HSV-1 dari ibu  meningkatkan angka kejadian
infeksi primer HSV-1.
 Puncaknya umur 2-3 tahun.
 Herpes labialis, terjadi pada 20-40% populasi di
Amerika Serikat, hampir 100 juta kali per tahun.
 Predileksi lesi sering di bibir bawah.
 60% penderita akan memiliki lesi yang lebih besar
dan parah.
 80% di antaranya berupa vesikula dan 34% di
antaranya berupa ulkus atau krusta.
Klasifikasi

 HSV dibagi 2  HSV-1 (lesi orofasial) dan HSV-2


(lesi genital)
 HSV-1  ditularkan melalui air liur penderita.
 Ginggivostomatitis akut
 Keratokonjungtivitis
 Herpes Labialis
Faktor Pencetus
Patofisiologi

Ganglia Trigeminal
(N. V)
Patofisiologi

Manifestasi
pada jaringa
perifer(bibir
)

Vesikel/erosi/krusta
yang panas dan gatal.
Kriteria Diagnosis

 Anamnesis 
 Riwayat infeksi primer

 Benjolan berisi cairan di bibir atas/bawah yang gatal,panas,


nyeri.
 Atau luka (krusta,erosi)

 Gejala lain : demam ringan internmiten,kelemahan


umum,malaise
 Riwayat minum obat
parasetamol,ibuprofen,diklofenak,asmet,
fluconazole,amoxicillin
 Pemeriksaan fisik ekstra oral :
 Vesikel ukuran bervariasi

 Tahap lanjut bisa erosi hemorargik, krusta hemoragik


 Pemeriksaan Penunjang :
 Tzanck test giant cell/ balooning cell dikeliling leukosit.

 Test serologi  IgM dan IgG anti HSV-1

 Imunoflouresensi

 Kultur virus  Gold standar

Giant
cell/balooning
cell

Leukosit
Diagnosis Banding

 DD : Varicella zoster, eritema multiformis, ulkus apthous,


herpangina.
 Varicella zoster  (+) penjalaran lesi unilateral,sedangkan
herpes labialis tidak.
 Eritema multiforme  terjadi pada mukosa mulut,sedangkan
herpes labialis permukaan bibir.
 Ulkus aphtous  ulkus pada mukosa non-keratinisasi
sedangkan herpes labialis pada mukosa keratinisasi.
 Herpangina  lesi= herpes, tapi letak lesi di bagian posterior
rongga mulut,sedangkan herpes labialis ada di anterior.
 tes laboratorium: Pemeriksaan serologis (IgM anti-HSV dan
IgG), tes Tzanck dan imunofluoresensi dapat dilakukan, tetapi
isolasi kultur virus masih dianggap sebagai gold standar.
Manajemen

 CDC :
 Acyclovir 400 mg per oral tiga kali sehari selama 7-10 hari;
atau
 Acyclovir 200 mg per oral lima kali sehari selama 7-10 hari
atau;
 Famciclovir 250 mg per oral tiga kali sehari selama 7-10 hari;
atau
 Valacyclovir 1 g peroral dua kali sehari selama 7-10 hari.
 Acyclovir IV 5-10 mg/kgbb/x setiap 8 jam selama
2-7 hari HSV berat atau komplikasi dan harus
rawat inap.
 Acyclovir salep 5% (atau analog) biasanya
diterapkan 5 kali per hari ketika gejala pertama
muncul untuk mengurangi durasi dan keparahan
lesi.
Prognosis

 Merupakan Self limiting desase


 Penyembuhan dapat sempurna tanpa jaringan parut
setelah 7-10 hari.
 Kekambuhan dapat saja terjadi bila ada faktor resiko
(Angka kekambuhan 16-38%)
 Jadi Herpes labialis memiliki prognosis yang
kemungkinan baik (dubia ad bonam).
TERAPI HERPES SIMPLEKS
LABIALIS PADA FASE MAKULA DAN
VESIKEL DENGAN TERAPI
FOTODINAMIK : LAPORAN DARI 2
KASUS
Kasus#1

 Wanita 28 tahun didiagnosis herpes simpleks


labialis berulang fase vesikula.
 Dari gejala prodromal menjadi lesi (7jam)
 (-) nyeri dan belum berobat.
 Dilakukan tindakan aPDT  tidak sakit  keesokan
harinya menjadi lesi fase krusta.
Kasus#2

 Wanita 30 tahun di diagnosis herpes simpleks


labialisn berulang fase makula eritematosa.
 Dari gejala prodromal menjadi makula (2 jam)
 (+) nyeri dan sudah berobat menggunakan cream
acyclovir 5%.
 Dilakukan aPDT + metilen blue sebagai
fotosensitiser  sehari kemudia  sudah bersih dari
lesi makula eritematosa.
Diskusi

 aPDT dikatakan memercepat infeksi fase vesikula


menjadi fase krusta.
 aPDT + cream acyclovir 5% pada infeksi fase makula
eritema  menghambat infeksi  lesi menghilang.
 Metilen blue sebagai fotosensitizer efektif untuk
penanganan herpes labialis dan aman tanpa efek
samping
Laporan Kasus
Gingivostomatitis Herpetik Primer
Kasus

 Perempuan usia 6 tahun


 KU : Nyeri dan gigi yang mobile pada gigi anterior
bawah  gigi di ekstraksi
 Kembali 2 hari  Keluhan  ulserasi gingiva dan
lidah
 + Demam dan keadaan umum yang lemah
Pemfis

 Intra oral :
 Gingiva merah menyala,(+) vesikel pada mukosa

Kesimpulan  Gingivostomatitis herpetik primer  perawatan 


lesi sembuh 2 hari.
DD

 Infeksi Herpes Simpleks Saat Ini


 Stomatitis apthous mayor
 Erytema multiformis
Pengobatan

 Makanan bergizi
 Acyclovir 200 mg 5x1
 Acetaminophen 10-15 mg / kg / dosis setiap 4-6 jam
sesuai kebutuhan
 Dyclonine hydrochloride (0,5%)] sebelum waktu
makan
Diskusi

 Gingivostomatitis  Anak-anak, jarang dewasa


 Usia 1-5 tahun
 Tingkat keparahan tanda dan gejala tergantung 
virulensi HSV 1
 HSV  Replikasi pada epitel  sensorik 
gangglion saraf  sering pada N. V  laten (suatu
saat dapat aktif kembali)  sistem kekebalan tubuh
menurun.
 DD terkait dengan infeksi lain seperti : coxsackie;
faringitis streptokokus; eritema multiformis;
gingivitis ulserativa nekrotikans; dan stomatitis
aphthous
 Lesi oral dan ulkus yang terbentuk menimbulkan
rasa sakit dan sulit makan
 Tindakan bersifat paliatif dan suportif  analgesik
dan cairan oral mencegah dehidrasi
 Self limiting desease  1-2 minggu.
 Komplikasi jarang  keratoconjunctivitis,
esofagitis, pneumonitis, meningitis dan ensefalitis
 Penularan lewat saliva  bila dari petugas
kesehatan ke orang lain herpetic whitlow
Laporan Kasus Penggunaan
4% Fucoidan Cream untuk
Herpes Labialis Oral Berulang
: Gejala Pasien Secara Nyata
Ditingkatkan dalam Kurun
Waktu untuk Penyembuhan
dan Rasa Ketidaknyamanan
Kasus 1

 Pria jepang 34 tahun  ROHL  ulkus bulat, dasar


abu-abu, pinggir teratur, diameter > 1cm
 Pada bawah bibir sudah 2 bulan.
 Tidak responsif anti virus (ZoviraxTM 400 mg tid
selama 7 hari, dan krim ZoviraxTM 5% selama 7 hari
3 kali sehari) dan NSAID.
 Tata laksana  PFC 3x1 slama seminggu
Kasus 2

 Wanita 38 tahun  ROHL  Sakit (+), ulkus


tunggal cokelat,pinggir teratur, D> 1 cm, 1 bulan di
comiisura laborium.
 Hilang muncul selama 5 tahun di mukosa bukal dan
alveolar.
 Tidak responsif vidarabine topikal (3% Arasena-A
CreamTM), gel anestesi (larutan kental lidokain 2%),
suplemen vitamin B12, dan NSAID.
 Tatalaksana  PFC 3X 1
Satu tahun setelah menyelesaikan periode
menimum
Kriteria Px

 Kedua px memenuhi kriteria berikut :


 Anamnesis  riwayat medis sebelumnya,alergi

 Pemeriksaan lesi

 Konsultasi penggunaan PFC

 PFC minimum 1 minggu  1 bulan  3 bulan

 Memfoto perkembangan penyakit.


Penerapan PFCTM topikal

 Area ROHL dihapus kering, kemudian pasien


menggunakan sedikit PFC dengan jari mereka
sendiri, dan meninggalkan PFC selama 5 menit
tanpa melepas. Pasien menggunakan PFC dua kali
sehari, dan diminta untuk tidak makan atau minum
selama 30 menit setelah aplikasi.
Diskusi

 ROHL  radang mukosa mulut luas.


 Prevalensi di jepang 20-40%
 Mekanisme pertahanan tubuh memainkan peranan
penting dalam etiogenesis HSV.
 Pada kedua kasus diatas mengalami sakit yang parah
dan tidak responsif pada pengobatan sebelumnya.
 Pertimbangan histologis ROHL  Pertimbangan
menggunakan krim fucoidan  1 minggu lesi
membaik, - eksaserbasi
 Sehingga PFC pilihan terbaik  - efek samping
 PFC  5 hari untuk menghilangkan gejala sembuh
dlm 1 mngg
 Fucoidan  remodeling jaringan awal dan proses
perbaikan ( efekanti-inflamasi) bersama dengan
aktivitas seperti enzim menghambat enzim
matrix metalloproteinases, hyaluronidases dan
elastases
Laporan Kasus Gejala
Gingivostomatitis Herpetic
Primer
Kasus

 Perempuan 9 tahun
 KU : Sakit, (+) ulkus oral oval dangkal,kesulitan
makan
 Sakit dari 3 hari yg lalu, nafsu makan menurun
akibat sakit.
 Demam
 Px tmpak lemah,dehidrasi.
 Pemeriksaan ektra oral :
 Pem. Kelenjar getah bning sub mandibular kanan, mobile,
lunak,lembut
 Pemeriksaan intra oral :
 .Daerah eritematosa pada mukosa labial atas dan bawah.

 Gingiva marginalis bengkak dan meradang gigi 78 dan 79

 Lesi 0,5 cm hadir di dasar mulut, batas lateral lidah, mukosa


bukal, labial, dan gingiva yang dikelilingi oleh daerah
eritematosa
Perawatan

 benzydamine hydrochloride (Andolex®) 


meredakan nyeri mulut topikal  10 menit sebelum
makan  bilas.
 Rahidrasi oral pedoman WHO.
 Susp. Parasetamol 5 ml  3x sehari slma 5 hari
 Metroniazole 5 ml  3x sehari slama 5 hari setelah
makan
 Kontrol semingu kemudian
Diskusi

 PHG 90% disebabkan oleh HSV tipe 1 (sering) dan


HSV tipe 2 (jarang).
 Infeksi primer  mayoritas asimtomatik/infeksi
ringan.
 Infeksi skunder  inkubasi 2-20 hari  gejala
prdromal  gejala utama.
 Vesikel yang pecah dlm 24-48 jam  erosi/ulkus
yang dangkal, nyeri dgn dsr eritematosa  7-14 hari
 Dewasa  memiliki gmbrn klinis yg kurang khas.
 Penatalaksanaan PHG  paliatif dan supportif 
mengendalikan nyeri,demam,dehidrasi, dan
memperpendek durasi lesi.
Virus Herpes Simpleks Parah
Jenis-I Infeksi Setelah
Prosedur Gigi
Kasus

 Semua px ( 3 pria/4 wanita) usia rata rata 37,2 tahun


(minimum 19 tahun,maksimal 55 tahun).
 Menderita RHL sudah lama.
 Stress pencetus tersering.
 Semua px tidak meminum obat-obatan
imunosupresif.
 5 px memiliki gejala prodromal yg khas  rasa
terbakar,menyengat,disestesia,gatal-gatal.
 1 px slh diagnosis dari igd dngn erisepelas dan
awalnya diberi antibiotik intravena (Amoxicilline /
clavulinic acid, Augmentin®, 3×l000mg / hari)
 2 px  demam (39o) menunjukkan erupsi yang
meluas ke pipi kanan,hidung,dagu,rongga mulut
dan bibir atas yang menyakitkan + lesi
eritematosa,vesikular dan krusta.
 2 px rawat inap  asiklovir intravena
(5mg/kg/hari selama 8 hari, Zovirax®)
Karakteristik px yg menonjol

Ekstraksi
interval Tanda-
Kasus Usia Seks Prosedur Anestesi Situs Tes Serologi
waktu- tanda
RHL

Ekstraksi Labial inf/sup


1 M 39 Lokal 2d Fe, Ad Tz IgG+, IgM-
Sup R 3m Pipi, dagu

Ekstraksi
Labial inf/sup
2 M 19 Inf R gigi Blok 2d Fe, Ad Tz IgG+, IgM-
Pipi, dagu
seri

Ekstraksi Labial sup Chin


3 F 55 Blok 2d - CC NA
Inf R 2m Nasolabial

Isian Sup R Labial sup Chin


4 F 21 Lokal 3d - ND NA
1m Nasolabial

Ekstraksi
5 F 30 Blok 3d - Labial inf/sup Tz IgG+, IgM-
Inf L 3m

Ekstraksi
6 M 46 Blok 2d - Labial inf/sup Tz NA
Inf R 3m

Ekstraksi Labial inf Chin,


7 F 51 Blok 3d - Tz IgG+, IgM-
Inf R 2m Pipi
 Px selain rawat inap diberikan  valasiklovir oral
(Zelitrex®, 500mg b.i.d. selama 7 hari) atau
asiklovir oral (5 x 200 mg selama 7 hari)
 Semua px menunjukkan kekambuhan 2-3 hari
stelah intervensi gigi.
 Intervensi gigi  anestesi lokal menggunakan
lidokain (anestesi blok saraf alveolar
inferior/infiltrasi periodontal lokal untuk molar
atas)
 2 px  ekstraksi molar dan valasiklovir oral
profilaksis (500mg b.i.d., Zelitrex®)  48 jam
sebelum sampai tiga hari setelah perawatan gigi.
Diskusi

 Ektraksi gigi dikaitkan dengan peningkatan kejadian


infeksi skunder HSV tipe 1.
 Data RHL terkait ekstraksi gigi  jarang dan
kontradiktif.
 Pemicu RHL post ekstraksi gigi mungkin
multifaktorial  ketakutan dan stress saat tindakan
ekstraksi, trauma saraf saat ekstraksi dan selama
proses ekstraksi juga melibatkan N. V 
meningkatkan reaktivitas 50%
 Blok anastesi  iritasi saraf V  reaktivasi dan
kekambuhan infeksi HSV tipe 1.
 Faktor memungkinkan diatas menyebabkan viral
load  meningkatkan keparahan erupsi
 Direkomendasikan di berikan profilaksis antivirus
sebelum ekstraksi gigi  valasiklovir oral (500mg
b.i.d., Zelitrex®) 48 jam sebelum hingga 3 hari
setelah perawatan gigi.
 Famciclovir atau acyclovir  dapat
dipertimbangkan.
 Kesimpulannya, kekambuhan HSV dapat dipicu
oleh pencabutan gigi. Infeksi ini tampaknya lebih
parah daripada infeksi HSV biasa. Data tentang
insiden masih kurang. Pengobatan antivirus
profilaksis dapat dipertimbangkan untuk pasien
RHL secara individual. Dokter gigi harus
mewaspadai komplikasi ekstraksi gigi yang
berpotensi parah ini.
Terapi Topikal dan Sistemik untuk
Infeksi Virus Herpes Simplex Oral dan
Perioral
THANK YOU

You might also like