You are on page 1of 70

I.

DEPOSIT SEDIMEN

Sedimen dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :


1. Deposit alohton (allochthonous deposits) :

a. Diendapkan pada suatu lingkungan pengendapan sete-


lah melalui proses transportasi.

b. Berupa endapan asal daratan, atau piroklastik.

Geologi Sumberdaya Mineral 1/70


I. DEPOSIT SEDIMEN

2. Deposit autohton (autochthonous deposits) :


a. Terbentuk di dalam lingkungan di mana ia diendapkan,
bukan berasal dari luar cekungan/daratan.
b. Berupa sedimen asal kimiawi, organik, dan deposit
residu.

Geologi Sumberdaya Mineral 2/70


Tabel 1 Klasifikasi batuan sedimen

Kelompok Kelas
Sedimen alohton Deposit terestrial : lempung, silikat, pasir dan konglomerat

Deposit piroklastik : tuf, lapilituf, aglomerat, breksi volkanik

Sedimen autohton Presipitat kimiawi : karbonat, evaporit, rijang (cherts), for-

masi besi berlapis (banded iron formation), batubesi (iron-

stone), dan fosforit

Deposit organik : batubara, lignit, serpih minyak (oil shales),

dan pasir ter/aspal

Deposit residu : laterit dan bauksit

Geologi Sumberdaya Mineral 3/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Sedimen-sedimen alohton yang ekonomis terbentuk melalui


akumulasi mekanik, yang disebut deposit plaser (placer de-
posits).
 Tersusun oleh konsentrasi suatu mineral berat yang ter-
bentuk melalui proses sedimentasi.

Geologi Sumberdaya Mineral 4/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Bersumber dari batuan asal daratan (terigen).


 Pada umumnya terbentuk melalui proses pemisahan secara
gravitasi karena air yang bergerak/mengalir, yang kemudian
terkonsentrasi menjadi suatu endapan mineral berat yang
solid/padat dengan sedikit mengandung gas-gas.

Geologi Sumberdaya Mineral 5/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Akibat proses pelapukan pada suatu batuan, mineral berat


terlepas dari batuan asalnya, dan mineral ini harus ber-
densitas tinggi, tahan pelapukan kimiawi, dan berdaya-tahan
mekanik (benturan).
 Mineral-mineralnya adalah : kasiterit, khromit, kolumbit,
tembaga, intan, garnet, ilmenit, magnetit, monasit, platina,
rubi, rutil, safir, xenotim, dan zirkon.

Geologi Sumberdaya Mineral 6/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Cadangannya sebagian besar, kecil dan sering tidak kekal,


karena deposit ini terbentuk dekat atau di permukaan bumi,
dan tidak terlalu tinggi dari permukaan laut. Oleh karena itu,
mudah tererosi sebelum sempat tertimbun.
 Kalau tertimbun, timbunannya tidak terlalu tebal, sehingga
mudah ditambang.

Geologi Sumberdaya Mineral 7/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Berkadar rendah, namun mudah digali karena sifatnya yang


terurai – tidak padu, tersusun oleh material-material yang
mudah dikerjakan tanpa perlu alat penghancur ; cukup
menggunakan mesin pengeruk (misalnya kapal keruk, atau
kapal isap).

Geologi Sumberdaya Mineral 8/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Pada deposit plaser yang berumur tua, biasanya telah ter-


litifikasi, termiringkan, dan sebagian atau seluruhnya telah
tertimbun oleh formasi batuan lain, sehingga penambangan-
nya perlu biaya tinggi. Akibatnya deposit harus tersusun oleh
mineral yang bernilai ekonomi tinggi, dan berkadar tinggi,
seperti emas, intan, dll.

Geologi Sumberdaya Mineral 9/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Deposit plaser dapat diklasifikasi berdasarkan genetiknya,


seperti di bawah ini :

Model kejadian Kelas


Akumulasi di tempatnya (in situ) Plaser residu
selama pelapukan
Terkonsentrasi dalam suatu medium Plaser eluvial
padat yang bergerak
Terkonsentrasi dalam suatu medium Plaser aluvial atau arus, plaser
cair yang bergerak/mengalir pesisir, dan plaser lepas-pantai
Terkonsentrasi dalam suatu medium Plaser aeolian
gas yang bergerak (angin)

Geologi Sumberdaya Mineral 10/70


Gambar 1.
Pembentukan deposit plaser residu (di sebelah kiri) dan deposit
plaser eluvial atau lereng (di sebelah kanan)

Geologi Sumberdaya Mineral 11/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

1.1.1 Plaser residu


 Terakumulasi langsung di atas
batuan dasar.
 Akibat peluruhan kimiawi dan
terlepasnya material-material
batuan yang ringan, yang ber-
langsung terus ke bawah, me-
nyebabkan urat-urat melapuk,
dan menyisakan mineral-mi-
neral berat (berdensitas
tinggi).
Geologi Sumberdaya Mineral 12/70
1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Mineral ringan hanyut terbawa


air, sedangkan yang tahan
lapuk, dapat bertahan  beril.
 Contoh deposit plaser residu :
Tambang timah (baca : mine-
ral kasiterit) yang berada di
Kota Pemali, kota kecil yang
kira-kira berjarak 25 km dari
Kota Sungailiat di Pulau
Bangka.

Geologi Sumberdaya Mineral 13/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Ditambang dengan metode


open pit. Penambangan yang
dikerjakan pada tahun 1960-
an, telah lama dihentikan
karena cadangan timahnya
sudah habis. Namun saat ini
sedang dieksplorasi kembali.

Geologi Sumberdaya Mineral 14/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

1.1.2 Plaser eluvial


 Terdapat di sepanjang kemi-
ringan lereng.
 Tersusun oleh mineral-mineral
yang terlepas dan berasal dari
batuan sumber di dekatnya.

 Mineral-mineral terkumpul di
atas batuan dasar pada
bagian lereng-bawah yang
landai/agak landai.

Geologi Sumberdaya Mineral 15/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Mineral ringan hanyut, dan


yang larut akan terbawa oleh
air limpasan, atau tersapu
oleh angin.
 Akibatnya, sebagian konsen-
trasi mineral jadi berkurang.
 Proses pengurangan akan
terus berlanjut sejalan dengan
terjadinya rayapan lereng.

Geologi Sumberdaya Mineral 16/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Untuk mendapatkan pengha-


silan yang layak dan mengun-
tungkan, deposit harus ter-
konsentrasi sangat kaya. Da-
lam kasus-kasus tertentu de-
posit ini ditemukan teraku-
mulasi dalam kantong-kan-
tong pada batuan dasar ; se-
perti kasiterit dalam pothol
dan sinhol marmer di
Malaysia.
Geologi Sumberdaya Mineral 17/70
1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

1.1.3 Plaser aluvial atau aliran


 Salah satu deposit plaser yang
penting karena mudah ditam-
bang.

Geologi Sumberdaya Mineral 18/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Dapat terbentuk di dasar


sungai seperti yang tampak
pada gambar di samping.
Mineral berat teronggok/terta-
han di bagian belakang ton-
jolan batuan/urat di saat
aliran air pembawa mineral
berat melalui tonjolan batuan.

Geologi Sumberdaya Mineral 19/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Tempat–tempat lain adalah


pothol, lubuk-lubuk di dasar
sungai, cerukan akibat ge-
rusan airterjun (Gambar
samping).

Geologi Sumberdaya Mineral 20/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Pada pertemuan dua aliran


sungai, yang satu berarus de-
ras (sungai utama) dan yang
lain lambat (anak sungai) 
endapan longitudinal.

Geologi Sumberdaya Mineral 21/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Mineral berat mengendap di kelokan-kelokan sungai pada sungai ber-


meander yang berarus deras. Dengan bermigrasinya kelokan sungai,
bertumbuhlan onggokan mineral berat. Perhatikan pergerakan perpin-
dahan aliran sungai dari No. 1 ke No. 3.
Geologi Sumberdaya Mineral 22/70
1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Mineral ekonomis yang dijumpai dalam plaser aluvial


adalah emas (Au), dan kasiterit (SnO2) di Pulau Bangka. Di
pulau ini, kasiterit ditambang di daerah darat/pedalaman,
yang dahulu kala merupakan wilayah aliran sungai purba ;
atau merupakan suatu endapan kipas aluvial.

Geologi Sumberdaya Mineral 23/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Penambangannya mudah, cukup dengan cara pengerukan


(dengan mesin pengeruk), diisap (dengan kapal isap), atau
disemprot dengan air bertekanan tinggi. Penyemprotan
dilakukan terhadap batuan yang mengandung kasiterit –
biasanya batupasir kasar – sangat kasar, yang oleh masya-
rakat setempat biasa disebut lapisan kaksa.
 Dalam eksplorasinya digunakan alat bor  Bor Bangka.

Geologi Sumberdaya Mineral 24/70


Tambang bijih timah sistem permukaan atau terbuka di Pemali,
Sungailiat, Bangka

Geologi Sumberdaya Mineral 25/70


Bermacam-macam ukuran mangkok yang digunakan oleh kapal
keruk untuk mengeruk pasir yang mengandung bijih timah

Geologi Sumberdaya Mineral 26/70


Mangkok pengeruk tampak lebih dekat

Geologi Sumberdaya Mineral 27/70


Beberapa usaha penambangan timah semi tradisional tak
berizin di lepas pantai

Geologi Sumberdaya Mineral 28/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

1.1.4 Plaser pesisir atau pantai (beach placers)


 Mineral penting yang dijumpai pada deposit plaser pesisir
atau pantai adalah : kasiterit, intan, emas, ilmenit (FeTiO3),
magnetit (Fe3O4), monazit [(Ce,La,Y,Th)PO4, mineral pen-
ting yang secara ekonomis menjadi sumber R.E.E.], rutil
(TiO2), xenotim (YPO4), dan zirkon (ZrSiO4).

Geologi Sumberdaya Mineral 29/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Mineral-mineral tsb di atas dapat berasal dari batuan, urat-


urat mineral yang muncul dan tersingkap di sepanjang pan-
tai, atau di dasar laut, sungai, atau dari deposit tua yang
dikerjakan-ulang oleh air laut.
 Bagi deposit Resen, plaser marin dapat dijumpai pada ke-
tinggian topografi yang berbeda-beda, karena dalam
pengendapannya dipengaruhi oleh perubahan ketinggian
muka laut sepanjang Kala Plistosen (Gambar 6).

Geologi Sumberdaya Mineral 30/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

Gambar 6. Sketsa penampang yang memperlihatkan beberapa lokasi tem-


pat ditemukannya deposit plaser pesisir (titik-titik hitam tebal)

Geologi Sumberdaya Mineral 31/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Di Indonesia, deposit plaser pesisir yang berupa deposit


pasir besi, dijumpai hampir di sepanjang pantai selatan
Pulau Jawa. Deposit yang terutama tersusun oleh mineral
ilmenit (FeTiO3), merupakan mineral penting penghasil lo-
gam titanium.
 Selain pasir besi, terdapat juga pasir kasiterit yang tersebar
di sepanjang pantai Pulau Bangka dan Belitung.

Geologi Sumberdaya Mineral 32/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Pembentukan plaser pesisir yang tersebar di sepanjang ga-


ris pantai, dikontrol oleh gelombang laut dan arus sepan-
jang pantai.
 Gelombang laut membawa/menghanyutkan hancuran ma-
terial-material batuan ke atas pantai, yang kemudian oleh
air surutan, atau sapuan air laut, hancuran material batuan
yang berupa partikel-partikel mineral berat dan ringan
dengan bermacam-macam ukuran, tersaring dan terpisah-
kan.
Geologi Sumberdaya Mineral 33/70
1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Butir-butir mineral yang besar dan ringan beserta butir-


butir mineral berat yang halus – sangat halus, diangkut dan
disebar-hanyutkan di sepanjang pesisir oleh hanyutan arus
sepanjang pantai ; sedangkan partikel-partikel mineral be-
rat yang berukuran kasar dan partikel-partikel lain yang
berukuran besar, tertinggal.

Geologi Sumberdaya Mineral 34/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Dengan melambatnya arus laut sepanjang pantai di suatu


tempat, maka partikel-partikel mineral berat berbutir halus
– sangat halus yang terbawa hanyutan, akan mengendap.
 Dengan cara demikianlah mineral berat terakumulasi dan
tersebar di sepanjang pantai.

Geologi Sumberdaya Mineral 35/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Adanya proses perubahan ketinggian muka laut sepanjang


waktu geologi, menyebabkan mineral berat dapat terong-
gok pada tempat-tempat yang ketinggiannya berbeda, de-
mikian pula dengan luas penyebarannya.
 Karena pengendapan mineral berat berlangsung di pantai,
maka di dalam endapannya dapat dijumpai bermacam-ma-
cam struktur sedimen yang mencirikan suatu endapan pan-
tai, seperti : perlapisan silang-siur, perlapisan sejajar, perla-
pisan bersusun, dan perlapisan bersusun-terbalik.
Geologi Sumberdaya Mineral 36/70
1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Dalam perlapisan bersusun-terbalik, pada bagian bawah


lapisan akan dijumpai perlapisan pasir dan/atau perlapisan
kaya-mineral berat yang berbutir halus, yang semakin ke
atas berangsur berubah menjadi perlapisan pasir dan/atau
perlapisan miskin-mineral berat berbutir kasar.
 Laminasi seperti ini berkembang selama gelombang
sapuan-balik (backswash) beraksi.
 Pada perlapisan silang-siur, endapan mineral berat akan
terdapat pada bagian lengkungan bawah.
Geologi Sumberdaya Mineral 37/70
1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

1.1.5 Plaser lepas-pantai (offshore placers)


 Deposit plaser lepas-pantai terdapat pada daerah paparan
kontinen, yang biasanya tersebar sepanjang beberapa kilo-
meter dari pantai.
 Terbentuk karena terendamnya aluvial oleh permukaan laut
yang naik, atau tenggelamnya suatu plaser pantai.

Geologi Sumberdaya Mineral 38/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Sejalan dengan kemajuan teknologi pengerukan, dan ke-


mampuan bekerja dengan aman di kala musim angin ken-
cang, maka pengerukan deposit ini dapat mencapai keda-
laman hingga 50 m. Selain kapal keruk, digunakan juga
kapal isap.
 Contoh suatu deposit lepas-pantai yang sangat baik adalah
deposit kasiterit yang terdapat di daerah lepas-pantai Pulau
Singkep (dahulu), Bangka, dan Pulau Belitung.

Geologi Sumberdaya Mineral 39/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Di daerah lepas-pantai Pulau Bangka dan Belitung, deposit


ditemukan dalam alur-alur sungai purba yang tenggelam
akibat digenangi air laut yang naik karena mencairnya es
pada Kala Plistosen. Sampai saat ini penambangannya
masih berlangsung, yang diusahakan oleh PT Timah.
 Contoh lain ialah suatu deposit fosil yang ditemukan di
daerah Cekungan Witwatersrand. Deposit ini terbentuk di
lingkungan delta – khususnya pada bagian kipas delta
(Gambar 7).
Geologi Sumberdaya Mineral 40/70
1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Mineral yang menjadi


penyusun utama deposit
ini adalah emas dan
uranium [terutama
uraninit (UO2)].

Gambar 7. Formasi kipas delta di Cekungan Witwatersrand


yang merupakan contoh deposit plaser lepas-pantai
fosil
Geologi Sumberdaya Mineral 41/70
1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

1.1.6 Plaser aeolian (aeolian placers)


 Terbentuk dari onggokan plaser pesisir/pantai yang menga-
lami pengerjaan-ulang oleh angin.
 Salah satu contohnya adalah yang terdapat di North Island,
New Zealand, berupa deposit pasir titanomagnetik dengan
jumlah cadangan yang sangat besar, lebih dari 1.000 Mt.
 Kandungan mineral berat lain yang dapat dijumpai adalah :
ilmenit, zirkon (ZrSiO4), leukosen (leucoxene ; ilmenit ter-
ubah), dan rutil (TiO2).

Geologi Sumberdaya Mineral 42/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Contoh lain yaitu yang terdapat di daerah pesisir pantai


Sindangbarang, Kabupaten Cianjur bagian selatan, yang
tersingkap berupa gumuk-gumuk pasir besi.
 Gumuk-gumuk tersebut diperkirakan merupakan suatu
endapan aeolian. Sudah ditambang, namun sekarang tidak
lagi karena ternyata merusak lingkungan.

Geologi Sumberdaya Mineral 43/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

 Sebenarnya gumuk-gumuk tersebut beserta tumbuh-tum-


buhan yang hidup di atasnya, merupakan pelindung
daratan dari terjangan gelombang tsunami yang sangat
berpotensi terjadi di selatan Pulau Jawa.

Geologi Sumberdaya Mineral 44/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

Ada 2 hal yang menjadi pokok pembicaraan, yaitu :


1. Deposit formasi besi berlapis [deposit of banded iron
formation (B.I.F.)], dan
2. Deposit mangan sedimen.

1.2.1 Formasi besi berlapis (B.I.F.)


 Dicirikan oleh perlapisan bijih besi yang halus, dengan kete-
balan berkisar dari 0,5 – 3 cm, yang tersusun oleh laminasi-
laminasi berketebalan dalam mm.
Geologi Sumberdaya Mineral 45/70
1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

 Perlapisan bijih besi tsb berselang-seling dengan lapisan-


lapisan silika – dalam bentuk rijang, atau kristal.
 Mineral bijih besinya adalah hematit (Fe2O3).
 B.I.F. dapat juga mengandung alumina, namun dengan ka-
dar yang < 1% ; berbeda dengan yang terdapat dalam batu-
besi Fanerozoik, yang kadarnya dapat mencapai beberapa
persen.

Geologi Sumberdaya Mineral 46/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

Dalam B.I.F. dapat dikenal 4 macam fasies, yaitu : 1. Fa-


sies oksida, 2. Fasies karbonat, 3. Fasies silikat, dan 4. Fasies
sulfida.

1. Fasies oksida
 Fasies ini adalah fasies yang terpenting, dan dapat dibagi
menjadi subfasies hematit dan magnetit (Fe3O4), tergantung
kepada jumlah oksida besi yang dominan, serta secara ber-
angsur berubah dari satu subfasies ke subfasies yang lain.
Geologi Sumberdaya Mineral 47/70
1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

 Pada B.I.F. yang sedikit lapuk, hematit terlihat abu-abu ber-


butir halus, atau berwarna spekularit kebiruan.
 Terkadang dijumpai tekstur oolitik yang memberi petunjuk
bahwa hematit terbentuk dalam lingkungan air dangkal,
tetapi di tempat lain berderai tanpa struktur.
 Lapisan rijang bervariasi dari material-material kriptokristalan
berbutir-halus sampai mosaik yang saling-tumbuh dengan
butir kuarsa.

Geologi Sumberdaya Mineral 48/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

 Pada subfasies magnetit, perselingan terjadi antara perla-


pisan besi silikat, atau karbonat dan lapisan rijangan.
 Pada umumnya fasies oksida mengandung besi antara 30 –
35%, yang memungkinkan untuk ditambang secara mengun-
tungkan.

Geologi Sumberdaya Mineral 49/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

2. Fasies karbonat
 Tersusun oleh perselingan antara lapisan rijang dan siderit
(FeCO3) dalam jumlah yang seimbang.
 Dengan melalui batuan kuarsa-siderit-magnetit, subfasies ini
berubah menjadi fasies oksida, atau dengan kehadiran pirit
berubah menjadi subfasies sulfida.
 Siderit muncul sebagai akumulasi lumpur halus, dan tidak
memperlihatkan tekstur oolitik, atau granular.

Geologi Sumberdaya Mineral 50/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

3. Fasies silikat
 Tersusun oleh mineral-mineral silikat besi yang umumnya
berasosiasi dengan magnetit, siderit, dan rijang, membentuk
perlapisan yang saling bergantian.
 Kandungan Fe pada subfasies karbonat dan silikat biasanya
berkisar antara 25 – 30%, sehingga tidak ekonomis.
 Keberadaannya menjadikan masalah benefesiasi.

Geologi Sumberdaya Mineral 51/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

4. Fasies sulfida
 Tersusun oleh lempung piritik karbonatan, lajur batuan tipis
yang mengandung material organik dan karbon hingga 7 –
8%.
 Sulfida utamanya adalah pirit berbutir halus yang tampak sa-
ngat jelas pada sampel poles.

Geologi Sumberdaya Mineral 52/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

Prakambrium B.I.F. dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :


1. Tipe algoma.
 Dicirikan oleh jalur batuhijau Arckhean, yang tersusun
oleh asosiasi volkanik-grewek yang menunjukkan ling-
kungan palung.
 Terdapat juga fasies oksida, karbonat, dan sulfida, serta
silikat besi yang sering terlihat dalam fasies karbonat.
 Ketebalannya berkisar dari beberapa cm – ratusan m, de-
ngan panjang penyebaran hanya beberapa km.
Geologi Sumberdaya Mineral 53/70
1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

2. Tipe superior.
 Dicirikan oleh batuan beralur tipis yang merupakan
bagian dari fasies oksida, karbonat, dan silikat.
 Alur-alurnya berirama, tersusun oleh alur kaya-besi dan
lapisan rijangan miskin-besi, dengan ketebalan berkisar
dari beberapa cm sampai beberapa m, merupakan ciri
yang menonjol dan khusus, sehingga memungkinkan
untuk mengadakan korelasi antar B.I.F. dalam jarak yang
jauh.
Geologi Sumberdaya Mineral 54/70
1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

 Umumnya tidak mengandung material-material klastik.


 Stratigrafinya berasosiasi rapat dengan kuarsit dan
serpih hitam karbonan, dan sering juga bersama kong-
lomerat, dolomit, rijang masif, breksi rijang, dan argilit.
 Penyebaran B.I.F. superior dapat mncapai beberapa
ratus km dengan ketebalan lapisan berkisar dari bebe-
rapa puluh m hingga ratusan m.

Geologi Sumberdaya Mineral 55/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

 Pada umumnya lapisan B.I.F. terhampar tidak-selaras di


atas batuan dasar yang termetamorf-kuat. Di beberapa
tempat, lapisan B.I.F. terpisah dari batuan dasarnya oleh
adanya lapisan kuarsit, pasir, dan serpih.
 Berdasarkan urutan asosiasi batuan dan struktur sedi-
mennya, menunjukkan bahwa B.I.F. superior terbentuk
dalam air yang cukup dangkal di paparan kontinen.

Geologi Sumberdaya Mineral 56/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

1.2.2 Batubesi Fanerozoik (phanerozoic ironstones)


Deposit ini terdiri dari 2 tipe, yaitu : Clinton dan Minette.
Nilai ekonomi keduanya berkurang karena kadar Fe-nya yang
rendah. Berikut ciri-ciri kedua tipe tsb. :
1. Tipe Clinton.
 Berupa lapisan batuan siderit-khamosit-hematit yang
masif.

Geologi Sumberdaya Mineral 57/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

 Kadar Fe berkisar dari 40 – 50% dan mengandung Al dan


P yang tinggi dibandingkan dengan yang ada pada B.I.F.
 Tidak dijumpai lapisan rijang, dan silika hadir dalam mi-
neral silikat besi pada sejumlah kecil butiran kuarsa.
 Deposit ini umum dijumpai pada batuan berumur Kam-
brium sampai Devon di daerah Amerika Utara barat.

Geologi Sumberdaya Mineral 58/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

2. Tipe Minette.
 Tipe paling umum dan luas, dengan mineral utama ada-
lah siderit dan oolitik khamosit, yaitu khlorit kaya-Fe
[(Mg,Fe,Al)6(Al,Si)4O10(OH)8], khlorit-besi yang lain.
 Kadar Fe-nya sekitar 30%, sementara kapur (CaO) 5 –
20%, dan silika pada umumnya > 20%.

Geologi Sumberdaya Mineral 59/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

 Tersebar dan menjadi penting pada batuan berumur Me-


sozoik di Eropa.
 Tidak memperlihatkan fasies oksida, karbonat, dan
silikat.

Geologi Sumberdaya Mineral 60/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

1.2.3 Deposit mangan sedimen


 Logam mangan sangat banyak manfaatnya, antara lain un-
tuk pakan ternak, makanan, campuran pupuk, fungisida dll.
 Secara khusus, logam ini dipakai dalam pembuatan baterai
sel kering.

Geologi Sumberdaya Mineral 61/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

 Geokimia mangan dan besi memperlihatkan suatu kesa-


maan, yang mana kedua elemen ini berkemungkinan untuk
bergerak dan diendapkan bersamaan. Kasus ini dapat di-
amati di Distrik Cuyuna, di mana deposit mangan yang
kaya berumur Prekambrium, dijumpai dalam formasi besi
dengan kandungan bijih > 20%.

Geologi Sumberdaya Mineral 62/70


1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

 Di tempat lain, antara mangan dan besi telah mengalami


pemisahan yang lengkap, yang berlangsung selama pela-
pukan, pengangkutan, dan pengendapan. Hasilnya adalah
bijih besi yang hampir bebas dari mangan dan banyak bijih
mangan yang kadar besinya sedikit.
 Diyakini oleh para ahli bahwa pemisahan terjadi karena aksi
anoxia, yang kemudian menghasilkan suatu deposit raksasa
yang diendapkan dalam cekungan intrakraton pada ling-
kungan laut dangkal.
Geologi Sumberdaya Mineral 63/70
1.2 Deposit autohton (autochthonous deposits)

 Mineral yang dominan dalam zona oksida pada deposit ini


adalah pirolusit (MnO2), psilomelan [(Ba,H2O)2Mn5O10], dan
beberapa mineral karbonat, seperti : manganokalsit dan
rodokhrosit (MnCO3). Kadar Mn dalam deposit ini berkisar
dari 15 – 25%.
 Pada Gambar 8 tampak penampang diagramatik deposit ma-
ngan di daerah Nikopol, Pelataran Ukraina. Berikut penje-
lasannya.

Geologi Sumberdaya Mineral 64/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

Awalnya batuan dasar yang berumur Prakambrium merupakan suatu da-


ratan, yang di sana berlangsung proses pelapukan, dan erosi, mengha-
silkan endapan daratan berupa lapukan batuan dasar (weathering crust on
basement), yang terletak/terhampar di atas batuan dasar.
Geologi Sumberdaya Mineral 65/70
1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

Selanjutnya, daerah ini mengalami genang laut, yang kemudian mengen-


dapkan pasir dengan lensa-lensa batubara – pada bagian tengah ce-
kungan, pasir dan lempung di dalam sub-cekungan dangkal di sebelah
utara, dan juga pasir dan lempung pada bagian yang agak dalam di se-
belah selatan.
Geologi Sumberdaya Mineral 66/70
1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

Sesudah itu, di atas unit pasir dan lempung, berlangsung pengendapan


unit lempung, napal, dan batulanau pada bagian tengah cekungan sam-
pai di kedalaman.

Geologi Sumberdaya Mineral 67/70


1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

Kemudian, di atas unit lempung, napal, dan batulanau, mengendaplah


bijih oksida mangan pada bagian dangkal di sebelah utara hingga ke ba-
gian tengah, berubah perlahan menjadi bijih karbonat-oksida mangan ke
arah yang sedikit dalam, dan semakin ke selatan ke arah yang lebih da-
lam, berubah menjadi bijih karbonat mangan.
Geologi Sumberdaya Mineral 68/70
1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

Pada bagian ini, dijumpai lapisan-lapisan bijih mangan yang berselang-


seling dengan lapisan pasir, lanau, dan lempung. Tebal lapisan ini berkisar
dari 0 – 4,5 m, rata-rata 2 – 3,5 m, dan tersebar sepanjang lebih dari 250
km.
Geologi Sumberdaya Mineral 69/70
1.1 Deposit alohton (allochthonous deposits)

Episode pengendapan yang terakhir adalah pengendapan pasir di ke-


dangkalan sebelah utara, yang berangsur berubah menjadi lempung,
napal, dan batulanau ke arah yang semakin dalam di bagian tengah ce-
kungan, dan selanjutnya secara perlahan berubah menjadi lempung dan
napal di bagian cekungan yang lebih dalam di sebelah selatan.
Geologi Sumberdaya Mineral 70/70

You might also like