Qurrata A’yun (G2A016056) Tiara Widya Hapsari (G2A016057) Nihayatuzzulfah (G2A016058) Rizaldy Yuananda (G2A016069) Impetigo adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri (Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes .
Berdasarkan gejalanya, impetigo dibagi
dua, yaitu: Impetigo bulosa, ditandai dengan kulit yang melepuh dan berisi cairan. Kemunculan impetigo bulosa biasanya juga disertai dengan demam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Impetigo nonbulosa, ditandai dengan munculnya bercak-bercak merah, seperti luka yang meninggalkan kerak berwarna kuning kecokelatan. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko penularan impetigo di antaranya: Melakukan aktivitas yang rentan terjadi kontak kulit. Lingkungan yang padat. Menyerang anak-anak berusia 2-5 tahun. Suhu lembap dan hangat. Lemahnya sistem kekebalan tubu Menderita diabetes. Memiliki luka terbuka pada kulit Nama :Goldenseal Botanical name :Hydrastis canadensis Kandungan Zat :Menurut USP, dalam akar kering dan rhizoma Hydrastis canadensis L mengandung tidak kurang dari 2% hydrastine dan 2.5% barberine. Goldenseal mengandung senyawa yang disebut berberin,Berberine merupakan garam amonium kuarterner. Dalam bentuk garamnya berupa kristal kuning terang. Berberin dapat mengaktifkan sel-sel darah putih, membuat lebih efektif untuk memerangi infeksi dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.Berberin digunakan sebagai antibiotik dan disinfektan, baik eksternal maupun internal. Tanaman ini memiliki zat antibakteri serta sifat antiseptik yang dapat membantu mensterilkan luka kulit dan lecet. Siapkan secangkir teh herbal dengan seduhan 1 sendok teh bubuk goldenseal dalam 1 cangkir air panas selama 10 menit. Saring dan biarkan dingin. Gunakan teh untuk membersihkan daerah yang terinfeksi dua kali sehari selama beberapa hari. Demam typhoid atau sering disebut dengan tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multi sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi Jenis lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. paratyphi C). Demam Typhoid memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain (Muttaqin, A & Kumala, S. 2011; idagdo, 2011) Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodomal, yaitu : Demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten, dan dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi Gangguan pada Saluran Pencernaan Nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah, lidah putih kotor (coated tounge) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa membesar, disertai nyeri pada perabaan. Gangguan Kesadaran Kesadaran menurun, walaupun tidak terlalu merosot, yaitu apatis sampai samnolen atau somnolence adanya roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit. Nama : Sambiloto Botanical Name : Andographis paniculoto Kandungan : Laktone, asam kersik, dammar dan Flavatiod. Sambiloto memiliki karakteristik pahit dan dingin. Daun sambiloto banyak mengandung senyawa Andrographolide, yang merupakan senyawa lakton diterpenoid bisiklik. Andrographolide memiliki sifat melindungi hati (hepatoprotektif) dari efek negative galaktosamin dan parasetamol. Air rebusan sambiloto dapat merangsang daya fagositosis sel darah putih. Sementara senyawa andrografoid yang terkandung didalamnya diketahui dapat menurunkan demam Sifat kholeretik, anti inflamasi dan anti bakteri, komponen aktifnya seperti coandrografolid, deoksiandografolid dan 14-deoksi-11, 12- didehidroangrafolid berkhasiat anti radang dan antipiretik. Fungsi dari tanaman ini adalah untuk menurunkan panas atau demam, anti racun , anti bengkak, meningkatkan kekebalan tubuh serta mengatasi infeksi dan merangsang fagositosis. Kandungan : Laktone, asam kersik, dammar dan Flavatiod. Daun sambiloto segar sebanyak 10-16 lembar direbus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring tambahkan madu secukupnya lalu diminum sekaligus.Lakukan 3xsehari. Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Selain infeksi virus, penyebab diare lainnya adalah: Infeksi bakteri, seperti Campylobacter, Clostridum difficile, Escherichia coli, Salmonella, dan Shigella. Infeksi parasit, contohnya Giardia. Alergi makanan. Makanan yang mengandung pemanis buatan. Intoleransi fruktosa (pemanis alami pada madu dan buah-buahan) dan intoleransi laktosa (zat gula yang terdapat pada susu dan produk sejenisnya). Pasca operasi batu empedu. Efek samping obat-obatan, misalnya antibiotik yang dapat mengganggu keseimbangan alami bakteri dalam usus sehingga menimbulkan diare. Nama : Jambu Biji Nama asing : Guava Botanical name : Psidium Guajava L Kandungan : Daun jambu biji menurut kartasapoetra (1996), mengandung zat-zat penyamuk (psiditanin) sekitar 9%, minyak atsiri berwarna kehijauan yang mengandung eugenol 0,4 %, minyak lemak 6%, damat 3% dan garam mineral Menurut Nana wildiana (2002), jambu biji mempunyai zat kimia yang sebagai zat aktif adalah flavonoid, alkaloid, tanin, pectin, minyak atsiri, tannin yang dapat digunakan sebagai anti bakteri, absorbent (pengelat atau penetral racun), astringent (melapisi dinding mukosa usus terhadap rangsangan isi usus) dan antispasmolotik (kontraksi usus) Sedang penelitian terhadap kemampuan rebusan daun jambu biji dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia colli dan Staphylococcus aureus menunjukkan, kadar terendah 2% dapat menghambat pertumbuhan S. aureus dan dalam kadar 10% dapat menghambat pertumbuhan E. colli. Hasil penelitian itu dapat digunakan sebagai dasar penggunaan daun jambu biji sebagai obat diare akibat infeksi . Zat aktif dalam daun jambu yang dapat mengobati diare adalah tanin. Dalam penelitian terhadap daun kering jambu biji yang digiling halus diketahui, kandungan taninnya sampai 17,4%. Makin halus serbuk daunnya, makin tinggi kandungan taninnya.Senyawa itu bekerja sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar.Tanin juga menjadi penyerap racun dan dapat menggumpalkan protein. Untuk memanfaatkan jambu biji sebagai obat diare dapat dilakukan dengan merebus 15 – 30 g daun kering jambu biji dalam air sebanyak 150 – 300 ml. Perebusan dilakukan selama 15 menit setelah air mendidih. Hasil rebusan disaring dan siap untuk diminum sebagai obat diare. Bila ingin memanfaatkannya dalam bentuk segar, diperlukan 12 lembar daun segar, dicuci bersih, ditumbuk halus, ditambah ½ cangkir air masak dan garam secukupnya. Hasil tumbukan diperas, disaring, lalu diminum.Supaya terasa enak, ke dalamnya bisa ditambahkan madu.