You are on page 1of 35

Bed Side Teaching

KERATITIS EXPOSURE
Preseptor :
Dr. Fitratul Illahi, Sp.M (K)

Presentan :
Nor Azuan Bin Mohd Salim 1840312406
Ghiana Rizkyta 1510312040

Bagian Ilmu Kesehatan Mata


RSUP Dr. M. Djamil Padang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2019
• Keratitis : suatu inflamasi pada kornea, yang dapat
terjadi akibat infeksi oleh mikroorganisme maupun
akibat non-infeksi karena proses autoimun.
• Jika kornea mengalami luka akibat trauma, infeksi,
atau inflamasi, akan terjadi gangguan pada integritas
jaringan kornea sehingga terjadi kekeruhan yang pada
umumnya bersifat permanen.
• Dapat mengancam penglihatan bahkan pada kasus
yang berat dapat mengakibatkan kehilangan bola
mata.
Keratitis Exposure
• Dapat terjadi pada kornea yang tidak terjaga
kelembabannya dengan baik dan tidak tertutup
sempurna oleh palpebral, seperti misalnya pada
eksoftalmus, ektropion, floppy lid syndrome,
hilangnya bagian palpebral karena trauma,
ketidakmampuan menutup mata seperti pada Bell’s
palsy.
• Bagian kornea yang tidak terutupi kelopak akan
kering selama tidur sehingga ulkus umumnya
terbentuk sepertiga inferior kornea.
• Bersifat steril kecuali jika terjadi infeksi sekunder.
Epidemiologi
• Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun
1995-2011, kebutaan akibat penyakit kornea merupakan
penyebab kebutaan kelima terbanyak di dunia setelah
katarak, glaucoma, degenerasi makula, dan kelainan
refraksi.
• Di negara-negara berkembang yang beriklim tropis,
kebutaan kornea menempati urutan kedua sebagai
penyebab kebutaan dan penurunan tajam penglihatan
setelah katarak.
• Di Indonesia, berdasarkan data Survei Kesehatan Indera
Departemen Kesehatan tahun 1993-1996, kelainan kornea
menempati urutan kelima sebagai penyebab kebutaan
setelah katarak, glaucoma, kelainan refraksi, serta retina.
Etiologi
• Selain menjadi bagian sistem media refraksi,
kornea juga berperan melindungi struktur
segmen anterior mata dari kerusakan.
• Berbagai jenis penyakit dapat menyebabkan
perubahan spesifik atau non-spesifik pada
jaringan kornea, termasuk inflamasi, infeksi,
degenerasi, kondisi herediter, dan neoplasma.
• Sebagian besar penyakit kornea disebabkan oleh
proses inflamasi yang bermanifestasi sebagai
keratitis.
Patofisiologi
• Inflamasi pada kornea ditandai dengan edema lokal atau difus
nonspesifik yang menyebabkan hilangnya transparansi kornea.
• Reaksi vaskular awal terhadap inflamasi kornea adalah hiperemia
perilimbal lokal yang dapat meluas hingga ke sekeliling limbus.
• Sel inflamasi seperti leukosit dan makrofag berasal dari pembuluh
darah limbus superfisial atau profunda.
• Leukosit akan bermigrasi ke tempat awal stimulus inflamasi
melalui jalur interlamelar dan menyebabkan iregularitas struktur
lamela kornea.
• Migrasi awal sel inflamasi mengandung sel leukosit
polimorfonuklear (PMN) intralamelar yang muncul dalam 8-12
jam setelah terjadi lesi atau luka kornea.
• Dalam 12-16 jam, makrofag yang bermigrasi
(fagosit) akan muncul dari limbus, disertai
makrofag jaringan berasal dari sel stroma; sel-sel
ini mulai memfagositosis mikroorganisme dan
produl inflamasi.
• Dari beberapa laporan penelitian selular
ditunjukkan bahwa antigen yang berhubungan
dengan makrofag memberikan sinyal untuk
memulai stimulus elemen limfotik dan respon imun
spesifik.
• Dalam tahap penyembuhan inflamasi,
neovaskularisasi kornea terjadi sebagai respons
terhadap beberapa faktor seperti edema kornea,
infiltrasi selular, nekrosis jaringan, perubahan pH,
proses oksidatif enzim sel inflamasi.
• Perluasan vaskularisasi bervariasi sesuai dengan
berat, durasi, serta luas fokus inflamasi.
• Rasa nyeri yang sering terjadi pada keratitis
umumnya muncul bersamaan dengan inflamasi
kornea dan terjadi stimulasi ujung-ujung saraf
sensorik nervus trigeminus cabang siliaris, di lapisan
subepitelial kornea.
• Pada infeksi tertentu, inflamasi dapat menurunkan
sensasi rasa nyeri kornea seperti pada keratitis
herpes simpleks (HSV, herpes simplex virus), yang
mengalami rasa nyeri ringan hanya pada tahap awal.
• Fotofobia pada inflamasi kornea terjadi akibat
kontraksi iris yang mengalami inflamasi; selain itu
terjadi dilatasi pembuluh darah iris sebagai refleks
terhadap iritasi pada corneal nerve ending.
Manifestasi klinis
• Mata merah disertai dengan penurunan tajam
penglihatan berupa buram berkabut.
• Nyeri hebat serta sensistivitas berlebihan terhadap
cahaya/fotofobia, serta kadang-kadang berair.
• Sekret pada mata (ulkus bakteri yang purulen).
• Tingkat keparahan infeksi kornea biasanya
bergantung pada kondisi kornea yang mendasari serta
patogenisitas organisme penginfeksi.
• Tanda yang muncul: injeksi konjungtiva dan sklera,
lesi yang terwarnai positif dengan fluoresin (jika
terdapat defek), infiltrat kornea dengan atau tanpa
hipopion di bilik mata depan, dan blefarospasme.
Diagnosis
Anamnesis
• Riwayat penyakit dan kondisi sistemik seperti
diabetes, AIDS, keganasan dan lain-lain sangat
penting dalam penentuan diagnosis.
• Riwayat trauma atau pemakaian lensa kontak
biasanya akan memperlihatkan benda asing, erosi,
atau infiltrat di kornea.
• Riwayat penyakit kornea berulang juga penting
ditanyakan.
• Riwayat penggunaan tetes mata seperti penggunaan
kortikosteroid yang dapat memperberat infeksi
bakteri atau jamur juga harus ditanyakan.
Pemeriksaan fisik
• Evaluasi sensasi kornea untuk kemungkinan
keratopati neurotropik sebelum pemberian
anestesi topical.
• Sensasi kornea dapat diuji dengan kapas atau
dengan graded Cochet Bonnet esthesiometer.
• Pemeriksaan Slip lamp dengan atau tanpa
perwarnaan fluoresein.
• Pewarnaan fluoresein dapat menunjukkan lesi
epitel superfisial dan lesi yang lebih dalam di
stroma.
Tatalaksana
• Artificial tears with nightly lubricating
ointment.
• Soft bandage contact lens
• Tatalaksana bedah: Tarsorrhaphy by suturing
the lids together
Identitas pasien
Nama : Nn. MG
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 22 Tahun
Negeri Asal : Indonesia
Alamat : Padang Pariaman
Pekerjaan : Mahasiswa
Seorang pasien Perempuan 22 tahun datang ke poli mata RSUP
Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 29 Mei 2019 dengan

Keluhan Utama
Kedua mata terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
• Kedua mata terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu
• Keluhan mata merah pada kedua mata yang hilang
timbul
• pasien mengeluh mata berair hilang timbul dan
pengelihatan kabur
• Riwayat kemasukan sesuatu di kedua mata
disangkal
• Pasien sebelumnya dibawa ke dokter spesialis mata
RSUD pariaman dan diberikan cendolytears ed
• Pasien tidur dengan mata yang tidak tertutup
sempurna
Riwayat Penyakit Dahulu
• Tidak ada riwayat DM dan hipertensi
• Pasien pernah menggunaan kacamata sferis -
0,25 dan silindris 1 pada kedua mata
• Tidak ada riwayat operasi sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada anggota keluarga pasien yang
menderita penyakit yang sama seperti pasien
• Riwayat keluarga menggunakan kacamata
ada
Pemeriksaan Umum
• Keadaan Umum : Baik
• Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Nadi : 84x / menit
• Suhu : 36,5 ºC
• Pernapasan : 24x/ Menit
• Sianosis : Tidak ada
• Ikterus : Tidak ada
• Edema : Tidak ada
• Anemis : Tidak ada
• Tinggi badan : 156 Cm
• Berat badan : 37 Kg
Pemeriksaan Umum
• Kulit : Teraba hangat
• Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran KGB
• Kepala : Bulat, simetris
• Rambut : Hitam , tidak mudah rontok
• Mata : Status oftalmikus
• Telinga : Tidak ditemukan kelainan
• Hidung : Tidak ditemukan kelainan
• Tenggorok : Tonsil T1-T1, tidak hiperemis, faring
tidak hiperemis
• Gigi dan mulut : Karies dentis(-), mukosa bibir basah
• Leher : JVP 5-2 cmH2O
Pemeriksaan Umum
Dada
• Paru
– Inspeksi : Normochest, Retraksi tidak ada
– Palpasi : Fremitus kiri =kanan
– Perkusi : Sonor
– Auskultasi : SN vesikuler, rhonki -/-.
Wheezing -/-
Pemeriksaan Umum
• Jantung
– Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
– Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari LMCS RIC V
– Perkusi : Batas kanan bawah: Linea parasternal
kanan LMCS RIC IV
Batas kiri bawah: 1 jari LMCS RIC V
Batas atas: parasternal kiri RIC II
– Auskultasi : Irama regular, bising jantung tidak ada
Pemeriksaan Umum
• Perut
– Inspeksi : Distensi tidak ada
– Palpasi : Supel, pembesaran hepar lien tidak
ada
– Perkusi : Timpani
– Auskultasi : Bising usus (+), Normal
• Punggung : tidak ditemukan kelainan
• Genitalia : Tidak diperiksa
• Anggota gerak : Akral hangat, CRT <2 detik
Pemeriksaan Laboratorium
• LED 40 (Meningkat)
• T4 6,78 (N)
• Ft4 1,19 (N)
Status Ophtalmikus
Status Ophtalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 20/400 ph 20/100 1/60 ph 20/100
Visus dengan koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Fundus + +
Madarosis (-) Madarosis (-) T
Silia/Supersilia
Trichiasis (-) richiasis (-)
Edema (-) Edema (-)
Palpebra Superior Massa (-) Massa (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema (-) Edema (-)
Palpebra Inferior Massa (-) Massa (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Status Ophtalmikus
Status Ophtalmikus OD OS
Silia lengkap Silia lengkap
Margo Palpebra Massa (-), Sekret (-) Massa (-), Sekret (-)
Edema (-), Krusta (-) Edema (-), Krusta (-)
Nyeri (-), Sekret (-), Nyeri (-), Sekret (-),
Aparat Lakrimalis Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Lakrimasi Normal Lakrimasi normal
Hiperemis (-), Sekret Hiperemis (-), Sekret
Konjungtiva Tarsalis (-), Papil (-), Folikel (-), (-), Papil (-), Folikel (-),
Cobble Stone (-) Cobble Stone (-)

Injeksi Konjungtiva (-), Injeksi Konjungtiva (-),


Konjungtiva Fornik
Injeksi Siliar (-) Injeksi Siliar (-)
Status Ophtalmikus
Status Ophtalmikus OD OS
Injeksi Konjungtiva (-), Injeksi Konjungtiva (-),
Konjungtiva Bulbi
Injeksi Siliar (-) Injeksi Siliar (-)

Sklera Putih Putih

Ulkus (+) di
Ulkus (+) di marginal
parasentral (inferior)
Kornea (inferior) diameter 2-
diameter 0,5-1mm
3 mm arah jam 7
arah jam 7
Status Ophtalmikus
Status Ophtalmikus OD OS
Kamera Okuli Anterior Cukup Dalam (VH3) Cukup Dalam (VH3)
Iris Cokelat Cokelat

Pupil Bulat, RP (+/+), Bulat, RP (+/+),


diameter 3 mm diameter 3 mm

Lensa Bening Bening


Status Ophtalmikus
Status Ophtalmikus OD OS
Korpus vitreum Jernih Jernih

Fundus :
- Media Bening Bening
- Papil optik Bulat, batas tegas, c/d 0,5-0,6 Bulat, batas tegas, c/d 0,5-0,6
- Retina Perdarahan(-), eksudat(-) Perdarahan(-), eksudat(-)
- Aa/vv retina 2:3 2:3
- Makula Reflex fovea (+) Reflex fovea (+)

Tekanan bulbus okuli N N

Posisi bola mata Ortoforia Ortoforia

Gerak bola mata Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah


Diagnosis Kerja
Keratitis Exposure ODS

Diagnosis Banding
Keratokonjungtivitis Fliken ODS
Terapi
• Non cort 6x1 ODS
• LFX ed 6x1 ODS
• Cenfresh ed 6x1 ODS
• Konsul interne (tiroid dan TBC)
• Chloramphenicol ed 2x1 ODS
Edukasi

• Menjelaskan kepada pasien bahwa obat harus dipakai


secara teratur
• Menjelaskan kepada pasien bahwa harus selalu control
teratur untuk pemantauan dan perkembangan penyakitnya.
TERIMA KASIH

You might also like