You are on page 1of 42

PROGRAM

PENANGGGULANGAN
TUBERKULOSIS
DI INDONESIA

Joko sp
Visi, Misi, Tujuan dan Kebijakan
• Visi
– Tuberkulosis tidak lagi menjadi msl kes di
masyarakat

• Misi
a. Menetapkan kebijakan, memberikan panduan serta
membuat evaluasi scr tepat, benar dan lengkap
b. Menciptakan iklim kemitraan dan transparansi pada
upaya penanggulangan peyakit tuberkulosis
c. Mempermudah akses pelayanan pend TB u/
mendapatkan pelayanan yg sesuai dgn standar
mutu
• Tujuan
a. Jangka panjang
Menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian dgn cara memutus rantai
penularan
b. Jangka pendek
– Tercapainya angka kesembuhan min
85% dari semua penderita TB
– Tercapainya cakupan penemuan pend scr
bertahap
Kebijakan operasional
a. Dilaksanakan scr desentralisasi
b. Dilaksanakan di seluruh unit yankes
c. Prioritas ditujuan thd peningkatan mutu
pelayanan, penggunaan obat rasional dan
paduan obat sesuai dgn strategi DOTS
d. Target program pengobatan intensif min
80%, angka kesembuhan min 80%
e. Pemeriksaan dahak yang bermutu
f. OAT scr Cuma-Cuma
g. Pemantauan, supervisi, dan evaluasi
program
h. Menggalang kerjasama dan kemitraan dgn
program terkait, sektor pemerintah, dan
swasta
Strategi
a. Paradigma sehat
1. me↑kan penyuluhan u/ menemukan
kasus dini, me ↑kan cupan program
2. Promosi kesehatan  me ↑kan prilaku
hidup sehat
3. Perbaikan perumahan, pe ↑kan status
gizi
Strategi
b. Strategi DOTS
1. Komitmen politis dari para pengambil
keputusan, termasuk dukungan dana
2. Diagnosis TB dgn pemr dahak scr
mikroskopik
3. Pengobatan dgn paduan OAT jangka pendek
dgnpengawasan langsung oleh PMO
4. Kesinambgan persediaan OAT jangka pendek
dgn mutu terjamin
5. Pencatatan pelaporan secara aku u/
memuhkan pemantauan dan evaluasi
program
Kegiatan penanggulangan
a. Penemuan dan diagnosis penderita
1. Penentuan klasifikasi dan tipe
2. Pemeriksaan dahak scr miroskopis
3. Pengobatan penderita dan pengawasan
pengobatan
b. Cross check sediaan dahak
c. Pencatatan dan pelaporan
d. Penyuluhan TBC
e. Supervisi
f. Monitoring dan evaluasi
g. Perencanaan
h. Pengelolaan Logistik
i. Pelatihan
j. Penelitian
Pengobatan Tuberkulosis
Tujuan
a) Menyembuhkan penderita
b) Pencegah kematian
c) Mencega kekambuhan
d) Menurunkan tingkat kekambuhan.
Pengobatan Tuberkulosis
Jenis
• Isoniasid (H)
– (INH), bacterisid, membunuh 90%, efektif
pada kuman yg sdg berkembang
– Dosis harian 5 mg/kg BB, intermiten 3 X
seminggu 10 mg/kg BB
• Rifampisin ( R )
– Bakterisid, membunuh kuman semi dormant
(persistent) yg tak dapat dibunuh dgn INH
– Dosis harian 25 mg/kg BB, intermiten 3 X
seminggu 35 mg/kg BB
• Pirazinamid (Z)
– bakterisid, membunuh kuman yg berada dlm
sel dgn suasana asam
– Dosis harian 25 mg/kg BB, intermiten 3 X
seminggu 35 mg/kg BB
• Streptomisin (S)
– Bakterisid
– Dosis harian 15 mg/kg BB, intermiten 3 X
seminggu dosis sama
– Usia > 60 th 0,50 gr/hr, intermiten 3 X
seminggu dosis sama
• Etambutol (E)
– Bakteriostatis
– Dosis harian 15 mg/kg BB, intermiten 3 X
seminggu dosis 30 mg/kg BB
Prinsip Pengobatan

• Diberikan dlm bentuk kombinasi


• Jml cukup dan dosis tepat selama 6-
8 bln
• Dosis tahap intensif dan tahap
lanjutan, ditelan sbg dosis tunggal
pd saat perut kosong
• Diperlukan pengawasan langsung
(DOT) oleh seorang PMO
Tahap intensif
•Pada fase awal ini obat diberikan
setiap hari dgn pengawasan langsung
•Biasanya jika tepat pemberiannya dlm
kurun 2 minggu  tdk menular lagi
•BTA (+) menjadi BTA (-) konversi pd
akhir pengobatan

Pengawasan ketat pada tahap


intensif sangat penting untuk
mencegah kekebalan obat
Tahap lanjut
•Mendapatkan obat lebih sedikit,
namun jangka lebih lama

Tahap lanjutan penting untuk


membunuh kuman persisten
(dormant) shg mencegah
terjadinya kekambuhan
Obat yang digunakan

a) OAT FDC ( Fixed –dose combination ) 


Tablet yang berisi kombinasi beberapa
jenis obat anti tuberkulosis dengan dosis
tetap. Minum OAT Sesuai BB penderita.

b) Dulu menggunakan OAT kombipak yang


berisi OAT dalam jumlah banyak dalam
sekali minum
KEUNTUNGAN PENGGUNANAN
OAT FDC
a) Lebih aman dan mudah pemberiannya ==> satu
tablet FDC mengandung bbrpa jenis obat, shg
dpt dicegah penggunaan obat tunggal ==>
resisten
b) Lebih aman utk penderita. ==> menelan obat
lebih sedikit.
c) Lebih sesuai antara dosis obat dg BB penderita
d) Pengelolaan obat lebih mudah ==> hanya terdiri
dari bbrpa jenis tablet sdh dpt memenuhi semua
kebutuhan pengobatan TBC
JENIS TABLET FDC
Tablet FDC untuk dewasa : 4 FDC => 4
macam obat setiap tablet tdd :
- 75 mg Isoniasid ( INH )
- 150 mg Rifampisin
- 400 mg Pirazinamid
- 275 mg Etambutol.
• Obat ini digunakan setiap hari pada
tahap intensif dan untuk sisipan.
• Jml tablet digunakan sesuai BB
penderita
JENIS TABLET FDC

Tablet FDC untuk dewasa : 2 FCD  2


macam obat setiap tabletnya td ;
1) 150 mg Isoniasid
2) 150 mg Rifampisin.

• tablet ini digunakan utk


pengobatan intermiten 3 kali
seminggu pada fase lanjutan.
• Obat yang di minum sesuai BB
penderita.
DASAR PERHITUNGAN PEMBERIAN
OBAT
Dosis sesuai dg BB penderita.
Lama dan jml pemberian pd fase pengobatan;

A. KATEGORI I
Tahap intensif : 2 bln x 4 mgg x 7 hr = 56 dosis.
Tahap Lanjutan :4 bln x 4 mgg x 3 kali = 48 dosis

B. KATEGORI II
Tahap intensif :
– tablet 4 FDC; 3 bulan x 4 mgg x 7 hari = 84 dosis.
– inj. sterptomisin 2 bulan x 4 mgg x 7 hari = 56 dosis

Tahap Lanjutan :5 bulan x 4 mgg x 3 kali = 60


dosis
C. OAT FDC SISIPAN
Jumlah dosis pemberian :
1 bulan x 4 mgg x 7 hari = 28 Dosis.

D. KATEGORI anak
Tahap intensif :
2 bln x 4 mgg x 7 hari = 56 dosis.
Tahap lanjutan :
4 bulan x 4 mgg x 7 hari = 112 dosis
PANDUAN PEMBERIAN OAT FDC
KATEGORI I diberikan kepada :
• Penderita baru TB paru BTA positip.
• Penderita baru TB paru BTA neg /
Rontgen positif ( ringan/ berat )
• Penderita TB Ekstra paru ( ringan/
berat ).

Pemeriksaan dahak hrs tetap


dilakukan u/ evaluasi pelaksanaan
program penanggulangan TBC
DOSIS OAT KATEGORI I

Berat Badan Thp intensif tiap Thp lanjutan


hr slm 56 hari 3 X /mgg slm 16
mgg
30 – 37 kg 2 tablet 4FDC (112 2 tab. 2FDC ( 96
tab) tab)
38 – 54 kg 3 tablet 4FDC (168 3 tb.2FDC ( 144
tab ) tab)
55 – 70 kg 4 tablet 4FDC (224 4 tab 2.FDC ( 192
tab ) tab)
≥ 71 kg 5 tablet 4FDC (280 5 tab. 2FDC ( 240
tab ) tab )
KATEGORI II diberikan kepada :
• Penderita TB paru BTA positip
kambuh
• Penderita TB Paru BTA positip gagal
• Penderita TB paru berobat setelah
lalai yang kembali dg BTA positip.
KATEGORI II
Berat Badan Tahap insentif Tahap lanjutan
tiap hari 3 X/mgg slm 20 mgg

30 – 37 kg 2 tablet 4FDC + 500 2 tab. 4FDC + 2 tab.


mgr Streptomisin 2FDC + 2 tab
inj. Etambutol
38 – 54 kg 3 tablet 4FDC + 750 3 tb.2FDC + 3 tablet
mgr Streptomisin Etambutol
inj.
55 – 70 kg 4 tablet 4FDC + 1000 4 tab.4FDC +4 tab
mgr streptomisin 2.FDC + 4 tablet
inj. Etambutol
≥ 71 kg 4FDC +1000 mgr 5 tab. 4FDC + 5 tab.
streptomisin inj. 2FDC + 5 tablet
Etambutol
OAT Sisipan diberikan kepada :
• Bila pd akhir tahap intensif BTA
positip tidak konversi ke BTA negatip
• Pengobatan diberikan selama 28
hari.
KATEGORI anak : 2 (HRZ) / 4 (HR)
diberikan kepada Tb anak berusia 0 – 14th
Kat. Anak terdiri atas :
Obat 3 macam dikenal dg 3 FDC (HRZ)
tiap tablet mengandung :
–30 mg Isoniasid
–60 mg Rifampisin
–150 mg Pirazinamid

Tablet ini digunakan setiap hari dalam


tahap intensif sesuai berat badan
penderita.
• Tablet obat 2 macam dikenal 2 FDC
(HR ) tiap tablet mengandung :
– 30 mg Isoniasid ( INH )
– 600 mg Rifampisin

Tablet ini digunakan u/ pengobatan


setiap hari pada tahap lanjutan .
Dosis obat sesuai berat badan
penderita
KATEGORI anak
BERAT Thp intensif tiap Thp lanjutan tiap hr
BADAN hr selama 2 bulan selama 4 bulan
≤ 7 kg 1 tab 3FDC 1 tab 2 FDC
8 – 9 kg 1,5 tab 3FDC 1,5 tab 2 FDC
10 – 14 kg 2 tab 3 FDC 2 tab 2 FDC
15 – 19 kg 3 tab 3 FDC 3 Tab 2 FDC
20 – 24 kg 4 tab 3 FDC 4 tab 2 FDC
25 – 29 kg 5 tab 3FDC 5 tab 2 FDC
EFEK SAMPING OBAT
1. Diperkirakan sekitar 3-6 % penderita yg
diobati dg OAT-FDC dpt mengalami efek
samping.
2. Bila diketahui OAT-FDC penyebab efek
samping obat distop dan penderita di obati
dengan OAT Kombipak tanpa menyertakan
obat yg menyebabkan side efek tersebut.
3. Oleh karena itu OAT kombipak, ttp perlu
tersedia sebanyak 5 % di gudang farmasi
kabupaten/ kota dan propinsi.
Paduan Obat Kombipak
• OAT disediakan dalam bentuk paket
kombipak, u/ memudahkan pemberian
dan menjamin kelangsungan pengobatan

– Kategori 1 : 2HRZE / 4H3R3


– Kategori 2 : 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3
– Kategori 3 : 2HRZ / 4H3R3
Kategori 1 : 2HRZE / 4H3R3 (6 bln)
• Tahap intensif ; HRZE diberikan
setiap hari slm 2 bln
• Diteruskan tahap lanjutan HR
3X/mgg slm 4 bln
• Diberikan untuk
– Pend baru TB paru BTA (+)
– Pend baru TB paru BTA (-), Rongent (+),
sakit berat, lemah, batuk berdarah,
biakan kuman sangat banyak
– Pend TB ekstra papru berat
Kategori 2 : 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3
(8 bln)
• Tahap intensif ; diberikan HRZES
setiap hari slm 2 bln dan suntikan
Streptomisin setiap hari (setelah
menelan obat), dilanjutkan 1 bln
HRZE
• Diteruskan tahap lanjutan HRE
3X/mgg slm 5 bln
• Diberikan untuk
– Penderita kambuh (relaps)
– Pend gagal (failure)
– Pend dgn pengobatan setelah lalai
Kategori 3 : 2HRZ / 4H3R3 (6 bln)
• Tahap intensif ; diberikan HRZ setiap
hari slm 2 bln
• Diteruskan tahap lanjutan HR
3X/mgg slm 4 bln
• Diberikan untuk
– Penderita BTA (-), Rongent (+), sakit
ringan
– Pend ekstra paru ringan (limfadenitis,
pleuritisunilateral, TB kulit, TB tulang
kecil, sendi, dan kel.adrenal)
OAT Sisipan : HRZE
• Diberikan untuk
– Bila pada tahap intensif pengobatan
pend baru BTA (+) dgn KATEGORI 1,
atau Pend BTA (+) pengobatan ulang
dgn KATEGORI 2, hasil pemeriksaan
dahak BTA masih (+)
– Setiap hari slm sebulan
Monitoring dan Evaluasi
Pengobatan

Pemeriksaan ulang dahak untuk


memantau kemajuan pengobatan
dilakukan pada
1. Akhir tahap intensif
• Seminggu seb akhir pengobatan
intensif
• Jika BTA (-)  ke tahap lanjutan
• Jika BTA (+),  “gagal”  dimulai dari
permulaan pengobatan KATEGORI 2
2. Sebulan sebelum akhir pengobatan
• Seminggu seb akhir pengobatan intensif
• Jika BTA (-)  ke tahap lanjutan
• Jika BTA (+),  “gagal”  dimulai dari
permulaan pengobatan KATEGORI 2

3. Akhir pengobatan
– Seminggu seb akhir pengobatan lanjutan
– Pend “sembuh” ; telah menyelesaikan
pengobatan scr lengkap dan pemeriksaan
ulang dahak min. 2X berurut-turut (-) yaitu
pemeriksaan pada akhir pengobatan dan
pemeriksaan sebelumnya
Tatalaksana penderita yg berobat
tidak teratur
• Petugas mengupayakan agar pend
berobat kembali ke UPK
• Pengobatan bergantung pada tipe,
lamanya pengobatan seb.nya,
lamanya putus berobat, dan hasil
pemr dahak sewaktu saat putus dan
kembali berobat
Efek samping OAT (Ringan)
Efek Samping Penyebab Penanganan
Tdk ada nafsu Rifampisin Obat diminum
makan, mual, malam hari
sakit perut seb tdr
Kesemutan, rasa INH Vit B-6,
terbakar pd kaki 100mg/hr

Nyeri sendi Pirazinamid Beri asipirin


(analgesik)

Warna Rifampisin Beri


kemerahan pada penjelasan
urine
Efek samping OAT (Berat)
Efek Samping Penyebab Penanganan
Gatal, kemerahan Semua jenis Ikuti petunjuk di
kulit OAT bawah
Tuli, gangguan streptomisin Hentikan, ganti
keseimbangan Etambutol
Ikterus tanpa Hampir Hentikan,
penyebab lain semua OAT sampai ikterus
hilang
Bingung, muntah2 Hampir Hentikan, tes
semua OAT fungsi hati
Gangguan Etambutol Hentikan
penglihatan
Purpura, syok Rifampisin Hentikan
Gatal-gatal
• Singkirkan kemungkinan penyebab lain
• Berikan antihistamin sambil
meneruskan OAT dgn pengawasan
ketat
• Gatal sebagian hilang tapi muncul
kemerahan  hentikan OAT, tunggu
sampai kemerahan hilang
• Jika bertambah berat  kortikosteroid,
atau tindakan lain di UPK perawatan
Hasil Pengobatan
1. Sembuh
• Pend “sembuh” ; telah menyelesaikan
pengobatan scr lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak min. 2X
berurut-turut (-) yaitu pemeriksaan pada
akhir pengobatan dan pemeriksaan
sebelumnya
2. Pengobatan lengkap
• Pengobatan lengkap tapi tdk ada hasil
pemeriksaan ulang dahak BTA, anjurkan
kembali berobat jika muncul lagi gejala2
dgn mengikuti protap.
Hasil Pengobatan
3. Meninggal
• Dlm masa pengobatan meninggal krn
sebab apapun.
4. Pindah
• Pindak ke kab/kota lain
• Buatkan surat pindah (Form TB.09)
bersama sisa obatnya, hasil
pengobatan dikirim kembali ke UPK
asal dgn Form TB.10
Hasil Pengobatan
4. Dafault atau drop out
• Tidak mengambil obat 2 bln berturut-turut atau
lebih seb masa pengobatan selesai.
• Lacak pend tsb, beri penkes, apabila akan
melanjutkan pengobatan  periksa dahak, bila
(+) mulai pengobatan KATEGORI 2
5. Gagal
a. BTA (+) pada akhir pengobatan  KATEGORI 2
dari awal. BTA (+) pada pengobatan ulang dgn
KATEGORI  rujuk ke spesialis atau INH
seumur hidup
b. BTA (-) menjadi (+) pada akhir bln ke-2 
berikan pengobatan KATEGORI 2 mulai awal

You might also like