You are on page 1of 124

GALIAN DAN PERBAIKAN

PONDASI
BENDUNGAN URUGAN
MODUL PELATIHAN GALIAN DAN
PERBAIKAN PONDASI

Modul ini dibagi menjadi 5 (lima) bab;

BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. GALIAN PONDASI DAN PERBAIKAN PONDASI
PERMUKAAN
BAB III. PEMETAAN GEOLOGI PERMUKAAN
BAB IV. PERBAIKAN PONDASI BAWAH PERMUKAAN
BAB V. PENGENALAN GROUTING
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Umum
1.2 Deskripsi Singkat
1.3 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
1.4 Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
1.5 Pokok Bahasan
1.6 Petunjuk Belajar
II. GALIAN PONDASI DAN PERBAIKAN PONDASI PERMUKAAN
2.1 Umum
2.2 Pengeringan ( Dewatering )
2.2.1 Dasar Pertimbangan
2.2.2 Debit Pemompaan
2.2.3 Metode Pengeringan
2.2.4 Pemilihan Metoda Dewatering
2.3 Penggalian Pondasi Bendungan
2.3.1 Peledakan
2.3.2 Penggalian Menggunakan Alat Berat
2.4 Perbaikan Pondasi Permukaan
2.4.1 Umum
2.4.2 Pondasi Batuan
2.4.3 Pondasi Pasir Dan Kerikil
2.4.4 Pondasi Tanah
2.5 Penggalian Terowongan
2.5.1 Penggalian “Exploratory Adit”
2.5.2 Teknik Penggalian dan Cara Penerowongan
III. PEMETAAN GEOLOGI PERMUKAAN
3.1 Peta Dasar Yang Digunakan
3.1.1 Peta topografi untuk perencanaan umum
3.1.2 Peta topografi untuk perencanaan dasar dan perencanaan rinci
3.1.3 Peta topografi untuk supervisi dan pelaksanaan konstruksi
3.2 Cara Pemetaan
3.2.1 Lingkup Pekerjaan
3.2.2 Perlengkapan
3.2.3 Prosedur Pelaksanaan Pemetaan
3.2.4 Catatan Lain
3.3 Parameter Tanah
3.4 Hasil Pemetaan

IV. PERBAIKAN PONDASI BAWAH PERMUKAAN


4.1 Umum
4.2 Perbaikan Pondasi Bawah Permukaan
4.2.1 Pondasi Batuan
4.2.2 Pondasi Pasir dan Kerikil
4.2.3 Pondasi Tanah
4.3 Pengeringan Sumber Air Pada Permukaan Pondasi
4.3.1 Sumber Airnya Kecil Sekali
4.3.2 Sumber Airnya Agak Besar
4.3.3 Sumber Air Besar Sekali
4.3.4 Pelaksanaan Urugan
V. PENGENALAN GROUTING
5.1 Umum
5.2 Campuran Grouting
5.3 Grouting Semen
5.4 Grouting Kimia
5.5 Teknik Grouting
5.5.1 Peralatan Grouting
5.5.2 Tekanan Grouting
5.5.3 Percobaan Permeabilitas (Lugeon Test)
5.5.4 Percobaan Grouting (Grouting Test)
5.5.5 Urutan Kerja Grouting
5.5.6 Pelaksanaan Grouting Semen
5.5.7 Tahapan Pelaksanaan Grouting
5.5.8 Pemeriksaan Hasil Grouting
5.6 Aplikasi Grouting Di Bendungan
5.7 Spesifikasi Teknis
5.7.1 Bahan Grout
5.7.2 Peralatan
5.8 Pengukuran Dan Pembayaran
I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini di bahas mengenai latar belakang Pengawasan
Pelaksanaan Konstruksi Bendungan yang di dasarkan pada
Undang – Undang Republik Indonesia, No. 7, ayat 1, tahun
2004, tentang Sumber Daya Air, sebagai
berikut :”Pelaksanaan konstruksi bendungan urugan
dilakukan berdasarkan norma, standar, pedoman dan
manual (NSPM) dengan memanfaatkan teknologi dan
sumber daya lokal serta mengutamakan keselamatan,
keamanan kerja dan berkelanjutan fungsi ekologis, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan”. Selain itu diuraikan
juga mengenai deskripsi singkat, tujuan pembelajaran umum,
tujuan pembelajaran khusus, dan pokok bahasan serta
petunjuk belajar mengenai galian dan perbaikan pondasi.
II. GALIAN PONDASI DAN PERBAIKAN PONDASI PERMUKAAN

Umum
Pekerjaan galian untuk pondasi bendungan pada prinsipnya adalah menggali
lapisan tanah/batuan guna membuat bidang dasar pondasi bendungan sehingga
penimbunan bendungan dapat dilakukan diatasnya dengan baik. Galian dilakukan
dengan mengikuti garis rencana galian dan didasarkan pada kondisi geologi
batuan dasar. Persyaratan umum pondasi bendungan urugan adalah harus
memiliki kuat geser dan tingkat kedap air yang cukup sesuai persyaratan desain.

Lempung dan pasir halus yang kuat gesernya rendah, material kompresif
(compressible), mudah tererosi, porus, pada prinsipnya harus dibuang pula.
Namun apabila membuang lapisan tanah jelek tersebut secara ekonomis terlalu
mahal misal karena penyebarannya yang luas, harus dilakukan upaya perbaikan
pondasi. Upaya perbaikan pondasi bendungan akan tergantung pada jenis
pondasi bendungan dan bentuk permukaan pondasi.

Berdasarkan jenis batuan yang membentuk lapisan pondasi, pondasi bendungan


dapat dibedakan kedalam 3 (tiga) jenis yaitu:

- pondasi batuan,
- pondasi pasir dan kerikil,
- pondasi tanah.
Pengeringan (Dewatering)
Dalam pelaksanaan pengeringan dasar pondasi hasil penggalian perlu
beberapa pertimbangan antara lain :
Dasar Pertimbangan
Setelah selesai pekerjaan pengelakan sungai, kemudian dilanjutkan
dengan pekerjaan pengeringan terutama pada galian pondasi bendungan
di alur sungai lama. Air yang harus dikuras dapat berasal dari :
1.Dasar galian, berupa rembesan atau sumber air tanah, genangan air
hujan dan air limbah operasi pekerjaan.
2.Rembesan dari arah hulu sungai, dibalik bendungan pengelak depan
(hulu).
3.Rembesan dari arah hilir sungai, dibalik bendungan pengelak hilir.
4.Rembesan dari arah kedua tebing sungai.
Dalam menyiapkan rencana sistem pengeringan harus
mempertimbangkan : debit pengeringan, penurunan muka air yang
diinginkan, jenis dan jumlah serta penempatan pompa harus direncanakan
sebelum penggalian dimulai.
Debit rembesan dapat dihitung dengan rumus Darcy untuk formasi batuan
yang berpori, untuk rongga-rongga tabular (tabular void) atau rekahan
dihitung dengan rumus pengaliran pipa.
Pemilihan Metoda Dewatering
Metoda dewatering yang cukup memadai dan berhasil tidak
hanya didasarkan pada luas dan kedalaman pekerjaan
galian, penurunan muka air tanah dan lamanya pengontrolan
muka air tanah, tetapi tergantung pula pada sifat dan data
lapisan tanah di sekitar kegiatan dewatering. Secara umum,
pemilihan metoda dewatering dapat didasarkan kepada jenis
lapisan tanah, namun metoda ini tidak dapat menyelesaikan
setiap permasalahan di lokasi masing-masing kegiatan,
karena setiap kegiatan dewatering memiliki data yang spesifik
secara individu yang akan berlainan dengan lokasi lainnya.
Metode Pengeringan

Beberapa macam metode pengeringan yang banyak dipakai


dalam pelaksanaan galian pada bendungan tipe urugan,
adalah :

a)Pematusan permukaan (surface drainage


b)Pematusan gravitatif (gravity drainage)
c)Pemompaan sumuran (sump pumping)
d)Pemompaan sumur titik (wellpoint pumping)
e)Pemompaan sumur dalam (deepwell pumping)
f)Pengeringan elektro osmosis
g)Metoda lain
a. Pematusan Permukaan

Mortar
Papan Kayu

Besi Beton Drain

Muka
Galian

(a) Saluran terbuka dan saluran tempel (b) Detil saluran tempel

Saluran pematus permukaan dapat berupa saluran terbuka di berm galian


dan saluran tempel. Untuk menahan air hujan atau limpasan dari
galian lain, pembuatan saluran pematus permukaan lebih sederhana
dan efisie. Pada galian yang lebih dalam dan dijumpai rembesan
ditebing galian dapat dipatus dengan saluran tempel menuju ke
saluran atau sumuran pembuang.
b. Pematusan Gravitasi

Pematusan gravitasi lewat sumuran menuju lapisan lolos dibawah


permukaan galian

Pada kondisi tertentu, dimana galian pondasitidak terlalu dalam dan


galian berada pada tanah yang kedap seperti lempung dan lanau, air
mengalir melalui kemiringan galian menuju ke arah hilir secara gravitatif.
Apabila di bawah permukaan galian terdapat lapisan lulus air yang kering,
maka di bawahnya dapat dilakukan pematusan secara gravitatif berupa
resapan ke bawah.
c. Pemompaan Sumuran (Sump Pumping) dan Paritan (Ditches)

Metode pengeringan dengan paritan terbuka.

Metode pengeringan pemompaan langsung (sump pit)


Perlu diperhatikan pada lapisan pasir diatas, apabila beda tekanan
(head) cukup tinggi, dapat terjadi sand boiling yang dapat
membahayakan pada lantai kerja, sehingga perlu digunakan cara
pengeringan yang lain (misalnya dengan well point)
Pemompaan langsung
Cara pemompaan langsung tersebut adalah metode pengeringan dengan
pemompaan yang sederhana dan efektif pada lapisan kerakal bersih serta
pasir kasar dan tidak cocok untuk material yang halus karena akan terjadi
erosi di sekitar sumuran. Lokasi sumuran umumnya pada pojok galian dan
berada di bawah rencana muka galian. Kedalaman galian efektif untuk
sumuran adalah 5 hingga 6 m dan apabila galian lebih dalam perlu
penurunan elevasi pompa atau pompa perlu digantung.
d. Pemompaan Sumur Titik (Wellpoint Pumping)

Cara ini adalah merupakan cara yang tidak langsung untuk menurunkan muka air
tanah (MAT) di luar rencana galian (daerah kerja)

Metode pompa titik (wellpoint) ini cocok digunakan pada galian berupa lapisan
pembawa air dangkal dan efektif untuk lapisan pasir berlapis. Konstruksi
sumur/pipa terdiri pipa saringan, diameter 5 cm hingga 7,5 cm dan panjang 30 cm
hingga 105 cm.

Denah sistem Pengeringan pompa titik (atas) dan potongan melintang (bawah)

Kedalaman efektif penurunan muka air (draw down) terbatas 5 m sampai 6 m


tergantung struktur tanah dan koefisien kelulusan air (permeabilitas). Metode ini
dapat mencegah terjadinya sand boiling didasar lantai kerja.
e. Pemompaan Sumur Dalam (Deep Well Pumping)
Cara ini juga merupakan cara tak langsung untuk menurunkan muka air tanah
seperti halnya pompa titik.

Kombinasi Pompa Sumur Dalam dan Pompa Titik

Kalau digabung dengan pompa titik, cara ini merupakan kombinasi sumur dan
pompa titik.

Metode sumur dalam ini cocok untuk menurunkan muka air tanah (MAT) yang
bersifat lulus airnya meningkat sesuai kedalamannya (bertambah dalam
bertambah lulus air). Pemompaan dapat dilakukan dengan pompa hisap rendam
(submersible pump) atau sistem pipa pengeluar (ejector).
f. Pengeringan Elektro Osmosis

Pengeringan elektro osmosis


Prinsip elektro osmosis adalah memasukkan aliran arus searah (DC)
pada media tanah dengan permeabilitas rendah sehingga meningkatkan
kecepatan pematusan, karena migrasi air tanah dari elektroda positif
(katoda) ke elektroda negatif (anoda).
Umumnya diterapkan untuk pengeringan pada tanah lanau, lempung
lunak dan gambut, dimana pemompaan biasa tidak dapat diterapkan.
Katoda berupa sumur titik dan anoda terdiri batang logam anti karat.
Voltage yang dipakai 30 V hingga 100 V, kuat arus 15 hingga 30 ampere
dan daya yang diperlukan 0,4 KW hingga 2,5 KW setiap sumur titik.
Energi listrik bervariasi dari 1 KW/m3 untuk galian luas dan 10 KW/m3
untuk galian sempit.
g. Metode Lain
Selain metode pengeringan dengan sistem pemompaan
diatas, dalam pelaksanaan galian pondasibendungan perlu
didukung dengan metode penghadangan air tanah
(groundwater exclusion) tanpa melalui proses penurunan
muka air tanah.
Adapun metode yang sering dilaksanakan adalah parit halang
(cut off trench) dibawah bendungan pengelak, dinding
diafragma, pancang lebar (sheet piling) dan grouting penahan
air (water stop grouting).
Pemilihan metode pengurasan perlu didasari pada informasi
yang rinci mengenai lokasi, tujuan pengurasan, gambar
desain, iklim dan cuaca, kondisi tanah/geologi, perincian
galian dan kondisi medan.
Penggalian Pondasi Bendungan
Penggalian pada pondasi bendungan dilakukan pada bagian pondasi dari
bendungan dan pengupasan pada bagian tebing kiri dan kanan dari tubuh
bendungan.
Peledakan
Penggalian dengan menggunakan alat peledak biasanya
digunakan dinamit yang dilakukan oleh blaster man yang ahli
dan bersertifikat. Penggalian dengan peledak ini dilakukan
pada pondasi batuan keras seperti batuan beku, batuan
metamorf atau batuan sedimen yang keras. Dalam
melaksanakan penggalian menggunakan bahan peledak
perlu diperhatikan agar pada saat peledakan jangan sampai
mempengaruhi kondisi batuan pondasinya sendiri.
Tahapan kerja dari peledakan ini secara umum dapat dibedakan seperti
dibawah ini :
A.Pemisahan (Loosening)
Pemisahan (loosening) adalah serangkaian pekerjaan dalam aktifitas
peledakan yang dilakukan untuk memisahkan batuan dari batuan induknya
yang massive.
Alat - alat yang biasa digunakan dalam loosening ini adalah :
1.Untuk pembongkaran batuan / tanah biasanya dipakai excavator berupa :
power shovel, dragline, back hoe, shovel dozer , bulldozer, bucket wheel
excavator, power scraper, clam shell, grab bucket, dan hand shovel.
2.Untuk pembongkaran batuan yang keras digunakan : kabel pemotong,
alat bor dan bahan peledak.
B. Loading (Pemuatan)

Loading adalah suatu pekerjaan atau aktivitas pemuatan


material hasil peledakan ( brocken rock ) yang dipindahkan
dari tempat peledakan oleh alat muat ke alat angkut.
Macam alat muat :

1). power shovel 6. bucket wheel excavator.


2). Dragline 7. overhead shovel loader
3). Backh hoe 8. contiuous loader
4). Clam shell 9.bulldozer (untuk kondisi tertentu)
5) Shovel dozer
C. Hauling (Pengangkutan)
Hauling adalah suatu pekerjaan atau aktivitas
peminda­han material hasil ledakan (broken rock)
dari tempat penambangan ke tempat penimbunan
(stock pile, borrow pit, stok yard, dsb ) dengan
menggunakan alat angkut.
Macam - macam alat angkut :
1) Truck. 3). lori dan lokomotip
2). Pipe transportation 4). power scraper belt
Penggalian Menggunakan Alat Berat
Penggalian dengan alat berat ini biasanya
dilakukan pada pondasi yang berupa pondasi
pasir dan kerikil atau pondasi tanah. Alat
berat yang digunakan untuk penggalian dan
pengangkutannya seperti pada sub pasal
2.3.1.
Perbaikan Pondasi Permukaan
Umum
Tujuan utama perbaikan pondasi permukaan antara lain adalah :
─Menciptakan ikatan yang erat (tight bond) antara material zona inti
dengan pondasi.
─Mencegah tererosinya material zona inti terbawa masuk ke pondasi
lewat retakan.
─Menghindari adanya material pondasi yang buruk (mudah tererosi,
lemah, tidak stabil, lepas/mudah mampat, porus) tanpa dibuang atau
diperbaiki (treatment).
─Mencegah terjadinya retakan (crack) pada timbunan zona inti karena
perbedaan penurunan yang besar akibat ketidak beraturan permukaan
pondasi, seperti: permukaan yang berundak, terlalu terjal, berubah
kemiringan secara mendadak.
─Bagi pondasi diluar zona inti: merapikan bentuk (reshaping) permukaan
pondasi agar timbunan dan pemadatan dapat dilakukan dengan baik,
membuang material yang buruk, dll.
Pondasi Batuan
Hal-hal yang perlu dilakukan, antara lain :

a)Setelah galian pondasi - pondasi selesai dikerjakan, perlu dilakukan inspeksi


bersama untuk menilai kecukupan galian dan perlakuan galian pondasi.
b)Perlu observasi geologi rinci untuk menginventarisir cacat batuan (rock defects)
dan bidang diskontinuitas seperti : lipatan (fold), sesar (fault), kekar (joint),
ketidakselarasan (unconformity) dan zona lemah (weak zone) lainnya.
c)Hasil informasi galian akhir perlu dipetakan secara topografi dan geologi rinci
(skala 1 : 100 ~ 1 : 200) dan dibuat penampang-penampang melintang yang
mewakili untuk direncanakan perapihan bentuk penampang (reshaping) dan
perbaikan pondasi (foundation treatment)
d)Berdasarkan pengamatan langsung pada singkapan batuan hasil galian perlu
verifikasi terhadap asumsi desain terutama garis batas galian (excavation line),
kemiringan galian (slope) dan tebing asli (batter).
e)Rembesan air tanah, baik yang menyebar (seepage) maupun terkonsentrasi
sebagai sumber air (spring) perlu dipetakan dengan teliti antara lain : elevasi
sumber air, penyebaran atau luas, asal dan arah, kuantitas / debit dan kualitas
pengalirannya.
f)Sebelum dimulai pekerjaan timbunan, Tim Kajian Balai Bendungan perlu
diundang untuk memverikasi hasil perbaikan pondasi dan kesiapan pelaksanaan
timbunan.
TIPIKAL PERBAIKAN PONDASI BATUAN

Galian lapisan penutup dan perapihan permukaan galian

Tipikal perbaikan pondasi permukaan setelah dilakukan penggalian tanah


penutup diatasnya
3. Pembersihan Galian Pondasi
Setelah dilakukan pekerjaan galian atau pengupasan pondasi,
langkah selanjutnya adalah pembersihan pondasi (foundation
cleanup), setelah itu baru dilakukan perbaikan pondasi.
Semua sisa galian, lapukan, serpihan dan kotoran-kotoran
harus dibersihkan secara manual atau dengan bantuan
peralatan. Pembersihan dilakukan dengan pencukilan
(chipping), penyapuan (brooming), penyemprotan dengan air
bertekanan tinggi (water jetting) maupun peniupan dengan
udara bertekanan tinggi (air jetting). Air bekas penyemprotan
harus dialirkan keluar. Apabila permukaan batuan dapat
melunak karena penyemprotan air, pembersihan harus
dilakukan dengan peniupan udara bertekanan tinggi. Material
lepas atau material yang tidak memenuhi syarat yang
mengisi: rongga-rongga, zona geseran, retakan, seam, harus
dibuang.
Macam - macam perbaikan pondasi permukaan
1). Slush Grouting
Slush grouting adalah acian semen atau mortar semen yang diisikan kedalam
retakan kecil pondasi, bukan untuk menutup permukaan pondasi. Untuk
mencegah material inti tidak masuk kedalam pondasi bersamaan dengan aliran
rembesan.

2). Penambalan dengan beton


Tujuan penambalan dengan beton (dental concrete) adalah untuk meratakan
bentuk ketidakteraturan setempat, sehingga diperoleh bidang kontak yang baik
saat penimbunan,.

3). Shotcrete
Shotecrete adalah beton atau mortar yang disemprotkan dengan tekan udara
dan kecepatan yang tinggi, hingga tekanan pancarannya mampu memadatkan
beton atau mortar pada bidang permukaan batuan pondasi.

4). Perbaikan Bidang Sesar (Patahan)


Zona geseran atau zona hancuran pada pondasi batuan adalah sangat
berbahaya karena dapat menimbulkan terjadinya perbedaan penurunan dan
sufosi. Karakteristik sesar yang mencakup: lokasi, arah, lebar, kedalaman dan
bahan pengisi akan menentukan cara perbaikannya.
Pondasi pasir dan kerikil (Sand & Gravel Foundation)

Umum
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a)Lakukan pemeriksaan pondasi secar teliti untuk mengetahui kondisi massa pasir
dan kerikil terutama distribusi ukuran butirannya dan karakteristik perlapisannya.
b)Mengingat debit rembesan lapisan pasir dan kerikil yang besar, selama
pelaksanaan perlu dilakukan pengujian kelulusan air langsung di lapangan dengan
cara uji pemompaan (pumping test) agar diperoleh data permeabilitas lapangan
yang akurat.
c)Secara umum pondasi pasir dan kerikil memiliki daya dukung yang baik untuk
bendungan urugan dengan tinggi antara 40 m hingga 50 m. Namun pada pondasi
pasir berbutir halus dengan koefisien keseragaman < 10 % dan kepadatan relatif <
70% serta mudah luluh bila dipadatkan secara berlebihan dengan getaran, maka
pondasi tersebut harus diperbaiki.
d)Pondasi pasir bergradasi seragam yang berada di daerah rawan gempa, angka
kepadatan relatif-nya harus > 70% ; bila kurang harus diperbaiki secara khusus
karena rawan terhadap likuifaksi.
e)Pondasi pasir kerikil umumnya sangat porus, selama pelaksanaan pekerjaan,
perlu pengeringan (dewatering) secara terus menerus dengan pemompaan dan
untuk menjaga kehandalan sistem pengeringan harus ada unit cadangan pompa.
2. Perbaikan pondasi permukaan :
a)Galian: semua bentuk tidak beraturan pada permukaan, alur-alur dan
material yang mudah terhanyut (washout) harus dihilangkan. Lereng
galian harus cukup landai untuk mencegah terjadinya kelongsoran, minimal
dengan kemiringan 1:1.
b)Pondasi dibawah zona inti: perlu dipadatkan hingga memiliki kekuatan
yang cukup, sesuai dengan karakteristik material timbunan diatasnya.
c)Pemadatan pondasi: upaya pemadatan pondasi pasir kerikil dapat
dilakukan dengan mesin gilas ban karet (rubber tire roller) atau mesin gilas
roda baja getar (vibratory roller) dengan memperhatikan angka frekwensi
alami (natural frequency) dari jenis pasir dan alat pemadat. Mesin gilas
roda baja getar, lebih sering menjadi pilihan karena dapat menghasilkan
permukaan yang lebih baik untuk penimbunan urugan tanah lapis pertama.
d)Pencegahan terjadinya aliran buluh: untuk mencegah ter-erosinya
material timbunan tanah masuk kedalam pondasi, material timbunan tanah
perlu diberi perlindungan dengan filter atau dengan menggunakan bahan
timbunan yang tidak erosif (non erodible) yang berplastisitas tinggi,
ditempatkan pada bidang pertemuan dengan pondasi. Zona filter
ditempatkan dihilir paritan halang (cutoff trench) dan dibawah timbunan
shell hilir seperti pada gambar 2.23.
Contoh penempatan zona filter pada pondasi pasir kerikil
Pondasi Tanah (Soil Foundation)
1. Umum
Dalam pelaksanaan galian pondasi, sering dijumpai pondasi tanah yang
bersifat burai (slaking) yang dapat terjadi karena terekspose ke udara atau
sinar matahari (air slaking), atau karena air (water slaking). Ada beberapa
cara untuk mengatasinya, antara lain :
1)Bila tanah pondasi bersifat burai oleh air adalah dengan membebaskan
dari genangan air atau kondisi basah, sedang bagi pondasi yang burai
oleh udara serta sinar matahari adalah dengan dengan peneduhan atau
operasi penggalian pada malam hari.
2)Dengan metode gali-timbun, dimana galian pondasi yang terbuka
segera diikuti pekerjaan penimbunan sehingga tidak sempat burai.
Biasanya penggalian dilakukan dalam 2 tahap, tahap I: penggalian
dihentikan sampai sekitar 30~50 cm sebelum rencana batas galian, tahap
II: penggalian dilakukan sampai rencana batas galian setelah penimbunan
siap dilaksanakan, setelah itu langsung dilakukan penimbunan.
3)Galian yang terbuka segera ditutup dengan shotcrete atau gunite
blanket dengan mortar halus setebal 2 cm hingga 5 cm.
2. Perbaikan pondasi permukaan
1) Galian : semua bentuk tidak beraturan pada permukaan, alur-alur dan
material yang mudah terhanyut (washout) harus dihilangkan. Lereng
galian kemiringannya harus 1:1.
2) Pondasi dibawah zona inti: perlu dipadatkan hingga memiliki
kekuatan yang cukup, sesuai dengan karakteristik material timbunan
diatasnya.
3) Pemadatan pondasi tanah: dilakukan dengan mesin gilas kaki domba
(sheepfoot roller ) sebanyak 12 lintasan. Bila pondasi cukup teguh
untuk penetrasi kaki-kaki mesin gilas, lapisan atas pondasi dapat di
cacah dengan alat bajak (disk) sedalam 15 cm kemudian dibasahi
dengan air dan dipadatkan.
4) Permukaan yang halus yang diakibatkan oleh lintasan peralatan
konstruksi (truck, dll) pada kegiatan pemadatan sebelumnya, harus di
cacah lebih dulu sebelum dilakukan penghamparan timbunan
berikutnya.
5) Untuk pondasi tanah yang tergrouting dengan baik dan tanah dengan
tingkat over-konsolidasi yang tinggi yang dapat pecah menjadi
bongkah-bongkah keras, tidak harus dicacah dan dicampur dengan
material inti, tetapi diperlakukan seperti penimbunan tanah pada
pondasi batuan.
Penggalian Terowongan
Dalam pelaksanaan penggalian terowongan, pertama kali yang dilakukan
adalah membuat terowongan uji di bagian hulu dan hilir terowongan
tersebut untuk selanjutnya terowongan uji ini dapat dibuat untuk
pembuatan portal terowongan (tunnel portal).

Penggalian "Exploratory Adit“

1). Cakupan :

Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk membuat "exploratory adit" atau
terowongan uji, yaitu terowongan berukuran kecil (kurang lebih 2 m x 2 m)
untuk tujuan :

•Mengetahui keadaan geologi bawah permukaan di tempat lintasan


rencana terowongan.
•Pengujian lapangan ("insitu test), antara lain: "loading test", "shear test",
"flat jack test" dan lain sebagainya.
2). Peralatan dan Perlengkapan :

•Peralatan penggalian untuk tanah, batuan lapuk,


dan batuan lunak.
•Peralatan peledakan untuk penggalian batu
segar yang bersifat keras.
•Peralatan untuk membuang material galian.
•Balok kayu atau besi untuk penyangga.
•Generator, pompa air, dan lain-lain perlengkapan
yang biasa dipakai untuk penggalian "exploratory
adit".
3). Prosedur :

a)Di tempat pintu masuk biasanya dijumpai tanah pelapukan tebal,


sehingga perlu dibuat galian terbuka terlebih dahulu. Pintu masuk
"exploratory adit" perlu dipasang penyangga secara seksama dan
pengaman lain untuk menghindari runtuhan.
b)Penyangga yang menerus perlu dipasang pada tempat dengan tanah
atau batuan yang mudah runtuh.
c)Penggalian dengan bahan peledak pada tempat dengan batuan keras
perlu dilakukan oleh ahli yang berpengalaman.
d)Perlu dipasang lampu penerangan, tanda-tanda ukuran jarak dan juga
peralatan untuk ventilasi.
e)Bocoran air tanah perlu segera didrainasi.
f)Dinding dan atap "exploratory adit" perlu dibersihkan, misal disemprot
dengan air, untuk memudahkan deskripsi geologi.
g)Pada tempat-tempat yang telah ditentukan agar dilakukan pengujian
lapangan sesuai instruksi pihak perencana, misal: "loading test", "shear
test" dan lain sebagainya.
h)Bila perlu, beberapa contoh batuan diambil untuk pengujian lebih
lanjut di laboratorium.
4). Perolehan Data :

Data yang diperoleh adalah log "exploratory adit", yaitu


deskripsi geologi dinding kiri, kanan, dan atap "exploratory
adit", yang antara lain memuat: litologi berikut sifat
fisiknya, diskontinuitas, rembesan air tanah, hasil-hasil
pengujian yang dilakukan dan lain sebagainya.
5). Catatan :

a.Mengingat pekerjaan ini berbahaya, maka faktor


keselamatan perlu diprioritaskan.
b.Bentuk "exploratory adit" yang umum adalah trapesium
dengan ukuran lantai dasar 1,8 m, sisi tegak masing - masing
1,8 m, dan lebar atap 1,4 m. Untuk keperluan khusus,
ukurannya dapat dibuat lebih besar. Panjang "exploratory
adit" bisa puluhan sampai ratusan meter tergantung dari
keperluan.
c.Pekerjaan galian yang lain adalah sumuran uji dan paritan
uji. Pekerjaan ini tidak banyak berfungsi untuk perencanaan
terowongan, sebab paling-paling hanya untuk mengetahui
ketebalan lapisan tanah, terutama di daerah rencana pintu
terowongan (portal).
Teknik Penggalian dan Cara Penerowongan
Penggalian untuk terowongan ini hampir sama dengan penggalian untuk pondasi
bendungan yaitu bisa dengan cara penggalian secara konvensional, dengan
menggunakan bahan peledak atau menggunakan alat mekanik.
Macam - macam teknik penggalian untuk terowongan bisa dilihat pada tabel di
bawah :

Berbagai Jenis Teknik Penerowongan


Tabel Cara Penggalian Terowongan
III. PEMETAAN GEOLOGI PERMUKAAN
Pemetaan geologi dilakukan setelah penggalian pondasi
dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran
kondisi geologi termasuk struktur geologi, apakah sudah
sesuai dengan desain, disamping merupakan salah satu
dokumen penting untuk as built drawing nanti. Apabila
ternyata ditemui suatu kondisi geologi yang tidak sesuai
dengan desain yang dapat mempengaruhi keamanan
bendungan yang akan dibangun, maka harus dilakukan
penelitian/kajian yang lebih mendalam, apabila perlu dengan
melakukan investigasi tambahan; berdasarkan hasil
investigasi tambahan kemungkinan desain tubuh dan
pondasi bendungan dapat berubah.
Peta Geologi Teknik Sepanjang Terowongan
Peta Geologi Teknik Sepanjang Terowongan Dan Penampangnya
IV PERBAIKAN PONDASI BAWAH PERMUKAAN
Umum
Perbaikan pondasi bawah permukaan biasanya dilakukan setelah
pengupasan atau penggalian pondasi serta perbaikan pondasi
permukaan telah selesai dilaksanakan.

Secara umum perbaikan pondasi bawah permukaan ini biasanya


dilakukan pada jenis pondasi yang berupa batuan dan bersifat keras
tetapi banyak mengandung kekar, retakan, perlapisan.
Perbaikan pondasi ini dari satu tempat ke tempat lain berfariasi
tergantung dari jenis pondasi dan kondisi geologi secara menyeluruh.
Dibawah ini dijelaskan mengenai perbaikan pondasi bawah permukaan
pada jenis pondasi yang berupa pondasi batuan, podasi pasir dan kerikil
serta pondasi tanah.
Berdasarkan jenis tanah / batuan pondasinya maka dalam hal perbaikan
pondasinya berlainan dari satu lokasi ke lokasi lain walaupun tipe
bendungannya sama.
Perbaikan Pondasi Bawah Permukaan
Berdasarkan kondisi geologi pondasi bendungan dapat di bedakan kedalam tiga
jenis, yaitu : Pondasi batuan, Pondasi pasir dan kerikil, serta pondasi tanah.
Pondasi Batuan (Rock Foundation)
Dalam perbaikan pondasi bawah permukaan pada pondasi batuan, biasanya
dilakukan dengan cara grouting semen (grouting).
Hal - hal yang perlu diperhatikan pada perbaikan pondasi dengan cara ini, antara
lain :
•Pondasi batuan sesuai dengan kondisi geologinya, baik dari jenis batuan
penyusun maupun struktur bawah permukaan sangat variatif dari satu lokasi ke
lokasi lain.
•Perlu mencermati penampang geologi dan penampang permeabilitas melintang
dan memanjang tapak bendungan untuk mempersiapkan pekerjaan pondasi bawah
permukaan.
•Metode grouting (grouting semen) dinilai cocok untuk memperbaiki pondasi
bawah permukaan yang lebih dalam 10 m hingga 100 m tanpa melakukan
penggalian dan cukup dengan pengeboran dari permukaan pondasi.
•Adapun tujuan utama perbaikan pondasi dengan grouting adalah :

•Mengurangi intensitas aliran filtrasi (kebocoran - kebocoran) dari waduk yang


mengalir keluar melalui rekahan yang terdapat pada pondasi bendungan.
•Mengurangi gaya ke atas (uplift) pada dasar calon bendungan yang disebabkan
oleh tekanan air tanah yang terdapat dalam lapisan pondasi.
•Meningkatkan daya dukung batuan yang membentuk lapisan pondasi calon
bendungan.
Pondasi Pasir dan Kerikil (Sand & Gravel Foundation)

Maksud dari perbaikan pondasi pasir dan kerikil dibawah permukaan ini
dapat di uraikan sebagai berikut :

1) Upaya mengurangi rembesan atau mereduksi sekecil mungkin


dengan membuat penahan (barrier = cut off) secara vertikal menyeluruh
atau dikenal sebagai positive cut off

Penahanan Kedap Secara Vertical Menyeluruh (Positive Cut


Off)
2. Mereduksi rembesan baik dengan vertical cut off sebagian
(partial) atau selimut kedap di bagian hulu untuk
mengontrol rembesan atau kombinasi keduanya.

Penahanan Kedap Partilan Kombinasi Dengan Penahanan Kedap


Semi Lulus Air (Partial Cut Off).
3. Mengendalikan rembesan di bagian hilir
dengan sistem relief dan merupakan negative
cut off.

Mengendalikan Rembesan Dibagian Hilir Tanpa Penahan


Kedap Vertical (Negative Cut Off).
Perbaikan pondasi dalam rangka mengurangi kelulusan air tergantung ketebalan
dari lapisan pasir atau kerikil, terhadap lapisan yang kedap (impervious layer) di
bawahnya, sehingga dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1)Lapisan pasir / kerikil tipis (< 10 m)
Pembuatan parit halang (cut off trench) lebih efektif bila komponen pasir
dominan dan sedikit kerikil dan tanpa bongkah batu, sheet pile dari baja atau
beton dapat digunakan.
2)Lapisan pasir / kerikil tebal (> 10 m)
Masalah rembesan dapat diatasi dengan grouting tirai (curtain grouting)
dengan bahan portland cement, lempung atau bahan kimia. Sebagai alternatif
dapat dipakai dinding diafragma (diaphragma wall) dari bahan beton / lempung
dan semen. Apabila tinggi bendungan (H) rendah yakni < 15 M, dapat diterapkan
pemasangan selimut karpet di kaki hulu dengan bahan urugan lempung atau
bahan sintetis seperti geomembran.
3)Perlapisan yang mengandung banyak partiker halus dan rawan piping oleh
rembesan di kaki hilir bendungan perlu dilengkapi dengan drain untuk mereduksi
tekanan pori. Didaerah artesis perlu dipasang sumur pelepas (relief well),
sedangkan untuk mencegah longsoran lereng hilir oleh quick sand perlu
dipasang urugan pemberat (counter weight).
Penurunan muka air tanah pondasi selama pelaksanaan (dewatering) perlu
direncanakan secara teliti, karena menentukann kesuksesan pekerjaan. Cara
pengeringan dapat dengan sumuran pompa (sump pit), sumur dalam (deep well)
atau sumur titik (well point).
Cara perbaikan pondasi bawah permukaan untuk pondasi pasir dan kerikil dapat
dilakukan dengan cara :

1. Perbaikan Dengan Dinding Diafragma


Berdasarkan bahan pengisinya (filling material) dinding diagfragma atau cut-off
wall dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1)Diafragma beton bertulang (reinforced concrete diaphragm wall) ; bersifat kaku


impervious dan tahan terhadap tegangan tanah aktif maupun pasif.
2)Diafragma tanah dan semen (soil dan cement diaphragm wall) ; cara ini
digunakan sebagai cut off pada pondasi kerikil, tipe ini lebih murah dibanding
beton. Pasir dari galian dipilah kemudian dicampur semen menjadi adukan dan
dipompakan kembali kedalam paritan (trench).
3)Diafragma tanah dan bentonit (S - B slurry diaphragm wall) ; soil bentonit slurry
(S - B Slurry) dikenal sebagai diagfragma tipe Amerika, merupakan diafragma
yang paling ekonomis, namun kualitasnya kurang memadai.
4)Diafragma semen dan bentonit (C - B slurry diaphragm wall) ; adukan terdiri
bekas lumpur penggalian kemudian diproses kembali dan ditambah semen
kemudian dipompa kedalam paritan. Hasilnya dikenal dengan plastic cut-off wall
yang banyak diterapkan untuk perbaikan pondasi bendungan.

Pelaksanaan dinding diafragma diawali dengan penggalian paritan (trench)


mempergunakan excavator khusus atau mesin bor khusus (long wall drill). Tebal
dinding umumnya 60 cm - 80 cm.
2. Perbaikan Pondasi Bawah Permukaan Dengan Grouting
1)Grouting tirai dapat dilakukan dengan menggunakan bahan portland
cement atau kombinasi
2) Metode grouting antara
dapatportland cementdengan
dilakukan dengan bahan .
kimiaganda
grouting
mempergunakan pipa manset (tube a manchette) atau menggunakan
packer berupa mekanikal packer atau rubber packer.
3) Grouting kimia dapat dilakukan seperti terlihat dalam skema gambar
4.7, sebagai berikut :

i. 1,0 shot, bahan komponen A dan B dicampur langsung sebelum


digroutingkan, waktu pembekuan (gel time) diatur > 10 merit dan jenis
material adalah waterglass (silicate).
ii. 1,5 shot, bahan komponen A dan komponen B dicampur melalui
manifold sebelum digroutingkan dan gel time diatur sesuai kedalaman
grouting, biasanya 3 merit.

Material : acrylamide

iii. 2,0 shot, bahan komponen A dan komponen B melalui inner dan
outer injection pipe bercampur pada titik grout length dengan gel time
< 3 merit. Material : poly - uretane.
3. Sumur Pelepas (Relief Wells)
Sumur pelepas berfungsi untuk mengurangi tekanan air pori yang berlebihan dari
lapisan pondasi. Apabila dijumpai gejala artesis dari bawah pondasi, tekanan
pisometrik, tekanan angka dan erosi buluh dapat direduksi.

Kelemahan sumur pelepas diantaranya adalah :


1)Memerlukan perawatan dan inspeksi sepanjang umur waduk, kelebihan debit air
dari sistem sumur pelepas dapat dimanfaatkaa sebagai utilitas air bersih.
2)Memerlukan perencanaan, pelaksanaan dan perawatan yang teliti terutama
berkaitan efisiensi pelepasan (relief efficiency), karena penurunan lintasan
rembesan rata-rata dan cenderung menjadi rembesan bawah (under seepage).

Sumur Pelepas (Relief Wells)


Pondasi Tanah (Soil Foundation)

Hal - hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :


1)Keputusan membangun waduk pada pondasi tanah, terutama tanah lunak yang
tidak berlapis - lapis akan menghadapi masalah penurunan dan longsoran selama
pelaksanaan.
2)Masalah penurunan (settlement) berkaitan dengan proses konsolidasi tanah
pondasi yang menyangkut hubungan antara waktu konsolidasi dan tambahan
ketinggian timbunan (camber) yang mengkompensasi penurunan.
3)Pengujian di tempat insitu seperti pcate bearing test disertai creeping test
diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil pengujian sebelumnya, baik pengujian
lapangan maupun laboratorium.
4)Berkaitan perbaikan pondasi untuk tanah lempung lunak terdapat 3 (tiga) tahap
konsolidasi, yaitu :
a) Penurunan awal (initial settlement) ; yaitu pengurangan tiba-tiba dari
volume tanah akibat beban timbunan, karena pelepasan udara pada rougga tanah.
b) Konsolidasi primer (primary consolidation) ; yaitu pengurangan volume
massa tanah oleh pembebanan timbunan yang menerus akibat berkurangaya
kandungan air dari massa tanah (disipasi).
c) Penurunan sekunder (secondary compression); yaitu pengurangan
volume massa tanah oleh pembebanan timbunan, akibat penyesuaian butir - butir
didalam struktur tanah.
5) Instrumentasi untuk memantau penurunan (settlement),
disipasi tekanan air pori selama penimbunan sangat
diperlukan untuk mengendalikan laju penimbunan.
6) Program pelaksanaan penimbunan perlu keterpaduan
dengan pihak berkaitan mengenai jadwal harian
penimbunan dengan pemantauan konsolidasi lapisan
tanah pondasi. Laju penimbunan (embankment rate)
yang melebihi laju konsolidasi (consolidation rate)
mengakibatkan keruntuhan (failure), penggelembungan
horisontal (squeezing) dan penyembulan (upheaving)
pada kaki bendungan.
Beberapa metode perbaikan untuk pondasi tanah lunak dapat
dipilih sesuai karakteristik : arah pondasi sebagai berikut :

Pondasi Lunak Metode Konstruksi Ilustrasi Uraian

Dangkal Replacement Semua atau


Method sebagian pondasi
digali dan diganti
dengan yang aman

Menengah Rapid Untuk mendukung


Consolidation konsolidasi pondasi
Method atau perlu dipasang
Sand Drain sand drain vertical
Well Point dan horisontal
Paper Drain

Dalam Counterweight Untuk mencegah


Fill longsoran melalui
pondasi perlu
dipasang di kaki hilir

Metode Perbaikan Pondasi Lunak


Perbaikan tanah lunak dengan vertikal drain dan instrumentasinya,
bendungan Manggar, Kalimantan Timur
Contoh pemasangan drain vertikal
Pengeringan sumber air pada permukaan
pondasi
Bila terdapat mata air pada dasar pondasi, untuk
mencegah berkurangnya gaya geser material
timbunan, atau untuk mencegah rembesan
dikarenakan adanya mata air pada dasar
bendungan, maka sangat perlu untuk mengalirkan
air ke zona lolos air atau membuangnya keluar
bendungan yang biasanya dilakukan menggunakan
drainase dengan menggunakan batu kerikil. Bila
debit aliran besar, dipasang pipa perforasi yang
kuat dan tahan karat. Di bagian hilir drainase
dibungkus dengan material filter untuk menurunkan
garis freatik.
Penanganan mata air di dasar pondasi zona kedap air
Sumber airnya kecil sekali
1)Apabila luas daerah sumbernya kecil ( < 50 cm2 ) ditanggulangi
dengan cara langsung ditimbun dengan material yang baik.
2)Apabila titik-titik sumber banyak (luasnya lebih besar 50 cm2), maka
sumber-sumber tersebut dikumpulkan dan dipusatkan ke satu tempat
dengan membuat sumuran pipa beton  20 cm, kemudian timbunan
dilaksanakan di sekeliling pipa tersebut.
3) Apabila permukaan air sudah berhenti pada elevasi tertentu  (0,5
sampai 1,00) m, pipa beton tersebut diisi kerikil dan di atasnya di
tutup dengan beton.

Penanganan mata air kecil


Sumber airnya agak besar
Apabila titik-titik sumber air banyak dan agar besar, maka titik-titik
sumber tersebut dialirkan ke satu tempat yang telah disiapkan melalui
sumuran dari pipa beton  40 cm, pipa-pipa sumuran tersebut dapat
disambung ke atas sampai mencapai tinggi muka air sumber sudah
konstan (tidak naik lagi).
Sumuran diisi dengan kerikil dan sekeliling pipa sumuran ditimbun
dengan material timbunan dan di padatkan dengan pemadat kecil/
tamper. Setelah tinggi air konstan (tidak naik lagi) air dalam sumuran di
pompa keluar dan bagian atasnya ditutup dengan beton.

Pelaksanaan penimbunan pada mata air yang berkapasitas besar


Sumber Air Besar Sekali
Seperti telah dijelaskan, pemompaan dilakukan dengan
pompa rendam dan pipa beton diganti dengan drum,
dengan alasan :
1)Drum mudah disambung keatas dengan las (welding)
sehingga tidak bocor baik selama menimbun maupun
selama grouting, sehingga daerah timbunan sekitar drum
dalam kondisi kering.
2)Cara perbaikan lebih mudah apabila rusak akibat
gangguan alat-alat besar (buldoser/ truk) dibandingkan
pipa beton.
Pelaksanaan Urugan
• Alur-alur pengumpul sumber menuju sumuran diberi
kerikil termasuk di bawah sumuran tersebut.
• Sekeliling sumuran ditimbun dengan tanah material
timbunan dan dipadatkan dengan pemadat kecil dan
ringan (air tamper).
Walaupun drum dapat disambung ke atas tetapi bila air
meluap perlu dipompa sedemikian rupa, sehingga muka air
minimal 2,00 m di bawah muka drum.
Setelah muka air stabil (tidak naik lagi) air dipompa keluar
semua, kemudian pipa grouting dan pipa udara ( 11/4 - 
11/2 inchi) dimasukkan, drum kemudian diisi dengan kerikil (
40 - 50 mm) setinggi permukaan bagian atas ditutup beton.
Pelaksanaan grouting dilakukan melalui lobang-lobang pipa
yang telah disiapkan dengan cara dan waktu yang ditentukan
oleh ahlinya.
Lokasi pompa air dengan saluran, untuk membuang air di daerah
timbunan bendungan
Pipa beton 80 cm sebagai sarana pembuangan air sumber. Bus beton ini
akan ditutup dengan kerikil dan beton diatasnya manakala permukaan air
di dalamnya sudah berada di bawah permukaan timbunan minimal 2 m.
Pemompaan air tanah dan air hujan di sekitar timbunan
Bus beton 80 cm untuk tempat pemompaan air tanah dan
hujan di sekitar timbunan
V. PENGENALAN GROUTING
Umum
Pekerjaan grouting merupakan bagian pekerjaan konstruksi, yaitu sebagai
salah satu cara dalam perbaikan pondasi (foundation - treatment) pada
bangunan air terutama bendungan. Perbaikan pon­dasi dengan cara
grouting ini diperlukan pada semua tipe bendungan baik tipe urugan
maupun beton.
Grouting adalah suatu proses, dimana suatu cairan campuran antara
semen dan air diinjeksikan dengan tekanan kedalam rongga, pori, rekahan
dan retakan batuan yang selanjutnya cairan tersebut dalam waktu tertentu
akan men­jadi padat secara fisika maupun kimiawi.
Grouting pondasi adalah proses grouting bubur semen atau bubur
grouting yang terdiri dari campuran semen plus aditif dan lempung yang
dimasukkan kedalam batuan pondasi bawah permukaan melaui lubang
bor untuk menyumbat atau mengisi kekar, retakan, rekahan atau lubang -
lubang bawah tanah (goa) atau void.
Tata cara pelaksanaan grouting semen pada batuan busur semen (PC)
atau Portland Cement Grouting telah dibakukan di dalam SNI 03 - 2393 -
1991.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perbaikan pondasi ini,
antara lain :
1) Pondasi batuan sesuai dengan kondisi geologinya, baik dari jenis batuan
penyusun maupun struktur bawah permukaan sangat variatif dari satu lokasi
ke lokasi lain.
2) Perlu mencermati penampang geologi dan penampang permeabilitas
melintang dan memanjang tapak bendungan untuk mempersiapkan
pekerjaan pondasi bawah Permukaan­
3) Metode grouting (grouting) dinilai cocok untuk memperbaiki pondasi bawah
permukaan yang lebih dalam 10 m hingga 100 m tanpa melakukan penggalian
dan cukup dengan pengeboran dari permukaan pondasi.
4) Adapun tujuan utama perbaikan pondasi dengan grouting (grouting) adalah :
(a).Mengurangi intensitas aliran filtrasi (kebocoran-kebocoran) dari waduk
yang mengalir keluar melalui rekahan yang terdapat pada pondasi
bendungan.
(b) Mengurangi gaya ke atas (uplift) pada dasar calon bendungan yang
disebabkan oleh tekanan air tanah yang terdapat dalam lapisan pondasi.
(c) Meningkatkan daya dukung batuan yang membentuk lapisan Pondasi
calon bendungan.
Campuran Grouting (Bahan Grout)
Bahan grouting yang digunakan dalam pekerjaan grouting dapat berupa material
suspense dan atau kimiawi. Material suspensi yang umum dipakai adalah semen
dan bila perlu dipakai bahan tambahan berupa bentonit atau bahan sejenis. Air
sebagai bahan cairan yang dipakai sebagai pencampur semen, harus bebas dari
kandungan lumpur, bahan organik dan unsur lain yang dapat mengakibatkan
penurunan kwalitas campuran. Sedangkan bahan semen yang digunakan adalah
Portland Cement (PC), tipe I yang tidak mengandung bahan lain dan memenuhi
syarat yang ditentukan dalam SII - 3 - 1981.
Perbandingan bahan grout untuk cement milk, ditentukan berdasarkan tujuan dari
grouting tersebut dan kondisi batuan yang juga akan berubah menurut besarnya
penyerapan grouting.
Perbandingan campuran semen yang sering dipakai untuk pekerjaan grouting ini
adalah C : W = 1 : 10 sampai 1 : 1. Untuk retakan yang relatif besar dipakai C : B
= 1 : 0,5, dan bahkan kadang - kadang dipakai mortar (campuran semen dan
pasir).
Pada umumnya proporsi campuran dimulai dari C : W = 1 : 10 atau 1 : 8. Apabila
grouting memperlihatkan penyerapan grout yang lebih besar dari 30 liter per menit
dan berlangsung selama 20 menit maka campuran dikentalkan secara berangsur.
Namun sebaliknya apabila tekanan ijneksi naik tiba - tiba atau jumlah volume grout
masuk turun sangat banyak maka campuran diubah menjadi lebih encer.
Grouting Semen
Grouting semen adalah grouting semen yang merupakan campuran
antara air dan semen dengan perbandingan C : W = 1 : 10 sampai 1 : 1.
Perubahan dari campuran semen dan air ini sangat tergantung kepada
permeabilitas batuan dan kondisi batuannya sendiri.
Pada grouting semen ini kadang kala dilakukan tambahan bahan grout
berupa tanah lempung atau pasir halus yang dilakukan sesuai dengan
kondisi batuan yang menempati lokasi rencana bendungan.
Informasi sifat fisik dan teknik dari tanah / batuan mempunyai arti yang
sangat penting yang perlu diketahui terutama bila grouting akan
dipertimbangkan sebagai bagian dari perbaikan pondasi bendungan atau
dari pengalian terowongan.
Penentuan permeabilitas dan porositas tanah akan dapat membantu
dimana permeabilitas akan mengontrol kemampuan grouting dan jenis
bahan grout yang akan digunakan. Sedangkan porositas tanah
menentukan jumlah bahan grout yang diperlukan dan hal ini akan
berkaitan dengan besarnya biaya pekerjaan.
Grouting Kimia
Secara umum grouting semen tidak dapat dilakukan pada tanah dengan
koefisien permeabilitas lebih kecil dari 10-1 cm/detik dan grouting
lempung tidak bisa dilakukan pada tanah dengan k < 10-2 cm/detik dan
bahan groutnya berupa campuran semen dan air.
Grouting kimia adalah grouting yang dilakukan dengan campuran bahan
kimia dan air atau cairan bahan kimia dengan bahan kimia lainnya.
Grouting kimia ini umumnya digunakan untuk mengisi retakan yang
halus atau butiran batuan yang halus yang dimaksudkan untuk
memperkecil koefisien permeabilitas dan meningkatkan kuat tekan dari
batuan atau bagian bangunan yang di grout.
Pada tanah dengan k > 10-2 cm/detik cairan grout harus mempunyai
viskositas sebesar 10 centipois atau lebih tanpa kesulitan, kecuali
grouting ini dilakukan dekat permukaan dengan tekanan grout yang
digunakan rendah.
Grouting kimia dapat dilakukan pada tanah dengan k sampai 10-5
cm/detik dan hasilnya cukup memuaskan (Federal Highway
Administration, 1976).
Secara umum grouting kimia ini dikenal beberapa sistem yaitu :
1)Sistem silikat, sistem ini menggrouting lapisan pasir dengan larutan
natrium silikat yang mempunyai koefisien permeabilitasnya lebih kurang
5 x 10-4 cm/detik atau lebih besar. Grouting dengan bahan grout dari
silikat ini dapat melakukan penetrasi pada tanah pasir halus dengan
ukuran butirnya berkisar antara 100 - 70 mikron dan pasir yang
mempunyai permeabilitas lebih kecil dari 10-4 cm/detik.
2)Sistem acrylamide, sistem ini dapat dilakukan pada tanah dengan
koefisien permeabilitas dari 10-5 cm/detik atau lebih besar. Acrylamide ini
viskositasnya berkisar antara 1,50 centipois atau sama dengan
viskositas air sehingga acrylamide ini mudah di penetrasikan ke dalam
lapisan pasir halus. Untuk lebih baiknya dalam memanfaatkan
acrylamide ini sebaiknya larutan acrylamide ini mempunyai pH antara 7 -
11. Cairan acrylamide ini beracun dan dapat menembus kulit.
3)Bahan grout kimia lainnya adalah berupa Lignochromes, Resin,
Foams dan Isosyanate tetapi cairan ini sangat beracun.
Perbandingan Metoda Stabilisasi Tanah Dengan Grouting
Dan Kemampuan Penetrasi Relatif Bahan Kimia
Teknik Grouting
Peralatan Grouting
Peralatan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan grouting pon­dasi
adalah :
1)Mesin bor : Dipakai untuk pembuatan lubang grout, dengan
diameter antara 46 mm (AX) sampai 76 mm (NX).
Mesin bor yang dipakai untuk keperluan grouting
sebaiknya jenis bor putar (rotary type drill)
2)Peralatan grouting : Meliputi 'packer', stang grouting, 'by pass',
manometer, kran pengatur tekanan, pipa
pemasukan dan pengembali serta pengukur debit.
3)Grout mixer dan : Untuk mencampur bahan grout sesuai dengan
agitator perbandingan yang ditentukan, kemudian di­
alirkan kedalam 'agitator' sebagai tempat grout
siap untuk diambil oleh pompa.
4)Pompa grout : Untuk memompakan grout yang tersimpan di
'agitator' ke lubang grout melalui unit peralatan
grouting. Pompa grout yang baik adalah yang
memiliki debit dan tekanan konstan. Karena itu
umumnya dipakai pompa jenis 'duplex double acting
type'.
Peralatan grouting
Tekanan Grouting
Faktor yang penting pada saat dilakukan grouting adalah tekanan
grouting dan pencampuran grout.
Tekanan grouting yang tinggi akan membuat lebih mudahnya grout
untuk menyebar mengisi celah retakan, kekar dan pori batuan se­cara
efektif, namun sebaliknya hal ini akan dapat merusak batu­an dasarnya.
Oleh karena itu diperlukan pemilihan besar tekanan dengan hati-hati.
Disamping itu perlu diketahui bahwa bila grout yang digroutingkan
memiliki campuran yang kental, maka diperlukan tekanan grouting yang
lebih tinggi dari pada campuran yang encer.
Jelaslah bahwa tekanan maksimum grouting ditentukan berdasarkan
percobaan-percobaan dengan mengingat kestabilan batuan pondasi,
kekentalan grout, dan kedalaman daerah yang akan digrouting.
Meskipun demikian US. Development Authority telah memberikan ba­
tasan yang aman untuk tekanan maksimum dan dapat dipakai sebagai
petunjuk, yaitu : Pada kedalaman batuan dasar = d meter, tekanan
grouting P(kg/cm2) adalah sebanding dengan 0,23 x d.
Perbandingan campuran grout untuk 'cement milk',
ditentukan ber­dasarkan tujuan dari grouting dan kondisi
batuan dan juga akan berubah menurut besarnya
penyerapan grouting.
Perbandingan campuran semen yang sering dipakai untuk
pekerjaan grouting ini adalah C : W = 1 : 10 sampai 1 : 1.
Untuk retakan yang relatif besar dipakai C/W = 1 : 0,5 dan
bahkan dipakai mortar (campuran semen pasir).
Pada umumnya proporsi campuran mula dimulai dari C/W =
1 : 10 atau 1 : 8. Apabila grouting memperlihatkan
penyerapan grout yang lebih besar dari 30 liter/menit dan
berlangsung selama 20 menit maka campuran dikentalkan
secara berangsur. Namun sebaliknya a­pabila tekanan
grouting naik tiba-tiba atau jumlah volume grout yang
masuk turun sangat banyak, maka campuran dirubah
menjadi le­bih encer.
Grouting dapat dinyatakan selesai apabila carnpuran grout relatif tidak
dapat masuk lagi. Ada beberapa patokan terhadap selesainya grouting
yaitu :
(Standard selesainya grouting menurut USBR)
1)Pada tekanan grouting sebesar 3,5 kg/cm2, jumlah grout yang
digroutingkan harus lebih rendah dari 28 liter dalam waktu 20 menit.
2)Untuk tekanan grouting antara 3,5 – 7,0 kg/cm2, jumlah grout yang
digroutingkan harus lebih rendah dari 20 liter dalam waktu 5 menit.
3)Untuk tekanan grouting antara 7,0 - 14,0 kg/cm2, maka jumlah grout
yang digroutingkan harus lebih rendah dari 28 liter dalam waktu 10 menit.
4)Untuk tekanan grouting yang lebih besar dari 14 kg/cm2, maka jumlah
grout yang digroutingkan harus lebih rendah dari 28 liter dalam waktu 5
menit.
Pada pekerjaan grouting ini tekanan yang digunakan sangat menentukan
kapan grouting dinyatakan selesai, peralatan pencampuran diatur sesuai
kecepatan grouting.
Untuk tekanan yang digunakan dalam grouting ini perlu
direncanakan sebelum pelaksanaan grouting dilakukan dan
besar kecilnya tekanan dapat mengacu pada grafik di bawah
ini :

Grafik petunjuk tekanan untuk grouting


Salah satu rumus praktis (rule of thumb), tekanan grouting
untuk batuan keras = 0,25 kg/cm2/m kedalaman.
Grafik Tekanan
Grouting
Maksimum Yang
Diijinkan
Percobaan Permeabilitas (Lugeon Test)
Permeabilitas batuan pondasi merupakan faktor yang
sangat pen­ting untuk diketahui secara terperinci dalam
merencanakan pekerjaan grouting. Adapun daerah
cakupan dari percobaan permea­bilitas pada suatu rencana
bendungan untuk kepentingan ini ada­lah sampai pada
kedalaman setengah dari ketinggian bendungan yang
direncanakan (gambar 2). Bahkan bila kondisi geologinya
kurang baik, maka kedalaman penelitiannya adalah
setinggi ren­cana bendungannya.
Daerah cakupan percobaan Lugeon
Pada batuan keras dengan sedikit rekah/rongga, dipakai
tekan dan maksimum sebesar 0,21 kglcm2 setiap
kemajuan 1 m. Pada batuan keras dengan banyak
rekah/rogga, di pakai tekanan maksimum 0,11 kg/cm
2
(lebih besar sedikit dari tekanan air, yaitu 1 m = 0,1 kg /
cm² , agar struktur batuan tidak / jebol).

Setiap tahap pengujian dilakukan lima kali pengamatan


dengan variasi tekanan yang bebeda, yaitu 33% P
maksimum, 66% P maksimum, 100% P maksimum, 66% P
maksimum dan 33% P maksimum.
Uji coba permeability dengan menggunakan packer
Bila harga lugeon tiap 'stage' (pada umumnya panjang tiap 'stage,
adalah 5 meter) dari lubang-lubang bor penyalidikan telah diper­oleh,
maka dapat dibuat peta penampang permeabilitas sepanjang
rencana bendungan, seperti pada contoh gambar 5.7.

Contoh penampang Permeabilitas


Berdasarkan hasil percobaan lugeon tersebut dapat di­
peroleh gambaran kondisi permeabilitas, yang nantinya
dipakai sebagai data penting dalam perencanaan grouting,
yaitu :
─Luas daerah cakupan grouting menjadi jelas.
─Persentase lapisan yang lulus air dibeberapa daerah
menjadi lebih kelihatan.
─Elevasi batuan dasar dapat ditentukan dengan tepat
sebagai ba­tuan pondasi berdasarkan pertimbangan dari
angka permeabilitas­nya.
Selain itu berdasarkan hasil lugeon test yang dapat
membuat diagram hubungan antara tekanan yang yang
digunakan pada waktu uji kelulusan air dan pola lugeon
yang dihasilkan yang dapat diambil sebagai dasar untuk
menentukan harga permeabilitas dalam perencanaan
grouting, lihat gambar :
Pola hubungan lugeon dan tekanan selama pengujian
Percobaan Grouting (Grouting Test)
Percobaan grouting ini biasanya diperlukan sebelum grouting yang
sebenarnya dilaksanakan, untuk dapat menentukan pola dan jarak
lubang paling efektif, tekanan grouting, cara pelaksanaan, perkiraan
jumlah bahan campuran dan mengetahui efektifitas hasil grouting.
Harga lugeon yang akan dicapai dalam perbaikan pondasi dengan
grouting adalah 1 - 2 lugeon untuk bendungan beton, dan 2 - 5 lugeon
pada bendungan urugan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam uji grouting ini adalah :

1.Pola grouting yang biasa digunakan dalam percobaan adalah gambar


seperti di bawah.
2.Pelaksanaan percobaaan grouting semen sama seperti pada butir
5.5.6.
3.Setelah percobaaan gouting diselesaikan, dibuat lobang pemeriksaan
(Cek) untuk mengambil contoh inti yang diikuti percobaan kelulusan air
pada lobang tersebut.
Beberapa pola grouting yang umum dilaksanakan
Beberapa pola grouting yang umum dilaksanakan
Urutan Kerja Grouting
Secara umum urutan kerja grouting pondasi yang dilakukan adalah sbb :

Mesin bor putra (rotary drilling machine)


atau mesin bor perkusi (percussion
drilling machine)
Pengeboran (Drilling)

Sirkulasi air pompa tekanan ~ 1 kg/cm2


Pencucian Lubang Bor
hingga bebas kotoran bor (slime) dan
(Washing) air bilas bersih
Panjang grouting 3 ~ 5 m, tergantung
kondisi batuan. Dapat dipakai packer,
Pemasangan Penyekat
karet, screw expansion packer atau
(Packer Setting) packer udara

Tekanan terhadap 1 ~ 10 kg/cm2 atau


Pengujian Air (Water Lugeon test langsung tekanan 10
Pressure Test) kg/cm2 selama 15 menit. Bila nilai K <
10-5 cm/det atau 1 lugeon tidak perlu
digrout

Penyuntikan Semen Campuran disesuaikan ukuran rekahan


(Grouting) batuan. Untuk Portland cement,
campuran berkisar 1 : 10 hingga 1 : 1.
Tekanan maksimum rata-rata 0,23 d
kg/cm2/m
Penyumbatan Lubang Setelah selesai, bekas lubang grout
Grout (Grout Hole harus diisi dengan mortar PC : pasir = 1
Plugging) : 2 dan air secukupnya.

Tata cara pelaksanaan grouting semen pada batuan dengan


menggunakan bubur semen (PC) atau Portland Cement Grouting telah
dibakukan di dalam SNI 03-2393-1991.
Perubahan Campuran Antara Semen : Air

Nilai Lugeon Campuran awal Perubahan campuran


injeksi berikutnya

Lu < 5 1:6 (1 : 4), (1 : 2), (1 : 1)


5 < Lu < 10 1:4 (1 : 2 ), (1 : 1)
Lu > 10 1:2 (1:1)
Tahapan Pelaksanaan Grouting

Pada pelaksanaannya grouting dapat dibagi menjadi 4


macam tahapan grouting yaitu :

1)Grouting tahap tunggal (single stage grouting)

Tahapan ini digunakan untuk grouting dangkal (< 10 m)


dan berbatuan baik seperti dalam grouting konsolidasi dan
grouting selimut.

Pelaksanaan dilakukan satu kali grouting setelah


pemboran dari kedalaman rencana selesai.
2) Grouting naik (ascending grouting, upstage grouting)
Lubang grouting dibor langsung sampai kedaiaman rencana,
kemudian dipasang packer tunggal dari bawah ke atas.
Apabila batuan (retak-retak/crack) dapat dipakai packer
ganda.
Cara ini diterapkan terutama pada batuan kompak dan tidak
runtuh, pelaksanaan lebih cepat namun boros material
grouting.

Proses dan Tahapan Grouting Naik


3) Grouting turun (step grouting, descending grouting)
Pengeboran dilakukan secara bertahap (step by step) dengan interval 3
m - 5 m tergantung kondisi batuan.
Metode ini digunakan untuk mengatasi kondisi batuan yang urug dan
dilakukan secara bertahap dalam pemasangan packer untuk mencegah
runtuh batuan diatasnya.
Tahapan pelaksanaan : Bor - cuci - test air - langkah I - bor ulang -
langkah II - cuci - test - langkah III, dan seterusnya.

Prosedur dan tahapan grouting turun


4) Grouting ganda (multiple grouting)
Pelaksanaan grouting ganda diterapkan pada kondisi
batuan yang banyak mengandung rekahan dan kekar
serta bocoran yang berlebihan. Grouting dilakukan dengan
membuat lubang pengeboran diameter besar (Ф 66 – 76
mm.) kemudian digrout dengan yang kental (1 : 1 ~ 1 : 0,5)
untuk menutup retakan. Selanjutnya dibor lagi dengan
diameter lebih kecil (Ф 56 ~ Ф 46 mm) kemudian diisi
dengan campuran encer atau berbahan dasar kimia.
Khusus untuk pelaksanaan grouting pada batuan yang
mudah runtuh sehingga tidak memungkinkan untuk
membuat panjang stage yang diinginkan dan pemasangan
packer pada batuan, maka dipa­kai cara “sleeve pipe
method”.
Untuk mengefektifkan hasil grouting pada bagian atas atau
langkah I perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1.Lakukan pekerjaan grouting tirai sebelum galian mencapai
elevasi dari garis galian dengan sisa galian penutup setebal
1 m untuk pemasangan packer.
2.Buat landasan (grout cap) dari beton kurus sepanjang jalur
grouting tirai dengan lebar sesuai jarak baris titik grouting,
selebar 3 m dan tebal 0,5 m hingga 1,0 m. Penggalian alur
untuk landasan perlu dilakukan secara manual dengan
bantuan pick hammer agar tidak merusak batuan di
sekitarnya.
3.Memasang pipa ekstra (grout pipe) sepanjang 0,5 m
hingga 1.0 m terutama untuk lubang grouting dengan
inklinasi menyudut dan berarah azimut tertentu.
4.Pada pelaksanaan grouting konsolidasi biasanya
dilaksanakan setelah lapisan pembetonan mencapai
ketebalan 0,5 m - 1,0 m untuk penempatan packer pada
langkah I.
Pada pelaksanaan grouting tirai perlu dibuat urutan kerja
dari titik ke titik dimulai dari pembagian blok sesuai
penampang galian pondasi. Kemudian setiap blok perlu
dimulai dengan pilot hole, primary hole, secondary hole,
tertiary hole seterusnya.
Pemindahan antar titik dilakukan dengan memperhatikan :
1)Pola melompat I titik atau split spacing
2)Pola gigi belalang antar 2 langkah grouting yang
berdekatan
3)Pola menyilang (ziz-zag) pada titik antar bans grouting
(grout row)
Rencana grouting tirai pada pondasi bendungan dan urut- urutan grouting-nya
Pemeriksaan Hasil Grouting
1.Pemeriksaan hasil grouting dilakukan dengan membuat
check hole pada titik yang dipilih dan biasanya di bor miring
agar mewakili zona grouting.
2.Pengambilan contoh inti (core sampling) untuk melihat
secara visual efektivitas penetrasi grouting dan dapat
diperiksa dengan membubuhkan phenolptalein 0.1 n. Warna
merah muda adalah tanda penetrasi semen.
3.Pengujian permeabilitas setelah grouting dengan water
pressure test atau lugeon test. Tekanan diatur seperti uji
permeabilitas secara naik dan turun, yaitu bervariasi 1-3-5-
7-10-7-5-3-1 kg/cm2, tergantung kondisi batuan.
4.Setelah selesai check hole diisi dengan campuran bahan
grouting yang kental 1:1 atau 1:0.5 hingga jenuh.
Aplikasi Grouting Di Bendungan
Grouting semen sekarang ini sering digunakan untuk memperbaiki kondisi
batuan pondasi dari bendungan atau pondasi bangunan pelimpah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perbaikan pondasi ini, antara lain :
1)Pondasi batuan sesuai dengan kondisi geologinya, baik dari jenis batuan
penyusun maupun struktur bawah permukaan sangat variatif dari satu lokasi ke
lokasi lain.
2)Perlu mencermati penampang geologi dan penampang permeabilitas
melintang dan memanjang tapak bendungan untuk mempersiapkan pekerjaan
pondasi bawah Permukaan­
3)Metode grouting (grouting) dinilai cocok untuk memperbaiki pondasi bawah
permukaan yang lebih dalam 10 m hingga 100 m tanpa melakukan penggalian
dan cukup dengan pengeboran dari permukaan pondasi.
4)Adapun tujuan utama perbaikan pondasi dengan grouting (grouting) adalah :
•Mengurangi intensitas aliran filtrasi (kebocoran-kebocoran) dari waduk yang
mengalir keluar melalui rekahan yang terdapat pada pondasi bendungan.
•Mengurangi gaya ke atas (uplift) pada dasar calon bendungan yang disebabkan
oleh tekanan air tanah yang terdapat dalam lapisan pondasi.
•Meningkatkan daya dukung batuan yang membentuk lapisan Pondasi calon
bendungan.
Posisi standar
grouting tirai untuk
berbagai tipe
bendungan secara
umum
Perbaikan atau perkuatan pondasi bendungan dengan cara grouting
berdasarkan maksud dan manfaatnya dapat dikelompokan menjadi :
1)Grouting Tirai (Curtain Grouting)
Berfungsi membuat tirai.sekat kedap air yang dapat menahan rembesan
yang besar dengan memperpanjang filtrasi sehingga berfungsi pula
mengurangi uplift dan kemungkinan piping.
Menurut kaidah hidrolik, rumus umum pola grouting untuk bendungan
dengan ketinggian (H) adalah :
Tabel Rumus Umum Kedalaman Dan Jarak Titik Grouting

Kedalaman Lubang Jarak antar


Rumus Keterangan
Grouting (m) lubang (m)
I 1/3H + 10 ~ 20 3 atau kurang dihitung dari dasar sungai
II 1/2 H 1.5 _
III 0.7H ~ 0.8H bervariasi tergantung kekar batuan
2) Grouting Konsolidasi (Consolidation Grouting)
Berfungsi merekondisi struktur batuan pondasi yang mengalami
kerusakan waktu digali, baik dengan alat besar ataupun dengan
peledakan. Meningkatkan kekuatan geser batuan yang jelek, hancur dan
berkekar. Kedalaman bervariasi dari 5 m hingga 10 m dan spasi dari 5 m
hingga 2,5 m dalam sistim grid.
3) Grouting Selimut (Blanket Grouting)
Berfungsi menahan rembesan air pada lapisan permukaan pondasi yang
melalui retakan-retakan, umumnya berdampingan dengan grouting tirai
pada dasar zona inti kedap air, kedalaman umumnya 5 m dan jarak 2,5 m-
5 m.
4) Grouting Pengisian (Filling Grouting)
Berfungsi mengisi rongga (cavities), rongga antara lining beton dan batuan
pada terowong yang dikenal sebagai backfill grouting.
5) Grouting Sambungan (Contact Grouting, Joint Grouting)
Berfungsi mengisi sambungan antara beton lama dan baru, mengisi
rongga susutan beton dan rongga susutan antara steel liner dan beton.
Aplikasi Grouting Pada Terowongan
Dibawah ini akan diuraikan mengenai cara melaksanakan
grouting pada terowongan secara bertahap dimulai dari :

Grouting Untuk Terowongan


Berbeda dengan grouting pada sumbu bendungan dan
lainnya, pada pelaksanaan grouting untuk terowongan ini
dapat dilakukan baik dari dalam terowongan maupun dari
atas permukaan.
Umum
Hampir semua jenis injeksi semen (grouting) diterapkan dalam
pekerjaan terowongan, namun bila hal tersebut kita batasi pada
injeksi semen, maka secara garis besar grouting dalam terowongan
sering dilakukan untuk berbagai maksud seperti dijelaskan berikut
ini :
Grouting batuan melalui lubang bor dari dalam terowongan. Prinsip
dan metoda grouting untuk keperluan ini adalah sama seperti
grouting pada batuan dari permukaan tanah.
Grouting rongga 'overbreak' yang ada di atas beton 'lining'
terowongan, suatu hal yang hampir tidak mungkin untuk meletakkan
beton secara penuh sampai atap batuan terowongan. Karena itu
beton 'lining' terowongan akan selalu mempunyai jarak tertentu
terhadap batuan di atap terowongan, yang berupa rongga
'overbreak".
Penanggulangan untuk masalah ini biasanya dilakukan grouting
untuk mengisi rongga-rongga tersebut. Pekerjaan injeksi semen
untuk maksud tersebut diatas dikenal dengan beberapa istilah antara
lain overbreak grouting, backpack grouting dan backfill grouting.
Penyelidikan Geoteknik
Hasil penyelidikan geoteknik merupakan informasi penting
yang dipakai sebagal dasar dalam menilai kemampuan
grouting (groutability) suatu lokasi, pemakaian bahan
inieksi dan penyusunan program pelaksanaan grouting.
Informasi paling minimal dari hasil studi geoteknik untuk
keperluan grouting suatu lokasi proyek dilakukan untuk
mengetahui mengenai :
1.Kondisi permukaan
2.Kondisi Geologi dan Geohidrologi
3.Sifat-sifat fisik dan teknik dari batuan/tanah.
Kondisi Permukaan
Dalam survey geoteknik yang secara lengkap memberikan
data fisik permukaan, akan dapat mengetahui gambaran
situasi di daerah lokasi secara terinci dan mampu
memberikan informasi yang diperlukan antara lain :

1. Dapatkah grouting dilakukan dari permukaan tanah ?

2. Mana lokasi yang paling baik untuk peralatan pencampur


dan sistem pemompaan serta peletakan gudang bahan
grout ? Apakah lokasi - lokasi yang memenuhi syarat
tersebut mempunyai ruang yang cukup untuk kegiatan
operasi grouting dan sebagainya ?
Kondisi Geologi dan Geohidrologi
Keadaan geologi terinci daerah lokasi harus diketahui
dengan berbagai cara antara lain dengan pemboran,
sehingga informasi dapat diberikan selengkap mungkin
antara lain :
1)Stratigrafi, struktur serta jenis batuan, tanah dsb.
2)Permeabilitas dan porositas dari tanah
3)Kedalaman air tanah dan sifat kimianya

Peta dan profil geologi harus dibuat pada beberapa tempat


terutama profil sepanjang terowongan, sehingga dapat
diperoleh gambaran tentang jenis batuan/tanah yang akan
ditembus oleh terowongan tersebut.
Sifat Fisik dan Teknik Tanah/Batuan

Sifat fisik dan teknik tanah mempunyai arti yang penting terutama bila
grouting akan di pertimbangkan sebagai bagian dari penggalian
terowongan. Sifat teknik dari tanah / batuan dalam kaitannya dengan
penerowongan adalah untuk mengetahui :

1)Sejauh manakah operasi grouting memiliki nilai dalam konstruksi


untuk dipertimbangkan ?
2)Apakah grouting akan fisible untuk dilakukan ?
3)Jika grouting memungkinkan, bahan grout apakah yang paling tepat
untuk dipakai ?
4)Berapa biaya grouting yang akan dilaksanakan ?

Penentuan permeabilitas dan porositas tanah akan dapat membantu


menjawab keempat pertanyaan tersebut, dimana permeabilitas akan
mengontrol kemampuan injeksi (groutability) dan jenis bahan grout
yang akan digunakan, sedangkan porositas tanah menentukan jumlah
grout yang diperlukan dan hal ini akan berkaitan dengan besarnya
biaya pekerjaan.
Grouting Batuan Melalui Lubang Bor Dalam
Terowongan

Dalam pekerjaan penerowongan sering timbul masalah


yang cukup mengganggu oleh karena besarnya jumlah air
mengalir kedalam terowongan. Besarnya jumlah air ini
dapat dipakai sebagai salah satu indikasi adanya
beberapa bentuk 'discontinuity' seperti sesar, kekar,
lapisan pembawa air dan struktur geologi yang lainnya
yang merupakan jalur perlemahan. Untuk mencegah
gangguan ini perlu dilakukan upaya mengurangi jumlah air
dan meningkatkan kekuatan di daerah jalur perlemahan
dengan cara injeksi semen (grouting) pada batuannya
sampai panjang dan kedalaman tertentu.
Grouting Rongga Overbreak Terowongan

Umum

Rongga yang terdapat di atas 'lining' beton terowongan biasanya


sangat panjang dan sangat mudah dimasuki oleh grout melalui lubang-
lubang grout yang dibuat pada atap terowongan. Seringkali grout dapat
terpompa dari satu lubang dan keluar melalui lubang yang lainnya.
Disamping itu ada beberapa rongga yang pendek-pendek dan hal ini
tidak perlu menjadi masalah karena posisi dan dimensi rongga telah
dapat diketahui sebelumnya, sehingga prose­durnya adalah dilengkapi
dengan lubang grout pada jarak antaranya sekitar 1.50 meter sentris
sepanjang terowongan. Percobaan menunjukkan bahwa spacing ini
cukup baik dalam mencapai penginjeksian rongga. Lubang grout dapat
dibuat bervariasi dalam posisinya pada bagian puncak terowongan.
Dalam terowongan yang diameternya lebih besar dari 30 kaki (9
meter), harus ada 2 atau 3 lubang grout pada setiap jarak 1.50 meter
dan ini harus memotong atap dan bervaria­si pada puncak, berjarak
1.50 meter ke kiri dan ke kanan dari tempat tersebut.
Prosedur Grouting
Prosedur pelaksanaan grouting rongga secara garis besar adalah :
1.Water Pressure Test pada setiap lubang dengan tekanan rendah, yaitu
sekitar 1 p.s.i. (1 bar). Usahakan menghemat air yang diinjeksikan.
Hanya menggunakan air yang cukup banyak untuk mencari lubang mana
yang saling berhubungan.
2) Pasanglah fitting seperti pada gambar 5.15. pada pipa, untuk lubang
yang akan digrouting dan juga pada seluruh lubang yang diduga
saling berhubungan melalui rongga overbreak.
3) Injeksikan grout kental misalnya 0.8 : 1 pada tekanan maksimum
kira-kira 30 psi (2 Bar). Tutup setiap lubang penghubung jika grout
kental keluar melalui lubang yang lain, dan kemudian alirkan keluar
sesering mungkin untuk mengeluarkan penimbunan air atau grout
yang encer.
4) Pertahankan tekanan maksimum yang diijinkan selama 30 menit,
kemudian matikan dan biarkan lubang injeksi dan lubang yang saling
berhubungan dengannya ditutup untuk jangka waktu 4 jam.
5) Sangat dianjurkan pengerjaan secara sistematik sepanjang
terowongan dari satu ujung ke ujung yang lainnya.
6) Beton lining terowongan harus berusia paling sedikit 3 minggu
sebelum grouting ini dilakukan.
Grouting Pada Sumbat Blok Beton Dalam Terowongan
Grouting dilakukan disekeliling sumbat yang ditempatkan
pada "lining" beton terowongan. Situasi ini sering dilakukan
pada terowongan pengelak (diversion tunnel) suatu
bendungan dimana pekerjaan bendungan telah sampai
pada tingkat di mana terowongan pengelak tidak diperlukan
lagi. Terowongan tersebut secara permanen ditutup dengan
sumbat beton besar. Jika sumbat ini ditempatkan pada
terowongan tanpa 'lining", diperlukan "over-break grouting".
Tetapi meskipun sumbat tersebut ditempatkan di antara
'lining' beton dan diameternya lebih dari 6 meter, konstruksi
beton di dalamnya akan menimbulkan retakan di
sekelilingnya yang cukup besar. Untuk memperkuat dan
menutup retakan yang timbul tersebut perlu dilaku­kan
grouting dengan teknik yang hampir mirip dengan pekerjaan
injeksi untuk 'contraction joint grouting'.
Interface Grouting
Umum
Mengingat celah/rongga interface sepanjang liner baja
biasanya hanya pendek, pada umumnya hanya dibuat satu
lubang lubang grout yang berpotongan dengannya. Ini
berar­ti bahwa udara dan air dalam celah tidak dapat
dikeluarkan melalui lubang kedua dan karena itu harus
digunakan pompa vakum untuk mengosongkan
celah/rongga agar supaya grout dapat masuk kedalamnya.
Hal ini mungkin agak sedikit aneh bagi yang belum pernah,
bahwa grouting ke arah atas mela­lui hanya satu lubang
grout saja. Pekerjaan ini merupakan suatu hal yang relatif
agak sulit, namun pemompaan vakum untuk
mengosongkan celah/rongga adalah satu-satunya jalan
untuk memperoleh hasil yang baik.
Teknik Pelaksanaan
Teknik injeksi untuk satu lubang adalah sebagai berikut :
1.Peralatan vacuum dihidupkan dan valve pada lubang dibuka.
2.Di dekat lubang yang akan dipasang dibuka dan selembar kertas
lunak, lembab diletakkan di atasnya. Jika kertas tersebut tersedot ke
dalam, hal ini memberikan indikasi adanya hubungan dengan lubang
yang divakumkan.
3. Dalam hal pemvakuman dengan intensitas 24” Hg. Beberapa
menit dari pekerjaan ini cukup untuk dapat mengosongkan
celah/rongga. Jika satu lubang telah kosong (vacuum), grout
dengan campuran 0.8 : 1 disiapkan dan disirkulasikan melalui
lengan grouting pada fittings. Kemudian bersamaandengan aliran
yang cepat ini, grout dibelokkan melalui lubang grout dan vacuum
ditutup.
4. Celah/rongga akan terisi grout dalam beberapa detik dan hampir
tidak diperlukan tekanan. Jika tidak ada hubungan dengan lubang
yang lainnya, injeksi dapat dihentikan kira-kira 15 menit, dan
lubang grout dijaga tertutup paling sedikit selama 4 jam.
5. Jika ada hubungan antar lubang grout, akan terjadi bleeding dan
diperlukan untuk mengeluarkan grout encer yang terjadi. Tekanan
pada lubang injeksi harus dijaga secara konstan paling sedikit
selama 30 menit.

You might also like