You are on page 1of 40

PROGRAM EKSTENSI FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALGESIK OPIOID
Morfin dan Alkaloid
Opium
Morfin
o SSP
• Efek = analgesik + narkosis
• Efek analgesik dapat muncul sebelum tidur
• Dosis 5-10 mg menimbulkan efek euforia pada pasien gelisah
dan sedih
• Dosis yang sama menimbulkan disforia pada pasien normal
• Rasa nyeri hilang berkurang, rasa lapar hilang, dapat timbul
muntah.

Farmakodinamik
Analgesik
• Efek ini selektif, tidak disertai kehilangan fungsi sensorik,
penglihatan dan pendengaran.
• Mekanisme
• Meningkatkan ambang rangsang nyeri
• Mengubah reaksi yang timbul pada korteks serbral 
merubah persepsi nyeri
• Memudahkan tidur
• Bila nyeri timbul sebelum pemberian morfin  efek analgetik
tidak begitu besar
• Bila nyeri timbul setelah pemberian morfin  efek analgetik
kuat  dosis dapat minimal

Farmakodinamik
Eksitasi
• Pemberian morfin menimbulkan mual dan muntah  akibat
reaksi idiosinkrasi dan tingkat eksitasi refleks
• Peningkatan dosis  efek depresi meningkat  efek mual
dan muntah >>

Farmakodinamik
Miosis
• Morfin bekerja pada reseptor ҡ dan µ  miosis
• Mekanisme =
• Perangsangan pada segmen otonom inti saraf
okulomotor
• Efek dapat diantagonis dengan pemberian atropin dan
skopolamin
• Pada intoksikasi : gejala khas  pin point pupils

Farmakodinamik
Depresi Nafas
• Morfin menimbulkan depresi nafas primer dan
berkesinambungan akibat efek langsung terhadap pusat
nafas di batang otak
• Dosis toksik menyebabkan frekuensi nafas 3-4 kali/menit 
Kematian akibat keracunan morfin
• Terjadi penurunan frekuenssi napas, volume semenit dan
tidal exchange  PCO2 meningkat  Kadar O2 dalam darah
menurun.
• Meskipun memiliki efek antitusiv, efeknya lebih lemah
dibandingkan efek depresi nafas.
• Obat yang menekan refleks batuk tanpa disertai depresi
nafas misalnya noskapin

Farmakodinamik
Mual Muntah
• Mekanisme :
• Stimulasi langsung terhadap emetic chemoreceptor
trigger zone (CTZ) di area postrema medula oblongata.
• Untuk mengatasi efek ini dapat diberikan derivat fenotiazin

Farmakodinamik
o SALURAN CERNA
Lambung
• Menghambat sekresi HCL (lemah)
• Menyebabkan pergerakan lambung berkurang  pergerakan
isi lambung ke duodenum diperlambat
• Untuk mengatasi efek ini dapat diberikan atropin

Farmakodinamik
Usus Halus
• Mengurangi sekresi empedu dan pankreas dan
memperlamat pencernan makanan di usus halus.
• Mengurangi kontraksi propulsif, meninggikan tonus dan
spasme periodik usus halus.
• Penerusan isi usus halus lambat  sempurnanya abs air 
feses padat  konstipasi

Farmakodinamik
Usus Besar
• Mengurangi atau menghilangkan gerakan propulsi usus besar
 spasme usus besar  penerusan isi usus diperlambat 
tinja keras  konstipasi
• Daya persepsi korteks dipengaruhi morfin  tidak ada
respon kebutuhan defekasi.

Farmakodinamik
o KARDIOVASKULAR
• Morfin dosis terapi tidak mempengaruhi TD, frekuensi &
irama denyut jantung
• Perubahan pusat vagus dan vasomotor terjadi pada
keracunan
• TD turun akibat hipoksia
• Morfin menimbulkan efek hipotensi ortostatik
• Efek pada miokard tidak berarti

Farmakodinamik
o OTOT POLOS
• Peningkatan tonus, amplitudo dan kontraksi ureter dan
kandung kemih  hilangkan dengan 0,6 mg atropin SK
• Terjadi peningkatan tonus otot detrusor  respon ingin
miksi, namun sfingter juga berkontraksi sehingga miksi sukar.
• Morfin memperlambat berlangsungny partus

Farmakodinamik
o KULIT
• Vasodilatasi PD kulit  kulit merah dan panas
• Terjadi akibat pelepasan histamin oleh morfin

o METABOLISME
• Menurunkan suhu badan akibat aktivitas otot menurun,
vasodilatasi perfer dan penghampatan mekanisme neural di
SSP
• Kecepatan metabolisme dikurangi.

Farmakodinamik
• Tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi diabsorbsi baik pda
luka
• Morfin menembus mukosa
• Absorbsi secara IV sama, namun secara SK berbeda  onset
SK berbeda2 untuk setiap opioid
• Metabolisme dengan konjugasi glukoronat di hepar
• Eskresi utuh 10%
• Eskresi utama melalui ginjal
• Kodein mengalami demetilasi menjadi morfin dan
dikeluarkan melalui paru-paru

Farmakokinetik
• Morfin menyebabkan mual dan muntah
• Intoksikasi akut : frekuensi nafas melambat, pernafasan
cheyne stokes, kulit muka merah agak kebiruan, tekanan
darah drop dapat timbul syok bila nafas memburuk, pin point
pupils, pembentuka urin berkurang, suhu tubuh rendah,
tonus otot rangka rendah.
• Pada bayi timbul konvulsi
• Kematian akibat depresi nafas.

Efek Samping
• Dasar toleransi morfin
• Habituasi
• Ketergantungan fisik
• Toleransi
• Toleransi timbul setelah 2-3 minggu.
• Gejala putus obat terjadi bila dihentikan tiba2
• Menjelang dibutuhkan, pecandu merasakan sakit, gelisah,
iritabel, kemudian tertidur nyenyak. Ketika bangun
merasakan seperti ingin mati, dan lebih gelisah lagi
• Timbul tremor, iritabilitas, lakrimasi, menguap, bersin,
midriasis, demam, nafas cepat.
• Gejala semakin hebat, disertai timbul muntah, kolik dan diare
• Frekuensi jantung dan TD meningkat
• Penderita merasa panas  dehidrasi

Toleransi
• Efek depresi SSP diperpanjang oleh derivat fenotiazin, MAOI
& antidepresan trisiklik
• Beberapa fenotiazin mengurangi jumlah opioid yang
dibutuhkan untuk analgesik
• Efek sedasi dan depresi nafas diperburuk oleh fenotiazin

Interbat
• Pulvus opii = 10% morfin
• Pulvus doveri = 10% Pulvus opii
• Pemberian 10mg/70kgBB SK menimbulkan efek analgesik
pada nyeri sedang – berat
• Efektivitas po 1/6 hingga 1/5 parenteral

Sediaan dan Posologi


o NYERI
• IMA
• Kolik renal atau empedu
• Neoplasma
• Oklusio
• Perikarditis

Indikasi
o BATUK & SESAK
• Untuk batuk tidak produktif
• Telah ditinggalkan karena banyak obat lain yg tidak
menimbulkan adiksi

o ANTIDIARE
• Berdasarkan efek langsung pada otot polos GIT
• Untuk pengobatan diare akibat intoksikasi makanan atau
intoksikasi akut obat
• Pemberian didahului dengan garam katartik untuk
mengeluarkan penyebab

Indikasi
Meperidin dan Derivat
Fenilpiperidin
Meperidin dan Derivat
Fenilpiperidin
Metadon dan Opioid Lain
Metadon
o SSP
• Efek analgetik 7,5-10 mg metadon sama kuat dengan 10
mg morfin
• Dalam dosis tunggal metadon tidak menimbulkan hinopsis
sekuat morfin
• Memiliki efek antitusif, menimbulkan hiperglikemi,
hipotermia dan pelepasan ADH

Farmakodinamik
o KARDIOVASKULAR
• Metadon menyebabkan vasodilatasi perifer  hipotensi
ortostatik
• Menurunkan kepekaan tubuh terhadap CO2  retensi
CO2  dilatasi PD serebral & kenaikan tekanan cairan
otak.
• Tidak merubah pola EKG, tapi kadang timbul sinus
bradikardi

Farmakodinamik
o OTOT POLOS
• Menimbulkan relaksasi usus dan menghambat efek
spasmogenik ACH atau histamin
• Menimbulkan spasme saluran empedu pada manusia dan
hewan coba
• Ureter mengalami relaksasi
• Efek Miosis yang ditimbulkan lebih lama daripada morfin

Farmakodinamik
• Setelah suntikan SK  kadar plasma tinggi 10’
• 90% terikat protein plasma
• Absorbsi baik, ditemukan di usus setelah 30’
• Cmax = 4 jam
• Cmax dalam otak = 1-2 jam
• < 10% diekskresi utuh
• Biotransformasi di hati, terutama melalui N-demetilasi

Farmakokinetik
o ORAL
• Tablet 5 mg dan 10 mg
• Dosis analgetik : 2,5-15 mg tergantung rasa sakit

o PARENTERAL
• Ampul atau Vial 10 mg/ml
• Dosis analgetik : 2,5-15 mg
• Suntikan SK menimbulkan iritasi lokal

Sediaan dan Posologi


• Perasaan ringan, pusing, kantuk, fungsi mental terganggu
• Efek samping seringkali timbul pada PO dibandingkan
Parenteral
• Terapi intoksikasi sama dengan morfin

Efek Samping
• Toleransi timbul pada efek analgesik, mual, anoreksia,
sedasi, depresi nafas dan KV.
• Toleransi timbul lebih lambat dibandingkan morfin
• Metadon dapat menimbulkan adiksi, namun sedikit
berbahaya dibandingkan morfin

Toleransi dan Kemungkinan


Adiksi
o ANALGESIK
• Onset = 10-20 menit parenteral, atau 30-60 menit oral
• Pemakaian berulang  akumulasi  harus diberikan
dosis kecil atau interval dosis yang lebih panjang.
• Dapat menyebabkan depresi nafas pada janin  JANGAN
DIGUNAKAN PADA PERSALINAN
• Digunakan untuk mengatasi gejala putus obat dari morfin
dan opioid lain

Indikasi
o ANTITUSIF
• Efek antitusif 1,5-2 mg PO sama dengan 15-20 mg kodein
• Dapat menimbulkan adiksi  jarang digunakan meskipun
poten

Indikasi
Propoksifen
o SSP
• Memilki efek analgesik
• Terikat pada reseptor ʋ meskipun kurang selektif
dibandingkan morfin
• Propoksifen 65-100 mg PO memiliki efek sama dengan 65
mg kodein.
• 130 mg propoksifen memberikan efek analgesik = 50 mg
meperidin parenteral
• Propoksifen tidak memiliki efek antitusif.

Farmakodinamik
• Diabsorbsi dengan baik secara PO dan parenteral
• Efektivitas jauh berkurang pada PO
• Biotransformasi di hati dengan cara N-Demetilasi

Farmakokinetik
• Kecil kemungkinan timbul adiksi
• Penghentian tiba-tiba menimbulkan gejala putus obat
• Dosis 300-600 mg menimbulkan efek subyektif yang
menyenangkan, namun tidak serupa dengan morfin
• Obat ini iritatif pada pemberian SK, sehingga tidak
digunakan secara parenteral

Adiksi
• Hanya untuk nyeri ringan hingga sedang yang tidak reda
dengan asetosal.
• Kombinasi dengan asetosal memiliki efek sama kuat
dengan kombinasi kodein-asetosal.
• Dosis = 4 x 65 mg sehari dengan atau tanpa asetosal

Indikasi

You might also like