Professional Documents
Culture Documents
Hipertensi Encephalopathy
Pembimbing: dr. H. Eddy Ario Koentjoro, Sp.S Oleh: Wenni Mei Primasari Aji Setia Utama
1
Pendahuluan
Hipertensi : kelainan cardiovascular yg banyak dijumpai di masyarakat asimptomatik Prevalensi HT di Indonesia ditentukan berdasarkan kriteria ambang HT (borderline hypertention) yaitu 140/90 159/94 mmHg Komplikasi HT target organ jantung, otak (serebrovaskular), mata dan ginjal.
Komplikasi HT pada otak ensefalopati hipertensi, hipertensi maligna, stroke hemoragik dan stroke non hemoragik (iskemik) Angka kesakitan dan kematian dari penderita hipertensi ensefalopati tergantung dari kerusakan dari target organ yang terkena. Tanpa pengobatan, dalam 6 bulan angka kematian sekitar 50%, dan dalam 1 tahun bisa mencapai 90%.
Tinjauan Pustaka
Definisi Hipertensi Encephalopathy komplikasi hipertensi yang mengenai otak, merupakan sindrom klinik akut reversibel yang dipresipitasi oleh kenaikan tekanan darah tiba-tiba dan melampaui batas autoregulasi otak. Triad : Severe Hypertension Encehalopathy Rapid resolution with treatment
4
spasme
Hipertensi ensefalopati
lipohialinosis
Mikroaneurisma
Etiologi
Malignant hypertension of any cause Acute glomerulonephritis Eclampsia Renovascular hypertension Post coronary artery bypass hypertension Abrupt withdrawal of antihypertensive therapy Monoamine oxidase inhibitortyramine interaction Pheochromocytoma Phencyclidine poisoning Phenylpropanolamine overdose Acute renal artery occlusion Transplant renal artery stenosis or acute rejection Acute or chronic spinal cord injuries
6
Patofisiologi
1. Reaksi autoregulasi yang Berlebihan (The overregulation theory of hypertensive encephalopathy)
Peningkatan blood pressure
Petechial hemorrhage
7
2.
Cerebral edema
Hipertensive encephalopaty (headache, nausea, vomiting, altered mental status, convulsion)
8
Gambaran Klinis
Laki-laki >>, usia pertengahan dengan riwayat hipertensi lama Nyeri kepala, muntah, gangguan visual, kejang umum dan fokal, defisit neurologi fokal (hemiparesis, afasia, buta kortikal) Gejala neurologis: kehilangan ingatan secara progresif dan kemampuan kognitif, perubahan kepribadian, tidak mampu berkonsentrasi, letargi, dan penurunan kesadaran yang progresif, mioklonus, nistagmus, tremor, atrofi otot, dan kelemahan, demensia, kejang dan kehilangan kemampuan menelan atau berbicara
9
Pemeriksaan Penunjang
Ophtalmoscopy
Lumbar puncture CT scan MRI
10
11
12
Diagnosa Banding
Perdarahan intraserebral Perdarahan subarachnoid Brain tumor Subdural hematom Infark serebri Amfetamin intravena da kokain Monoamine oksidase inhibitor Ensefalopaty uremia
13
Pengobatan
Prinsip: Penurunan tekanan darah segera untuk mencegah kerusakan organ target Menurunkan 25% tekanan darah arterial dalam waktu 1-2 jam dan tekanan diastole antara 100-110 mmHg
1. Labetolol, dosis inisial 20 mg bolus, lalu lanjutkan 20-80 mg iv setiap 5-10 menit (max 300 mg) atau 0,5-2 mg /mnt dengan infus iv konstan sampai target tekanan darah tercapai 2. Sodium nitroprusside, dosis inisial 0,3-0,5 g/kgBB/mnt IV,, dosis maintenance 1-6g/kgBB/mnt sampai efek target tercapai 3. Fenoldopam (corlopam), dosis inisial 0,03g/kgBB/mnt IV dinaikkan secara progresif sampai dosis maksimum 1,6g/kgBB/mnt.
14
4. 5.
6.
nicardipin bolus dengan dosis 5-15mg/jam IV dan dosis maintenance sebesar 3-5 mg/jam. Nifedipin sublingual, klonidin, diazoxide atau hidralazin IV tidak direkomendasikan menginduksi penurunan tekanan darah arterial yang tidak terkontrol iskemia serebral dan renal. Reserpin dan metildopa efek sedatifnya dapat menyulitkan evaluasi klinis.
Pasien harus dipantau hati-hati dan kecepatan infus diatur untuk mempertahankan efek pengobatan tanpa terjadi hypotension.
15
16